(Foto: child-development-guide)
Dengan melakukan stimulasi, deteksi dan intervensi dini, orangtua dapat mengotimalkan pertumbuhan, perkembangan dan potensi sang buah hati.
Banyak sekali kasus kelainan tumbung kembang anak yang ditemukan pada semua lapisan masyarakat, baik orang yang mampu maupun kurang mampu. Misalnya, gizi kurang, kelambanan perkembangan, gangguan daya dengar dan lihat, gangguan mental emosional, autisme, hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian pada anak.
Sayangnya, kasus-kasus yang ditemukan sudah terlambat, bahkan amat terlambat. Hal ini berdampak negatif bagi masa depan anak, beban bagi orangtua dan juga hilangnya potensi tenaga kerja di masa depan.
Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional tahun 2010, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) untuk 500 anak (dari semua lapisan masyarakat) usia 0-6 tahun dari 5 wilayah di Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal 13-15 Juli 2010.
Pelayanan SDIDTK merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk deteksi dini:
- Pertumbuhan: status gizi normal, kurang-buruk, makro dan mikrocephali (pertumbuhan ukuran kepala abnormal).
- Perkembangan: kelambatan perkembangan, gangguan daya lihat dan daya dengar.
- Gangguan mental emosional
- Autisme
- Hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian
Menurut Dr Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, pemeriksaan pertumbuhan dilakukan dengan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
Sedangkan deteksi perkembangan dilakukan dengan mengamati fungsi atau kemampuan anak, yaitu kemampuan sensorik, gerakan, komunikasi, interaksi dan kognitif.
Dari hasil pemeriksaan selama 2 hari, diperoleh data bahwa dari 397 anak yang diperiksa, 45 orang atau sekitar 11,3 persen mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan. 4 kelainan terbesar adalah:
- 16 anak mengalami Delay Development (perkembangan tidak sesuai dengan usia)
- 11 anak mengalami Global Delay Development (kelambatan perkembangan disertai dengan gangguan lihat dan dengar)
- 10 anak mengalami gizi kurang
- 7 anak tidak mengalami kenaikan berat badan selama beberapa bulan
- Sisanya mengalami Sindrom Down dan keterbelakangan mental
"Perlu dipahami bahwa semakin dini terdeteksi dan intenvensi dilakukan, pada banyak kasus gