Selasa, 26 April 2011

Mengetik Bantu Anak Autis Berkomunikasi

img


London, Anak autis biasanya akan sulit mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan merangsang inderanya, memungkinkan anak autis untuk dapat berkomunikasi, salah satunya dengan mengajarinya mengetik.

Ponsonby Jamie adalah anak autis asal London yang tidak dapat berbicara dan selama bertahun-tahun ia terjebak dalam dunianya sendiri. Keluarga kemudian mengajarkannya mengetik.

Kini bocah berusia 13 tahun ini tak hanya bisa mengekspresikan diri, tetapi juga mampu menulis puisi.

"Cara ini akhirnya dapat membuat kami berkomunikasi dengan Jamie dan memahaminya dengan lebih baik," ujar Serena, ibundan Jamie, seperti dilansir dari BBC.

Serena mengungkapkan dengan terapi ini ia mengetahui bahwa putranya sangat tertarik dengan bola dan memiliki selera humor. Jamie juga mampu membuat puisi yang indah, perasaan dan emosinya terkesan normal bahkan di atas rata-rata anak seusianya.

Metode yang disebut facilitated intervention pertama kali diperkenalkan di Australia pada 1970-an, yang mana seseorang mendukung tangan klien, pergelangan tangan atau lengan, sementara orang lain membantu menggunakan komunikator untuk menggambarkan kata-kata, frase, atau kalimat.

Richard Mills, direktur riset Autism Research, mengatakan bahwa kasus-kasus seperti Jamie relatif tidak biasa. Mills juga mengungkapkan bahwa terapi ini sangat kontroversial saat ditinjau secara independen. Tapi dia mengatakan, mengetik secara independen tidak bekerja pada beberapa anak autis.

"Kita tahu bahwa penyandang autism sering membutuhkan waktu proses yang lebih lama. Mereka perlu hal-hal dalam bentuk visual, jadi mengetik dengan menggunakan keyboard cenderung lebih baik," jelas Mills.

Serena yang menyadari bahwa anaknya menyandang autis sejak usia 18 bulan mengatakan bahwa meskipun Jamie mengetik dengan lambat, sekitar 2 minggu untuk mengetik puisi, tapi itu merupakan perkembangan yang cepat baginya.

"Kami mengajarinya mengetik pada usia 9 tahun setelah saya membaca sebuah buku. Setelah beberapa tahun ia mulai membaca tanda-tanda dan kami melihat bahwa Jamie bisa membaca. Kami juga mulai mengajukan pertanyaan dan ia akan mengetik segala hal yang ia tahu," jelas Serena.

Orangtua Sering Tidak Sadar Anaknya Kegemukan

img
South Florida, Sebagian besar orangtua yang punya anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas tidak menyadarinya. Orangtua malah beranggapan tubuh anak yang gemuk pertanda sehat, lucu dan menggemaskan.

Kondisi ini cukup memprihatinkan para praktisi kesehatan karena risiko kegemukan akan terus membayangi si anak di masa depan jika orangtua menganggap masalah berat badan adalah hal yang biasa.

Sebuah studi yang dilakukan University of South Florida menunjukkan 71 persen orangtua yang memiliki anak usia prasekolah dengan kelebihan berat badan atau obesitas, merasa bahwa berat badan anaknya termasuk sehat atau lebih kurus dari berat badan anak yang sehat.

Penelitian ini sendiri melibatkan 150 orangtua yang memiliki anak usia 2-5 tahun. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Clinical Pediatrics.

"Bisa dibayangkan, orangtua masih berpikir anaknya sudah sehat atau justru terlalu kurus dengan kelebihan berat badan yang ada. Padahal anak-anak tersebut sudah masuk kategori kelebihan berat badan ataupun obesitas," ujar Dr Raquel Hernandez, asisten profesor pediatrik dari University of South Florida, seperti dikutip dari AOLHealth.

Dr Hernandez menuturkan masa balita adalah saat-saat kritis untuk membiasakan hidup sehat, sehingga nantinya anak-anak bisa menjalani hidup yang sehat di masa mendatang.

Masalah kegemukan pada anak sebagian besar disebabkan karena anak-anak cenderung lebih banyak mendapatkan asupan kalori dan kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan si kecil.

Pada penelitian sebelumnya juga telah ditunjukkan bahwa kelebihan berat badan di usia muda bisa meningkatkan risiko anak menjadi obesitas sebesar 5 kali lipat, atau setidaknya tetap membuat anak berada dalam kategori kelebihan berat badan.

Anak Kecil Bisa Terkena Katarak

img
Jakarta, Katarak biasanya identik dengan penyakit orang lanjut usia, karena sebagian besar katarak memang terjadi akibat proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Tapi ternyata anak pun bisa menderita katarak.

Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.

Tapi bukan berarti katarak tak bisa terjadi pada anak-anak, meski sangat jarang. American Association for Pediatric Ophthalmology and Strabismus (AAPOS) melaporkan bahwa tiga dari 100.000 anak memiliki katarak.

Katarak menghambat penglihatan dengan menghalangi jalan cahaya ke retina (struktur belakang mata yang mengirim pesan visual ke otak).

Katarak pada bayi dan anak-anak, yang disebut katarak kongenital, menyebabkan pengembangan penglihatan abnormal yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan permanen bila tidak diobati secepat mungkin.

Seperti dilansir dari Ehow, penyebab terjadinya katarak pada anak adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan gestational

Katarak dapat terbentuk selama kehamilan (periode embrio dalam rahim ibu) karena suatu kelainan dalam pengembangan lensa. Abnormalitas tersebut dapat terjadi tanpa sebab tertentu, dan lebih mungkin terjadi pada bayi prematur.

2. Genetik

Kelainan pada lensa mata alami anak-anak mungkin merupakan gejala dari kondisi herediter (turunan) yang secara langsung berkaitan dengan mata dan pengembangan penglihatan, atau terjadi bersama dengan gejala kondisi medis lain.

3. Janin vaskular persisten

Janin vaskular persisten adalah kondisi yang berhubungan dengan katarak bayi. Dalam perkembangan indera penglihatan, pembuluh darah mengalir dari saraf optik (belakang mata) ke lensa untuk memasok nutrisi. Kerusakan dari pembuluh darah selama perkembangan dapat menyebabkan katarak di bagian belakang lensa.

4. Trauma cedera

Trauma cedera dapat menyebabkan pembentukan katarak. Katarak traumatik adalah hasil dari masuknya benda asing yang kuat, keras, tumpul, baik yang dapat merusak lensa dan menyebabkan pembentukan katarak segera setelah cedera, atau beberapa bulan sampai bertahun-tahun setelah cedera.

Karakter Kartun Membuat Anak Doyan Makan Junk Food

img
Ilustrasi (Foto: CNN)


Jakarta, Banyak cara perusahaan makanan cepat saji alias junk food untuk dapat menarik perhatian pelanggan, terutama anak-anak. Salah satunya dengan menggunakan karakter kartun sebagai maskot dalam beberapa produknya.

Menurut penelitian, 50 persen anak-anak menjadi sangat menyukai makanan junk food karena kemasannya yang menarik dengan hiasan dan berhadiah karakter kartun seperti Shrek, Dora the Explorer, SpongeBob, Mickey Mouse dan tokoh animasi lainnya yang sangat digemari anak-anak.

"Penggunaan karakter kartun pada kemasan makanan produk-produk tertentu yang dianggap menyenangkan, akan membuat produk terlihat lebih diinginkan," ujar Dr Thomas Robinson, MD, seorang profesor kesehatan anak di Stanford University School of Medicine, seperti dilansir dari CNN.

Menurut Robinson, karakter tokoh kartun yang cenderung terdapat pada kemasan junk food, membuat para ahli kesehatan bahkan lebih peduli tentang efek magnet pada anak-anak. Karakter kartun juga banyak digunakan untuk kemasan chip, permen, dan makanan ringan tidak sehat lainnya.

American Psychological Association dan organisasi lain juga telah menyerukan penghapusan semua pemasaran produk makanan junk food dengan karakter kartun untuk anak-anak. Dan menurut Robinson hal ini adalah wajar.

"Anak-anak kecil, terutama di bawah usia 7 atau 8, benar-benar tidak memahami maksud persuasif pemasaran. Itu tampaknya tidak adil dan kita harus melindungi anak-anak, sama seperti kita melindungi hal-hal lain yang kita pikir berada di luar kemampuan kognitif mereka, seperti pornografi," tambah Robinson.

Banyak sekali efek negatif yang terjadi bila anak sering makan junk food atau makanan ringan tak sehat lainnya. Para ahli menemukan bahwa makanan-makanan yang ada di restoran cepat saji, jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan gangguan kognitif pada anak.

Selain mengganggu kesehatan dan juga kemampuan kognitif anak, dikutip dari Telegraph, makanan junk food juga dapat menurunkan prestasi anak secara akademik di sekolah

Jangan Kompres Anak Demam dengan Air Es

img
Ilustrasi (Foto: demenvironequity)


Jakarta, Bila badan anak demam atau panas, kebanyakan orangtua akan segera mengompres kepala anak dengan air dingin atau air es. Mengompres dengan air es adalah cara yang salah, karena akan membuat suhu tubuh semakin panas.

Demam merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak. Demam sebenarnya bukan merupakan penyakit, melainkan gejala. Demam memegang peranan kunci dalam membantu perlawanan tubuh mengatasi infeksi virus atau bakteri.

"Sebenarnya demam tidak berbahaya, kecuali bila mencapai suhu 39-40 derajat celsius. Namun, masih banyak terjadi kesalahan dalam menangani demam, misalnya panik karena demam tinggi, suhu anak tidak diukur dengan benar dan mengompres dengan cara yang salah," ujar dr Alan R. Tumbelaka, SpA (K) dari Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dalam acara konferensi press Ulang Tahun & Seminar Ilmiah Bidan 2010, di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.

dr Alan mengungkapkan cara mengompres yang benar bukanlah dengan mengompres kepala dengan air dingin atau air es.

Bila suhu tubuh yang panas tiba-tiba dikompres dengan air dingin, maka akan membuat anak menggigil. Dan perlu diketahui bahwa menggigil adalah pertanda awal suhu tubuh akan meningkat.

Selain itu, juga terdapat kesalahan pada cara mengompres. Mengompres yang benar bukanlah di kepala, melainkan di bagian dada dan perut anak.

Cara mengompres yang benar adalah:

  1. Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau air es
  2. Kompres di bagian perut dan dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air hangat
  3. Gosok-gosokkan sapu tangan perlahan di bagian perut dan dada
  4. Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat.

Tes Darah Bisa Deteksi Sindrom Down Bayi di Dalam Kandungan

img
Belanda, Sindrom Down tentunya menjadi momok tersendiri bagi calon orangtua. Selama ini, untuk mendeteksi sindrom Down digunakan ultrasonografi 4 dimensi atau USG 4D, tapi tak lama lagi tes darah juga bisa mendeteksi sindrom Down pada bayi dalam kandungan.

Sindrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom dan kelainan genetik.

Pada bayi dalam kandungan, sindrom Down dapat dideteksi dengan tes non-invasif yaitu USG 4D. Tapi ilmuwan sedang mengembangkan tes darah yang murah dan cepat untuk dapat menyelamatkan hidup ratusan bayi yang lahir dengan kelainan genetik sindrom Down.

Dengan pengujian baru ini, fragmen DNA anak, yang terdapat dalam darah ibu memberikan informasi penting tentang susunan genetik bayi tersebut.

"Kami akan mampu menawarkan suatu yang aman, murah, cepat, tes non-invasif yang handal dan akurat, yang akan memberikan manfaat langsung pada wanita hamil, muda dan tua, di seluruh dunia," ujar Suzanna Frints, peneliti dari Maastricht University Medical Centre di Belanda, seperti dilansir dari Dailymail.

Temuan yang akan dipublikasikan pada konferensi tahunan European Society of Human Reproduction and Embryology di Roma ini baru akan tersedia di rumah sakit atau tempat-tempat pelayanan kesehatan sekitar 2-4 tahun mendatang.

Diagnosa tes darah yang dikenal dengan 'holy grail' dapat mendeteksi tanda-tanda penyakit pada bayi hanya dari beberapa tetes darah ibu yang sedang mengandung. Tes ini dapat menyelamatkan nyawa bayi dengan menghilangkan risiko keguguran.

Selain USG 4D, wanita hamil yang berisiko tinggi melahirkan bayi dengan sindrom Down juga memiliki dua pilihan lain untuk menyelamatkan bayinya, yaitu amniosentesis dan sampling chorionic vilus.

Keduanya melibatkan tes invasif, yaitu dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mengeluarkan cairan yang mengelilingi bayi yang belum lahir, yang dapat meningkatkan risiko keguguran dan infeksi pada ibu hamil.

Bila tes 'holy grail' dapat dilakukan pada minggu keenam di awal kehamilan, amniocentesis dilakukan antara minggu ke-15 dan 20. Sedangkan sampling chorionic vilus antara minggu ke-10 dan ke-13.


Pemberian Vaksin Gabungan pada Balita Picu Kejang dan Demam

img
Jakarta, Balita memang harus diberi vaksin agar ketahanan tubuhnya meningkat dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Tapi vaksin yang diberikan secara bersamaan alias gabungan justru membuat balita lebih rentan kejang dan demam.

Penelitian baru melaporkan bahwa balita yang mendapatkan vaksin gabungan seperti Campak-Gondong-Rubella (Measles-Mumps-Rubella atau MMR) dan imunisasi cacar air, berisiko dua kali dari biasanya mengalami demam yang menyebabkan kejang.

"Biasanya risiko kejang atau demam yang terjadi setelah vaksinasi campak hanya kurang dari 1 kejang per 1000 vaksinasi. Tapi pada anak-anak yang menerima vaksin gabungan, ada 1 tambahan kejang," ujar Dr Nicola Klein, peneliti studi utama dan direktur Kaiser Permanente Vaccine Study Center, seperti dilansir dari NYTimes, Rabu (30/6/2010).

Reaksi kejang demam yang terjadi seminggu sampai 10 hari setelah vaksinasi, tapi tidak mengancam kehidupan dan biasanya hilang dengan sendirinya. Kejang demam bisa menakutkan, tetapi berlangsung sangat singkat dan tidak berhubungan dengan komplikasi jangka panjang atau gangguan kejang.

Dilansir dari ninds.nih, gejala kejang demam adalah sebagai berikut:

  1. Anak sering kehilangan kesadaran dan gemetar
  2. Kaki bergerak-gerak di kedua sisi tubuh
  3. Untuk gejala yang kurang umum, anak menjadi kaku
  4. Berkedut di satu bagian tubuh, seperti tangan atau kaki kanan atau kiri saja
  5. Kejang demam berlangsung satu atau dua menit, meski ada yang sampai 15 menit
  6. Suhu mencapai 40 derajat celsius

Anak dengan kejang demam tidak dianggap memiliki epilepsi, karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh demam.

Untuk menganalisa temuan yang telah dipublikasikan pada jurnal Pediatrics edisi minggu ini, peneliti Kaiser Permanente menggunakan Vaccine Safety Datalink milik pemerintah, yaitu sistem pengawasan keselamatan yang mengumpulkan data tentang sembilan juta anggota dari delapan organisasi perawatan yang dikelola.

Peneliti membandingkan reaksi kejang dan demam yang terjadi pada 83.107 anak usia 1 tahun, yang telah mendapatkan vaksin gabungan MMR dan vaksinasi cacar air, dengan reaksi yang terjadi pada 376.354 balita yang mendapat vaksin terpisah.


Vaksin Balita di Indonesia Aman

img


Jakarta, Banyak orangtua yang masih takut melakukan imunisasi anaknya karena beredar kabar vaksin yang digunakan tidak aman. Hal ini tidaklah benar, karena vaksin yang digunakan pemerintah aman dan dipakai di beberapa negara lain.

Vaksin dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita terutama penyakit menular. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah pemberian vaksin. Selain itu usaha ini juga termasuk dalam memenuhi hak dari anak yaitu memberikan perlindungan.

"Vaksin yang selama ini digunakan untuk vaksin masal adalah vaksin buatan Indoensia yang juga diekspor ke beberapa negara. Tapi kenapa justru orang Indonesia sendiri yang tidak percaya," ujar Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dalam acara Pfizer Journalist Class dengan tema Hak Anak Untuk Sehat dan Cerdas di wisma GKBI, Jakarta, Rabu (30/6/2010).

Dr Soedjatmiko menuturkan sebelum vaksin tersebut digunakan secara luas, telah dilakukan penelitian bertahap selama 10-15 tahun. Awalnya vaksin ini dirancang oleh sekelompok ahli, lalu diujikan pada hewan percobaan, diuji pada manusia dengan 3 tahap yaitu keamanan, daya kekebalan serta perlindungan. Selain itu vaksin ini juga diawasi dan telah disetujui oleh Badan kesehatan dunia (WHO).

"Kalau vaksin ini dipakai di negara-negara lain, maka sudah pasti vaksin ini aman untuk digunakan," ungkap dokter yang menjadi Satgas Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).

Vaksinasi atau imunisasi yang diberikan pada anak merupakan pencegahan yang spesifik, efisien dan juga efektif terhadap penyakit menular dan berbahaya, seperti tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, campak dan penyakit lainnya. Biasanya 2-4 minggu setelah anak diimunisasi, maka sudah tumbuh kekebalan di dalam diri si kecil.

Vaksin yang diberikan bisa berisi bakteri yang dilemahkan (vaksin BCG, tifoid oral), bakteri mati (DPT, Hib, penumokokus, tifoid), virus yang dilemahkan (polio, campak, cacar, MMR, rotavirus), virus yang mati (hepatitis A dan B, influenza, kanker leher rahim, rabies) atau toksoid (racun yang dilemahkan untuk vaksin tetanus dan difteri).

Cara kerja dari vaksin ini adalah merangsang sistem kekebalan tubuh yaitu limfosit (sel darah putih) T untuk kekebalan seluler dan limfosit B untuk menghasilkan antibodi. Bila ada infeksi dari bakteri atau virus, maka limfosit T dan B ini akan bekerja sama, antibodi akan mengikat bakteri atau virus dan sel pengingat akan merangsang pembentukan antibodi. Selanjutnya limfosit T aktif akan menyerang bakteri atau virus tersebut.

"Imunisasi ini terbukti bermanfaat karena bisa memberikan perlindungan sekitar 85-95 persen. Jadi kalaupun si anak terkena infeksi tersebut, tidak akan terlalu parah. Tapi kalau tidak diimunisasi risiko kematian atau kecacatannya akan lebih tinggi," ujar konsultan tumbuh kembang, pediatri sosial.

Tak ada salahnya bagi orangtua untuk memberikan imunisasi bagi anaknya. Kalaupun terlambat atau lupa, maka tidak perlu mengulang vaksinasi tapi cukup melanjutkan seusai urutan yang ada.

Tantrum, Saat Emosi Anak Meledak dan Tak Terkontrol

img
Jakarta, Tidak semua anak selalu bersikap baik dan nurut dengan orangtuanya. Terkadang anak memiliki sifat marah yang meledak-ledak atau emositak terkontrol yang dinamakan tantrum, jika keinginannya tidak terpenuhi.

Bagaimana mengatasi tantrum pada anak?

Batita (bayi di bawah 3 tahun) juga bisa merasa frustasi atau kesal. Sebagian besar disebabkan anak ingin melakukan banyak hal, tapi tidak bisa dilakukan karena tidak diizinkan oleh orangtuanya atau ia belum mampu melakukannya.

Bisa juga disebabkan karena ia merasa lapar, kelelahan atau kesal, yang tidak bisa diungkapkan pada orangtuanya. Hal ini disebabkan si kecil belum memiliki kesadaran diri atau kemampuan berbahasa yang optimal. Kondisi inilah yang menjadi penyebab tantrum pada anak.

Seperti dikutip dari buku Your Baby Month by Month karangan Su Laurent dan Peter Reader, Jumat (2/7/2010) yang diterbitkan Esensi, salah satu cara untuk mencegah tantrum adalah dengan mengenali potensi dari pemicunya sebelum terlambat.

Salah satu pertanda anak akan tantrum adalah menjadi pembangkang, menolak untuk digandeng, perubahan intonasi suara serta adanya perubahan sikap pada si kecil.

Jika sudah muncul tanda-tanda tersebut, pilihan terbaiknya adalah mengalihkan perhatian anak misalnya dengan menyanyikan lagu bersama-sama, membuat raut muka yang lucu atau mengajaknya bermain.

Meski tantrum si kecil bisa membuat orangtua kesal dan marah karena alasannya yang kadang tidak masuk akal, tapi ingatlah bahwa apa yang dilakukan si kecil terkadang bukanlah sesuatu yang telah ia pikirkan sebelumnya.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi anak yang tantrum, yaitu:
  1. Bersikaplah konsisten terhadap batasan yang sudah ditetapkan. Sebaiknya tidak mencoba untuk menghentikan tantrum dengan cara mengabulkan permintaan si kecil, walaupun berada di tempat umum. Karenanya disiplin diri diperlukan saat berhadapan dengan masalah perilaku anak.
  2. Usahakan untuk tidak beragumentasi dengan anak. Saat berada di puncak tantrum, anak berada di luar kendali dan tidak mampu mendengar. Sehingga memberinya nasehat atau perhatian tidak akan berguna atau justru memperburuk keadaannya.
  3. Menghadapinya dengan sabar. Anak-anak tidak akan mungkin menjerit lama jika tidak ada orang yang mendengarkannya. Hal ini juga mengajarkan si kecil bahwa ia akan mendapatkan perhatian justru saat ia menjadi tenang.
  4. Mengalihkan perhatiannya. Terkadang memberinya permainan baru atau melakukan sesuatu yang berbeda bisa menghentikan anak dari tantrum.
  5. Menanganinya dengan baik sesudahnya. Setelah anak berhenti menjerit, maka segeralah gendong dan memeluknya untuk mendorongnya agar bisa bersikap lebih baik.

Mencegah Sakit Pinggang Saat Hamil

img
Jakarta, Salah satu kondisi yang sering dikeluhkan ibu hamil adalah sakit pinggang yang biasanya terjadi saat perut semakin membesar. Tapi kondisi ini bisa dicegah dengan melakukan beberapa hal.

Terdapat beberapa hal yang bisa menyebabkan sakit pinggang saat hamil, seperti bertambahnya beban yang harus dibawa yang meningkatkan stres pada sendi, rahim yang tumbuh besar yang bisa menekan saraf.

Selain itu perubahan hormonal juga membuat sendi dan ligamen yang menempel tulang panggul ke tulang belakang menjadi longgar, sehingga timbul rasa sakit serta keidakstabilan bergerak.

Para ahli menuturkan ada dua pola umum dari sakit pinggang yaitu nyeri yang terjadi di daerah vertebrata lumbar di bagian punggung bawah dan nyeri di pelvis posterior yang dirasakan di bagian belakang tulang panggul.

Posisi pinggul yang bengkok seperti duduk di kursi dan membungkuk ke depan saat bekerja di meja bisa membuat nyeri pelvis posterior semakin memburuk. Terkadang beberapa ibu hamil mengalami sakit di kedua bagian tersebut.

Seperti dikutip dari Babycenter, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya sakit pinggang dan punggung, yaitu:
  1. Mulailah melakukan program latihan untuk meregangkan dan memperkuat otot-otot di punggung, kaki dan perut. Namun jangan terlalu cepat atau banyak, karena bisa menyebabkan ketegangan sendi.
  2. Perempuan hamil cenderung duduk dengan bahu turun dan punggung bungkuk sehingga menekan perut, hal ini akan memberikan tekanan lebih pada tulang belakang. Jadi usahakan untuk berdiri atau duduk dengan posisi tegak, sehingga perut tidak tertekan.
  3. Jika pekerjaan mengharuskan untuk duduk terus, maka gunakan bantal kecil untuk menyangga tulang punggung bawah. Serta usahakan untuk berjalan atau berdiri setidaknya setiap 1 jam.
  4. Jika ingin mengambil barang, usahakan dari posisi membungkuk untuk mengurangi tekanan pada punggung.
  5. Berhati-hatilah saat bangun tidur, serta tekuk kaki pada lutut dan pinggul ketika akan berguling ke samping.

Namun jika sakit pinggang tersebut sudah muncul, ibu hamil bisa melakukan hal berikut untuk membantu mengatasinya, yaitu:
  1. Jangan membiarkan diri terlalu lelah dan cobalah untuk tenang, namun juga jangan terlalu sering berada di tempat tidur dalam waktu lama karena bisa memperburuk kondisi yang ada. Serta hindari kegiatan yang mengharuskan untuk bungkuk.
  2. Mempelajari teknik relaksasi, sehingga bisa membantu mengatasi rasa ketidaknyamanan serta berguna saat malam hari jika rasa sakit membuat seseorang sulit untuk tidur.
  3. Mengkompres dengan air hangat, berendam dalam air hangat atau meletakkan botol berisi air hangat bisa membuat ibu hamil sedikit merasa lega.
  4. Cobalah untuk melakukan pijatan khusus ibu hamil, terutama jika dilengkapi dengan latihan peregangan. Namun sebaiknya pijatan ini dilakukan oleh orang yang memang sudah terlatih memijat ibu hamil.

Senin, 25 April 2011

Usia Pubertas Ibu Pengaruhi Ukuran Tubuh Anak

img
Ilustrasi (Foto: brainz)


Kanada, Mengapa ada anak yang lebih tinggi dan lebih besar dari teman-teman seusianya? Selain karena genetik, ukuran tubuh anak bisa dipengaruhi karena masa pubertas atau menstruasi sang ibu yang terlalu dini atau cepat.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa wanita yang terlalu cepat mencapai tahap pubertas, atau yang disebut menarche (menstruasi pertama), akan memiliki anak-anak yang tumbuh sedikit lebih cepat.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati petumbuhan lebih dari 30.000 anak laki-laki dan anak perempuan. Dari anak-anak ini, dipilih dua kelompok yang dilahirkan dari wanita yang mengalami menarche relatif ekstrim, yaitu sebelum usia 12 tahun dan setelah 14 tahun.

Perlu diketahui, sebagian besar perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali saat usia antara 12 dan 13 tahun. Tapi tidak berarti setiap perempuan mendapat menstruasi di usia yang sama, seorang anak perempuan bisa mendapatkan menstruasi pertamanya antara usia 8-15 tahun.

Pada saat usia 8 tahun, anak-anak dari kelompok wanita yang mengalami menarche lebih awal rata-rata lebih tinggi dan lebih berat ketimbang anak-anak dengan ibu yang mengalami menarche terlambat.

"Pertumbuhan adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan," ujar Dr Olga Basso, pemimpin penelitian dari Universitas McGill di Montreal, Kanada, seperti dilansir dari Health24.
Dr Basso mengungkapkan bahwa usia ibu pada periode pertama menstruasi, yang sebagian dipengaruhi oleh gen, adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak.

Peneliti memang belum memiliki penjelasan yang kuat untuk penemuan ini. Tapi menurut Dr Basso, faktor lain yang tidak bisa dijelaskan, seperti kebiasaan pola makan ibu yang menurun pada anaknya, dapat mengaitkan antara menarche dini pada ibu dan ukuran yang lebih besar dari anak-anaknya.

"Saya pikir temuan kami menggarisbawahi kompleksitas yang mendasari proses pertumbuhan," tambah Dr Basso.

Kenali Gejala Depresi Pada Anak

img
Ilustrasi (Foto: CNN)


California, Depresi kerap terjadi pada orang dewasa yang mengalami tekanan atau beban pikiran berlebih. Tapi bukan berarti depresi tak bisa terjadi pada anak-anak. Apa saja gejala depresi pada anak?

"Depresi bukanlah penyakit normal yang terjadi pada anak-anak, tetapi memang bisa saja terjadi," ujar Robert L. Hendren, D.O., mantan presiden American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP), seperti dilansir dari CNN.

AACAP memperkirakan depresi terjadi pada sekitar 1 dari 20 anak-anak dan remaja. Paling tidak, dalam sebuah kelas di sekolah ada sekitar 1 atau 2 anak yang mengalami depresi.

"Depresi klinis seperti awan gelap yang berkumpul di atas kepala anak, dan sering menimbulkan perasaan yang murung, lekas marah, dan kehilangan minat," jelas Dr Hendren, yang juga direktur psikiatri anak dan remaja di University of California, San Francisco.

Sebuah studi menunjukkan bahwa 25 persen dari anak-anak yang memiliki orangtua yang menderita depresi, juga akan mengalami depresi. Jika kedua orangtuanya (ayah dan ibu) mengalami depresi, maka risiko akan meningkat menjadi sekitar 75 persen.

Ilmuwan tidak benar-benar percaya dengan alasan ini, tapi salah satu teori berpendapat bahwa anak-anak memiliki kerentanan genetik, yang kemudian diperburuk oleh stres lingkungan.

"Sekitar 40 persen anak-anak dan remaja dengan depresi juga memiliki gangguan kecemasan seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan sekitar 1 dari 4 memiliki gangguan hiperaktif (ADHD)," ujar Dr Fassler, profesor psikiatri klinis di Universitas Vermont.

Menurut Fassler, gejala-gejala depresi pada anak adalah sebagai berikut:
  1. Merasa bosan, tidak berenergi dan mengalami masalah konsentrasi
  2. Kehilangan minat dan ketertarikan pada kegiatan yang biasa disukainya
  3. Mudah tersinggung dan cenderung untuk mengamuk
  4. Mengalami masalah di sekolah atau sering bolos
  5. Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut atau sakit lainnya
  6. Kurang nafsu makan karena merasa semua makanan tidak enak, atau makan berlebihan karena mencoba menenangkan diri
  7. Mengalami gangguan tidur atau tidur terlalu banyak, yang terjadi setiap hari
  8. Mengalami kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain
  9. Tertarik dengan kematian yang tidak biasa

Bayi 6-12 Bulan Jangan Diberi Garam, Gula dan Buah Manis

img


Jakarta, Setelah si kecil berusia 6 bulan, maka asupan nutrisinya tidak hanya dari ASI tapi juga ditambah dengan makanan pendamping ASI (MPASI). Tapi sebaikya ibu tidak memberikan gula, garam dan buah yang terlalu manis pada bayi usia 6 bulan sampai 1 tahun.

Makanan yang sehat penting untuk pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak, karena itu asupan makanan ini harus sesuai dalam hal kualitas dan kuantitasnya.

Untuk memenuhi nutrisi anak, maka sebaiknya ibu menggunakan bahan yang segar sehingga anak mendapatkan vitamin dan mineral yang optimal. Jangan anggap enteng bayi usia 6-12 bulan karena itu adalah masa kritis yang menentukan kebiasaan makan seterusnya hingga dewasa.

"Usia 6-12 tahun adalah masa kritis dalam menentukan pola makan anak nantinya. Karena itu sebaiknya orangtua memberikan makan pada anaknya secara bervariasi, tanpa paksaan, tidak terlalu manis dan jangan ditambahkan garam," ujar Dr. Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, SpGK dalam acara 'Temu Media Philips Avent' dengan tema berbagai tips menjadi orangtua sukses dalam kesibukan sehari-hari di Hotel Gran Melia, Jakarta.

Dr Fiastuti menambahkan tidak ada satu makanan pun yang sempurna, dalam arti mencukupi semua kebutuhan nutrisi anak. Sehingga jika anak ingin mendapatkan asupan nutrisi yang tepat, makanan yang diberikan juga harus bervariasi.

Kenapa bayi jangan diberi garam, gula dan buah yang terlalu manis?

"Jika bayi sudah diberi garam dan gula dalam makanannya, maka bayi akan terbiasa mendapatkan rasa yang lebih enak dibandingkan dengan makanan murni lainnya. Efeknya, bayi tidak mau makan kalau makanan tersebut tidak manis atau gurih," ungkap dokter kelahiran Jogjakarta 56 tahun silam.

Maka itu bayi berusia di bawah 1 tahun, sebaiknya tidak diberikan buah yang terlalu manis, seperti sawo atau nangka karena rasa manisnya yang terlalu tinggi. Tapi berikan buah apel, pir, pepaya atau buah lain yang tidak terlalu manis.

Karena jika anak sudah biasa diberikan makanan manis, nantinya anak hanya mau makan makanan yang manis. Sehingga akan susah menyuruhnya mengonsumsi sayur karena sayuran cenderung memiliki rasa hambar.

"Ada yang bilang sebaiknya memberi sayuran dulu baru buah, tapi kalau menurut saya dikombinasikan antara buah dan sayur juga bisa," ujar dokter dari 3 orang anak ini.

Anak usia di bawah 1 tahun adalah masa untuk mengenal berbagai macam rasa dari buah, sayur dan makanan lainnya. Sehingga jika dari kecil anak sudah diberi makanan yang gurih dan manis, maka nantinya anak punya kebiasaan memilih-milih makanan yang dikonsumsinya, rasa manis dan gurihlah yang jadi pilihan.

"Kunci untuk menentukan pola makan anak adalah pada usia 6-12 bulan. Kalau sejak usia tersebut sudah diberi Nugget, makanan yang gurih dan kaya lemak, maka sudah pasti anak tersebut tidak akan suka dengan sayur dan buah," imbuhnya.

Selain garam dan gula, bayi di bawah usia 1 tahun juga sebaiknya tidak diberikan madu, karena berisiko mengandung bakteri Clostridium yang bisa menyebabkan botulisme. Makanan lain yang dihindari adalah kacang-kacangan dan juga susu sapi, hal ini karena bisa memicu timbulnya alergi.

Usahakan untuk menunggu hasilnya hingga 4 hari ketika memperkenalkan makanan baru pada bayi. Hal ini untuk memudahkan orangtua melihat apakah bayi memiliki reaksi alergi tertentu terhadap makanan tersebut atau tidak.

Selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, makanan pendamping ASI ini juga memiliki tujuan merangsang keterampilan makan anak terutama keterampilan motorik oral serta merangsang rasa percaya diri anak karena tidak mungkin anak menyusu terus sampai besar.

Tapi sekali lagi berikan makanan yang bervariasi seperti buah-buahan yang tidak terlalu manis, sayuran, dan masakan yang tidak terlalu banyak garam.


Amankah Konsumsi Pedas Saat Hamil?

img


Jakarta, Saat sedang mengandung, seorang calon ibu harus memperhatikan asupan gizinya. Beberapa mitos yang muncul adalah melarang ibu hamil untuk makan pedas. Tapi sebenarnya amankah ibu hamil mengonsumsi makan pedas?

Secara umum tidak ada pantangan makanan tertentu untuk ibu hamil, tapi porsinya yang harus diperhatikan. Meski demikian ada beberapa makanan yang sebaiknya dihindari, terutama makanan yang mentah atau berisiko mengandung bakteri yang menyebabkan infeksi.

Namun untuk makanan yang pedas atau panas memang harus mengetahui terlebih dahulu kadar kemampuan diri sendri, lebih baik ibu hamil mengurangi kadar pedas. Hal ini untuk menghindari rasa tidak nyaman yang sering timbul saat sedang hamil.

Beberapa mitos yang berkembang tentang makanan pedas adalah bisa menyebabkan kontraksi awal, membuat rambut bayi tipis atau membuat kulit bayi menjadi hitam. Tapi hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan kebenaran dari mitos tersebut.

Seperti dikutip dari Babycenter, hal yang sebenarnya terjadi adalah makanan pedas terkadang menyebabkan iritasi atau diare pada ibu hamil. Jika terjadi diare, maka ibu hamil berisiko mengalami dehidrasi yang dapat memicu timbulnya kontraksi.

Penjelasan lainnya adalah kemungkinan prostaglandin akan meningkat jika seseorang mengonsumsi makanan pedas. Kondisi ini akan menyebabkan otot-otot halus serta menginduksi kontraksi seperti akan melahirkan.

Namun sebagian besar ibu hamil hanya mengikuti dorongan nafsunya dalam hal mengonsumsi makanan pedas dan mengindahkan efek sampingnya. Karena itu dibutuhkan pemahaman dalam memahami bahaya jika terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas.

Karena itu kenali kemampuan diri sendiri saat mengonsumsi makanan yang pedas saat hamil, sebaiknya ibu hamil mengurangi porsi konsumsi makanan pedasnya. Hal ini untuk menghindari dampak dari makanan pedas seperti iritasi lambung, membuat usus bekerja lebih keras serta menghindari diare yang memicu dehidrasi.

Kehamilan Janggal, Punya Dua Janin Tapi Bukan Kembar

img
Murray, Utah, Perempuan hamil yang mengandung dua janin dapat dikatakan ia memiliki kehamilan kembar. Tapi seorang perempuan di Utah, AS hamil dengan dua bayi tapi bayi tersebut bukanlah kembar.

Angie Cromar mendapatkan informasi yang mengejutkan dari dokternya saat ia melakukan USG (ultrasonografi) untuk pertama kalinya.

Dokter menemukan Angie mengandung dua bayi tapi memiliki tahapan perkembangan yang sedikit berbeda. Kondisi ini menyebabkan bayi tersebut tidak bisa dibilang kembar.

"Angie dan aku sama-sama memiliki tampang terkejut, karena hal ini sangat jarang terjadi," ujar Dr Steve Terry, seorang ahli obstetri dan ginekologi di Murray, seperti dikutip dari KSL.com.

Dr Terry menuturkan satu bayi memiliki usia 5 minggu 4 hari, sedangkan bayi yang satu lagi memiliki usia 6 minggu 1 hari. Kondisi yang dialami oleh Angie ini disebut dengan Didelphys, yaitu perempuan yang memiliki dua rahim (uterus).

Namun meski dua janin usianya berbeda keduanya harus dikeluarkan secara bersamaan nantinya.

Hal yang membuat kondisi ini langka adalah Angie mengandung pada kedua rahimnya. Kondisi ini kemungkinan hanya terjadi pada 1 dari 5 juta kehamilan dan kemungkinan kurang dari 100 orang yang mengalami hal ini di seluruh dunia.

"Saya tahu keanehan ini akan membawa komplikasi seperti kelahiran prematur atau bayi memiliki berat badan lahir rendah. Saya merasa sedikit gugup karena tahu apa yang kemungkinan bisa terjadi, tapi saya sangat bersemangat dengan kehamilan ini," ungkap Angie.

Saat ini usia kehamilan Angie sudah memasuki 20 minggu. Meskipun kondisinya terbilang cukup jarang terjadi, Angie dan suaminya tetap bersyukur dengan apa yang terjadi dan tetap merasa bahagia. Hal ini karena keduanya sudah terbiasa dengan anomali atau keajaiban dan keanehan.

Seperti dikutip dari Mayo Clinic, saat janin berkembang tabung biasanya akan bergabung untuk membentuk suatu saluran yang lebih besar. Namun pada kasus didelphys, tabung tidak bergabung dan masing-masing berkembang menjadi sebuah rongga yang terpisah.

Memiliki rahim ganda sangat jarang ditemui dan terkadang tidak dapat didiagnosis. Selain itu ibu hamil yang memiliki rahim ganda cenderung akan melahirkan lebih cepat (prematur) dan melalui cara caesar.

Meskipun usia janin yang dikandung berbeda, tapi keduanya tetap harus dikeluarkan karena bayi tidak memiliki ruang yang cukup untuk terus berkembang.

Pola Asuh Anak yang Salah

img
Ilustrasi (Foto: utsa.edu)


Jakarta, Banyak yang membandingkan anak-anak sekarang tidak bisa mandiri dibandingkan dulu. Sama-sama umur 6 tahun anak sekarang banyak yang tidak bisa memakai baju sendiri. Pola asuh yang salah membuat anak tidak mandiri.

Alasan orangtua yang sibuk yang seringkali menerapkan pola asuh salah pada anaknya. Tidak ada waktu menjadi alasan utama untuk tidak mendidik anak dengan benar.

Dr Budihardja, DTM&H,MPH, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes mengatakan kebanyakan orangtua tidak mendidik anak dengan benar tapi selalu memberikannya bantuan. Misalnya memakaikan baju, memandikan dan menyuapinya yang efeknya malah membuat anak tidak bisa apa-apa.

Meski maksudnya memudahkan anak, tapi hal tersebut merupakan pola asuh yang salah, yang akhirnya membuat anak selalu berpangku tangan dan otaknya tidak berkembang menjadi kreatif.

Selain itu, banyaknya perintah dan larangan, pekerja rumah (PR) sekolah serta les tambahan juga akan menyita waktu bermain anak. Menurut Dr Budi hal tersebut akan membuat anak-anak tertekan dan memperlambat pertumbuhan dan perkembangannya.

"Kebanyakan orangtua tidak punya waktu untuk mendengar cerita dan keluh kesah anak. Mereka hanya memberi perintah dan larangan yang membuat anak tertekan," ujar Dr Budi disela-sela acara Seminar Sehari 'Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Mengembangkan Potensi Anak' di Gedung SMESCO Indonesia, Jakarta, Kamis (15/7/2010).

Sementara Dr Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, mengatakan kecerdasan dan kreatifitas anak sebenarnya berkembang dengan cara mendengar dan melihat.

"Dari mendengar dan melihat, anak akan merasakan, membayangkan, mengingat, mencoba dan meniru. Dan dengan mengulang dan membiasakannya, akhirnya perilaku, kecerdasan serta kreativitas anak akan berkembang," jelas dokter yang juga merupakan Sekretaris Satgas Imunisasi PP-IDAI.

Menurut Dr Soedjatmiko, berilah anak contoh yang benar dalam berperilaku dan stimulasi otaknya dengan cara bermain yang interaktif. Karena selalu memberi anak bantuan hanya akan menghambat tumbuh kembang serta kreativitasnya.

Agar Tumbuh Kembang Anak Tak Terganggu

img
(Foto: child-development-guide)


Jakarta, Orangtua harus tanggap terhadap tumbuh kembang anak. Sedikit saja ada yang aneh pada perkembangan anak seharusnya jangan didiamkan. Terlambat mengetahui kelainan yang terjadi pada anak bisa berakibat fatal.

Dengan melakukan stimulasi, deteksi dan intervensi dini, orangtua dapat mengotimalkan pertumbuhan, perkembangan dan potensi sang buah hati.

Banyak sekali kasus kelainan tumbung kembang anak yang ditemukan pada semua lapisan masyarakat, baik orang yang mampu maupun kurang mampu. Misalnya, gizi kurang, kelambanan perkembangan, gangguan daya dengar dan lihat, gangguan mental emosional, autisme, hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian pada anak.

Sayangnya, kasus-kasus yang ditemukan sudah terlambat, bahkan amat terlambat. Hal ini berdampak negatif bagi masa depan anak, beban bagi orangtua dan juga hilangnya potensi tenaga kerja di masa depan.

Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional tahun 2010, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) untuk 500 anak (dari semua lapisan masyarakat) usia 0-6 tahun dari 5 wilayah di Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal 13-15 Juli 2010.

Pelayanan SDIDTK merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk deteksi dini:

  1. Pertumbuhan: status gizi normal, kurang-buruk, makro dan mikrocephali (pertumbuhan ukuran kepala abnormal).
  2. Perkembangan: kelambatan perkembangan, gangguan daya lihat dan daya dengar.
  3. Gangguan mental emosional
  4. Autisme
  5. Hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian

Menurut Dr Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, pemeriksaan pertumbuhan dilakukan dengan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.

Sedangkan deteksi perkembangan dilakukan dengan mengamati fungsi atau kemampuan anak, yaitu kemampuan sensorik, gerakan, komunikasi, interaksi dan kognitif.

Dari hasil pemeriksaan selama 2 hari, diperoleh data bahwa dari 397 anak yang diperiksa, 45 orang atau sekitar 11,3 persen mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan. 4 kelainan terbesar adalah:

  1. 16 anak mengalami Delay Development (perkembangan tidak sesuai dengan usia)
  2. 11 anak mengalami Global Delay Development (kelambatan perkembangan disertai dengan gangguan lihat dan dengar)
  3. 10 anak mengalami gizi kurang
  4. 7 anak tidak mengalami kenaikan berat badan selama beberapa bulan
  5. Sisanya mengalami Sindrom Down dan keterbelakangan mental

"Perlu dipahami bahwa semakin dini terdeteksi dan intenvensi dilakukan, pada banyak kasus gangguan pertumbuhan perkembangan semakin maksimal hasilnya," Dr Budihardja, DTM&H,MPH, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes, disela-sela acara Seminar Sehari 'Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Mengembangkan Potensi Anak' di Gedung SMESCO Indonesia, Jakarta.

Dr Budi juga menjelaskan bahwa kelainan tumbuh kembang yang terlambat dideteksi dan diintervensi dapat mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan berkurangnya efektivitas terapi.

Untuk mengatasi hal ini, Dr Soedjatmiko menyarankan para orangtua untuk melakukan skrining atau pemeriksaan rutin, terutama pada masa Golden Periode (usia 0-3 tahun), di saat otak anak sedang mengalami perkembangan dengan pesat. Pemeriksaan tersebut bisa dilakukan di pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas atau rumah sakit, setiap sebulan sekali atau setidaknya 3 bulan sekali.


Kenali Gejala Buta Warna Pada Anak

img


Jakarta, Buta warna merupakan salah satu gangguan yang diturunkan dari gen orangtua ke anak. Tapi seringkali orangtua tidak menyadari gangguan yang terjadi pada anaknya. Gejala apa saja yang dialami si kecil jika memiliki gangguan buta warna?

Kondisi buta warna terjadi ketika ada masalah dengan sensor pigmen warna yang terdapat di dalam sel-sel saraf tertentu di mata, sel-sel ini disebut dengan cones. Sel ini terdapat di dalam retina yang merupakan lapisan jaringan yang peka terhadap cahaya dan berada di balik inner eye.

Seperti dikutip dari nlm.nih.gov, jika hanya kehilangan satu pigmen, maka ada kemungkianan si kecil hanya sulit membedakan antara warna merah dan hijau. Kondisi ini merupakan jenis buta warna yang paling umum ditemukan. Sementara itu ada juga yang sulit membedakan antara warna biru dan kuning.

Pada umumnya anak sudah bisa membedakan warna pada usia 18 bulan, tapi sebagian besar anak mulai bisa membedakan antara satu warna dan lainnya dengan lebih baik saat berusia 36 bulan.

Sebagian besar orangtua akan menaruh kecurigaan pada anaknya saat sulit mengajarkan tentang warna-warna dasar padanya, dan 99 persen orang yang buta warna mengalami kelemahan pada warna merah atau hijau. Hal ini akan membuat seseorang sulit membedakan berbagai warna yang mengandung merah atau hijau. Misalnya kelemahan warna merah akan sulit membedakan warna violet, ungu dan biru.

Beberapa gejala yang muncul dari tiap orang bervariasi, tanda-tandanya bisa berupa:

  1. Memiliki kesulitan atau masalah saat melihat warna dan kecerahan dari warna, walaupun sebenarnya warna tersebut biasa saja.
  2. Ketidakmampuan membedakan antara beberapa warna yang mirip.
  3. Kesulitan untuk mengingat suatu warna.

Namun tidak semua anak yang mengalami kesulitan membedakan warna adalah buta warna. Sebaiknya orangtua mulai melakukan tes dengan menggunakan serangkaian kartu dengan titik-titik warna dan bentuk yang tersembunyi. Dalam hal ini orangtua bisa mengetahui seberapa cepat si kecil dapat mengenali warna.

Untuk memeriksa buta warna kelemahan merah, maka mintalah anak untuk memilih krayon berwarna merah dari urutan krayon berwarna oranye, kuning dan juga hijau.

Sedangkan untuk memeriksa buta warna kelemahan hijau, maka mintalah anak untuk memilih krayon berwarna hijau dari urutan krayon berwarna putih, coklat dan abu-abu. Jika anak mengalami kesulitan membedakan warna tersebut, periksalah lebih lanjut ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

dr. Teguh Haryo Sasongko, PhD, menuturkan buta warna parsial (biasanya buta warna pada spektrum merah dan hijau) adalah kelainan genetik yang terkait dengan salah satu kromosom sex, yaitu kromosom X. Kerusakan pada 2 gen bertanggung jawab pada buta warna parsial ini, yaitu OPN1LW (yang mengkode pigmen merah) dan OPN1MW (yang mengkode pigmen hijau).

Bahaya Konsumsi Telur Mentah

img


Jakarta, Mencampur telur mentah dalam minuman seperti jamu, minuman energi atau makanan sudah menjadi kebiasaan sejumlah orang. Telur mentah untuk campuran minuman dan makanan itu dipercaya cukup higienis dan aman dikonsumsi. Adakah bahaya konsumsi telur mentah? Selengkapnya

6 Cara Bikin Tulang Kuat

img

New York, Ancaman pengeroposan tulang lebih banyak dialami perempuan ketika mulai masuk usia lanjut. Perempuan usia 35 tahun ke atas sudah harus selektif dalam urusan makan terutama makanan yang bisa membangun tulang menjadi sehat.

Dr. Maoshing Ni, penulis buku Second Spring menguraikan 6 cara mudah untuk membangun tulang kuat yang bisa diterapkan siapa saja sebelum kepadatan tulang hilang akibat osteoporosis. Selengkapnya

Penyakit-penyakit Anak yang Makin Parah di Malam Hari

img


Jakarta, Penyakit yang diderita oleh anak-anak memang bisa bertambah parah jika malam hari datang, karenanya orangtua harus mengetahui bagaimana cara mengatasinya.

Seperti dikutip dari Parenting, ada beberapa penyakit yang bisa bertambah parah saat malam hari, yaitu:

Asma dan alergi
Anak yang memiliki asma atau alergi tertentu, biasanya akan bertambah parah saat malam hari. Santiago Martinez, MD ahli alergi anak dari Florida State University Medical School di Tallahassee menuturkan saat malam hari kadar hormon kortisol akan menurun, padahal hormon ini memiliki fungsi dapat mencegah asma. Selain itu beberapa alergen kemungkinan banyak terdapat di kamar anak, sehingga meningkatkan paparannya saat anak sedang tidur.

Untuk mengatasinya sediakan selalu obat semprot asma di sekitar tempat tidur anak dan juga menyediakan ventilasi yang baik di kamar anak. Beberapa orangtua ada yang melakukan imunoterapi, yaitu memaparkan sejumlah kecil alergen ke tubuh anak sehingga sistem kekebalannya mulai terbangun. Selain itu rajin membersihkan kamar anak untuk mencegah paparan alergen.

Batuk
Hampir semua batuk akan bertambah buruk saat malam hari. Hal ini karena sebagian aliran darah ke saluran pernapasan akan mengalami perubahan saat anak sedang berbaring dan juga udara yang kering dapat memperburuk keadaan. Selain itu batuk yang terjadi biasanya disebabkan oelh infeksi virus yang menetap di saluran napas bagian atas dan akan menyerang saat anak sedang dalam kondisi tidak fit.

Orangtua bisa memberikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi pembengkakan di saluran udara dan meringankan ketidaknyamanan. Usahakan untuk memberikan temperatur kamar yang pas, jika udara terlalu dingin biarkan anak untuk berada di tempat yang hangat selama 15 menit sedangkan jika udara terlalu panas biarkan AC kamar menyala selama 5 menit.

Demam
Suhu tubuh secara alami akan naik saat menjelang malam hari, sehingga demam yang ringan di siang hari akan mengalami peningkatan suhu saat malam hari atau ketika anak sedang tidur.

Untuk mengatasinya lakukan pengukuran suhu tubuh secara berkala dan memberikan obat penurun panas sebelum anak tidur. Usahakan untuk membantunya tetap terhidrasi dengan memberinya minum saat terbangun dari tidurnya. Jika kondisi tidak membaik saat pagi harinya, maka segera periksa ke dokter.

Kulit gatal
Karena saat anak tertidur atau dalam posisi berbaring, maka akan jauh lebih mudah bagi anak untuk terfokus pada rasa gatalnya baik yang disebabkan oleh gigitan serangga, eksim atau alergen lain.

Untuk mengatasinya orangtua bisa memberikan pelembab di kulit anak sambil memijatnya dengan lembut, karena dua hal ini bisa membantu menenangkan. Selain itu jaga kondisi kelembaban udara di kamar anak untuk menghindari kondisi yang semakin buruk.

Hidung tersumbat
Karena saat tertidur atau berbaring, lubang hidung akan semakin membengkak dan membuat kondisinya bertambah buruk. Tak jarang posisi duduk akan membuat kondisi menjadi lebih baik.

Untuk mengatasinya orangtua bisa menggunakan obat tetes atau semprot untuk hidung yang dapat melembabkan membran dan mengendurkan sekresi, sehingga anak akan lebih mudah untuk bernapas. Namun sebaiknya obat ini tidak digunakan untuk anak di bawah usia 2 tahun. Selain itu usahakan agar suhu di kamar anak tidak terlalu dingin.

Sakit telinga
Saat berbaring akan meningkatkan pengumpulan cairan atau fluida sehingga memberikan tekanan yang lebih pada jaringan di telinga yang meradang. Hal ini yang membuat anak akan semakin menderita akibat sakit di telinganya saat malam hari.

Untuk mengatasi rasa sakitnya, anak bisa diberikan ibuprofen atau acetaminophen jika berusia di atas satu tahun. Namun ada juga cara alami untuk meringankan rasa sakitnya, yaitu dengan mengusapkan kain yang hangat di sekitar telinga anak yang sakit.



Deteksi Autis Melalui Suara Anak

img



Jakarta, Jumlah anak autis semakin meningkat. Jika dulu autis hanya bisa dideteksi melalui tingkat laku dan juga tes urin, kini autis pada anak bisa dideteksi melalui suara.

Sebuat penelitian menemukan autisme bisa terdeteksi pada anak dengan cara menganalisa suaranya. Balita yang mengalami gangguan dalam perkembangan pengucapan kata-kata sehingga berbeda dengan anak-anak sehat lainnya, akan dianalisis dengan menggunakan sistem analisis suara otomatis yang diciptakan oleh para peneliti.

Perangkat deteksi suara ini disebut dengan LENA (Language Environment Analysis). Alat ini dapat menyeleksi adanya gangguan spektrum autis (autism spectrum disorder/ASD) yang menjadi intervensi awal yang penting.

Alat ini bekerja dengan cara merekam percakapan anak sepanjang hari dan kemudian memasukkan data tersebut ke dalam program komputer khusus. Nantinya suara ini akan dibandingkan dengan suara dari anak-anak yang memang sudah diketahui memiliki kondisi autis.

Kata-kata yang diucapkan oleh bayi dengan autisme, terutama saat mengucapkan suku kata berbeda dengan anak-anak lain yang berkembang secara normal. Alat ini bisa membedakan suara anak normal, anak yang memiliki autis dan anak yang memang memiliki keterlambatan perkembangan berbicara.

Deteksi dengan menggunakan sistem ini membutuhkan biaya sekitar 130 poundsterling atau Rp 1,8 juta (kurs pounds 13.800) dengan tingkat akurasi sebesar 86 persen. Hasil temuan ini telah dipublikasikan secara online dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

"Teknologi ini bisa membantu para dokter anak untuk mendeteksi apakah anak tersebut memiliki autis atau tidak, sehingga dapat menentukan rujukan yang tepat ke spesialis untuk dilakukan diagnosis secara penuh. Karena jika bisa dideteksi sejak dini, maka pengobatan dan perawatan yang diberikan bisa lebih efektif," ujar Profesor Steven Warren dari Kansas University, seperti dikutip dari Telegraph.

Dalam studi ini peneliti menganalisis suara dari 232 anak berusia 10 bulan hingga 4 tahun. Ditemukan indikator yang paling penting untuk mendeteksinya melalui cara anak-anak tersebut mengucapkan suku kata, yaitu dengan gerakan rahang dan juga lidah selama pengucapan.

Mencegah Terjadinya Keguguran Berulang

img


Jakarta, Mengalami keguguran berulang akan menimbulkan luka emosional dan fisik bagi perempuan. Namun bukan berarti perempuan yang mengalami keguguran tak bisa memiliki kehamilan yang sukses. Ketahui cara mencegah keguguran berulang.

Keguguran terjadi jika ibu hamil kehilangan kehamilannya yang berusia kurang dari 20 minggu. Secara emosi kadang timbul perasaan bersalah dan juga keraguan terhadap diri perempuan yang keguguran.

Penyebab keguguran ini beragam seperti adanya kromosom yang abnormal pada janin, penyakit genetik yang diwariskan, usia ibu yang sudah berada di atas 35 tahun, kondisi rahim yang tidak normal, kelainan metabolisme dan hormon, gangguan autoimun dan juga adanya gangguan pembekuan darah.

Ketika seseorang mengalami dua kali atau lebih keguguran di trimester pertama atau satu kali keguguran di trimester kedua, maka harus ada evaluasi dari dokter kandungan. Pemeriksaannya mencakup tes darah, USG rahim, histeroskopi (melihat rahim melalui leher rahim) dan biopsi endometrium.

Dikutip dari Health.MSN, jika penyebabnya diketahui dan diobati maka tingkat keberhasilan kehamilan perempuan yang pernah keguguran bisa meningkat hingga 90 persen.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendukung kehamilan yang sehat dan mencegah terjadi keguguran kembali yaitu:

  1. Mengonsumsi makanan yang seimbang dan juga bergizi, serta mengambil manfaat dari asam folat.
  2. Menghentikan kebiasaan minum alkohol, merokok dan juga menghindari paparan asap rokok.
  3. Melakukan olahraga teratur, terutama latihan yang memiliki intensitas rendah seperti berjalan kaki.
  4. Menjaga berat badan agar tetap sehat dan tidak berlebihan.
  5. Mengurangi konsumsi kafein yang terdapat dalam berbagai minuman dan makanan.
  6. Menanyakan pada dokter atau apoteker jika ingin mengonsumsi obat yang dijual bebas atau obat resep yang diberikan.
  7. Menghindari terkena paparan radiasi atau zat kimia yang bisa berbahaya, terutama jika pekerjaannya berhubungan dengan radiasi.
  8. Menjaga kebersihan dan kesehatan dari hewan peliharaan.

Berapa lama waktu yang harus ditunggu seseorang sebelum akhirnya memutuskan untuk hamil kembali tergantung dari diri setiap orang.

Para ahli menyarankan agar seseorang menunggu hingga ia mendapatkan satu atau dua kali siklus menstruasi yang teratur. Selain itu juga memberikan waktu untuk memulihkan emosi dirinya.


10 Pertanyaan Anak Seputar Menstruasi

img
(Foto: parentimpact)


Jakarta, Mendapatkan menstruasi pertama kali adalah suatu peristiwa penting bagi seorang gadis. Tak heran akan muncul banyak pertanyaan seputar peristiwa tersebut dan orangtua sebaiknya bisa menjawabnya dengan bijak.

Sebagian besar anak perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kalinya saat berusia 12-13 tahun, walaupun ada beberapa yang mengalaminya lebih cepat atau lebih lambat.

Beberapa anak ada yang menyambutnya dengan perasaan gembira, lega, bingung bahkan takut. Karenanya akan ada banyak pertanyaan seputar menstruasi dari anak, baik sebelum ia mendapat haid pertama atau saat pertama kalinya.

Dikutip dari Kidshealth, pertanyaan yang sering dilontarkan anak seputar menstruasi yaitu:

1. Kenapa hanya anak perempuan yang mengalami menstruasi?
Jelaskan padanya bahwa anak laki-laki memiliki cara yang berbeda selama masa pubertas, misalnya suara menjadi lebih besar atau tumbuh rambut di wajahnya. Tapi kalau anak perempuan mengalami menstruasi, karena terjadi perubahan di dalam rahimnya dan anak laki-laki tidak memiliki rahim.

2. Apakah anak perempuan mengalami menstruasi sepanjang hidupnya?
Tidak sepanjang hidupnya, karena pada usia tertentu perempuan akan berhenti mengalami menstruasi atau disebut dengan menopause. Hal ini menyebabkan seorang perempuan tidak akan mampu lagi untuk hamil.

3. Berapa lama menstruasi akan berakhir?
Lamanya waktu seseorang mengalami mestruasi bervariasi untuk setiap perempuan, tetapi biasanya akan terjadi antara 3 hari hingga seminggu.

4. Berapa banyak darah yang dikeluarkan?
Jumlah darah yang dikeluarkan berbeda-beda, tergantung dari tingkat menstruasinya apakah termasuk ringan, sedang atau berat. Meski demikian terkadang jumlah darahnya bervariasi dari waktu ke waktu pada perempuan yang sama.

5. Mana yang lebih baik, pembalut atau tampon?
Dalam memilih, hal yang terpenting adalah seorang perempuan harus merasa nyaman baik secara fisik maupun emosionalnya. Pada awal-awal menstruasi tampon mungkin akan membuat perempuan merasa tidak nyaman karena panggul dan vaginanya masih terus berkembang. Tapi hal ini kembali lagi pada rasa nyaman dari perempuan tersebut. Selain itu orangtua juga harus mengajarkan pada anak bagaimana cara menggunakan pembalut atau tampon untuk pertama kalinya, sehingga anak tidak menjadi frustasi.

6. Apakah anak perempuan harus berhenti olahraga saat sedang menstruasi?
Berilah pemahaman bahwa anak-anak bisa melakukan segala hal yang biasa dilakukannya selama anak merasa nyaman, sehingga anak tidak merasa menstruasi sebagai penghalang bagi aktivitasnya.

7. Apakah akan selalu mengalami kram perut setiap menstruasi?
Kekhawatiran mengalami kram perut adalah masalah besar bagi beberapa anak perempuan. Karenanya anak harus memahami bahwa tidak semua anak perempuan akan mengalami kram saat menstruasi dan kram yang terjadi biasanya hanya berlangsung di hari-hari awalnya saja. Tapi kondisi ini bisa diatasi dengan mengompres perut menggunakan air hangat.

8. Apa yang dimaksud dengan PMS (Premenstrual syndrome)?
PMS adalah perubahan fisik dan emosional yang biasanya terjadi sebelum seseorang mendapatkan menstruasi, perubahannya seperti perubahan suasana hati yang cepat, mudah marah, perut kembung atau payudara yang mengencang. Tapi dengan banyak istirahat, olahraga dan makan yang seimbang dapat mengurangi kondisi ini.

9. Apakah perlu menyemprotkan cairan vagina saat menstruasi?
Tidak perlu menggunakan atau menyemprotkan cairan apapun ke vagina, karena dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena infeksi akibat keseimbangan bakteri normal di vagina yang terganggu.

10. Apa itu toxic shock syndrome (TSS)?
Sindrom ini adalah infeksi bakteri yang jarang terjadi tapi bisa berakibat serius dan biasanya berkaitan dengan penggunaan tampon. Namun jika tampon diganti secara teratur misalnya setiap 4 jam atau lebih sering jika tingkat menstruasinya berat, maka kondisi ini bisa dicegah.


Benarkah Minum Kopi Cegah Kejang-kejang pada Balita?

img
Jakarta, Saat orangtua minum kopi, terkadang suka memberikan satu atau dua sendok kopi pada balitanya. Orangtua percaya dengan diberi kopi dapat mencegah anak terkena kejang-kejang.

Kebiasaan memberi kopi ke anak bahkan sudah menjadi tradisi oleh sebagian masyarakat. Tapi benarkah memberikan kopi ke balita bisa membuat anak tak terkena setip?

"Sampai saat ini kabar tersebut masih mitos dan belum pernah ada penelitian yang bisa menjelaskan tentang hal tersebut," ujar dr Rifan Fauzie, SpA.

dr Rifan mengatakan hal yang lebih mengkhawatirkan lagi, ada beberapa orangtua yang justru memberikan anaknya kopi saat sedang terjadi kejang. Kondisi ini menurutnya sangat berbahaya, karena saat sedang kejang proses menelannya akan terganggu.

"Kopi yang diberikan saat anak sedang kejang tidak akan masuk pencernaan atau ke lambung, tapi akan masuk ke paru-paru. Nantinya kopi ini akan menimbulkan reaksi yang bisa menyebabkan terjadinya peradangan di paru-paru," ungkap dokter yang berpraktek di RSAB Harapan Kita.

Kopi yang dikonsumsi bisa merangsang sistem simpatik. Karenanya orang dewasa yang jarang mengonsumsi kopi bisa menyebabkan jantung berdetak lebih cepat atau menyebabkan diare jika minum kopi. Hal ini juga berlaku pada balita yang diberikan kopi meskipun jumlahnya sangat sedikit.

"Pada intinya memberikan kopi pada anak-anak akan lebih banyak efek sampingnya dibandingkan dengan manfaatnya," ujar dokter berusia 40 tahun ini.

Salah satu cara untuk mencegah anak mengalami kejang adalah dengan menurunkan temperatur demamnya, misalnya dengan cara mengompres hangat, memberikan minum yang banyak atau memberi obat penurun demam.

Karenanya penting bagi orangtua untuk memiliki termometer di rumah, jika anak demam bisa secara teratur mengukur suhunya dan jika sudah mencapai suhu 37-38 derajat celsius segera beri pertolongan.

"Jika ada riwayat mengalami kejang atau pernah kejang demam sebelumnya, disarankan untuk menurunkan temperaturnya agar tidak tinggi sehingga dapat memicu kejang," imbuhnya.

Namun jika anak sudah mengalami kejang maka lihat lokasi mana kejadian tersebut terjadi. Jika anak mengalami kejang di tempat tidur maka tidak terlalu berbahaya akibat benturan.

Tapi jika anak mengalami kejang saat bermain atau berada di lantai, maka berikan pengamanan bagi anak misalnya dengan meletakkan bantal atau sesuatu yang empuk di sekitarnya dan kalau memungkinkan pindahkan anak ke tempat tidur.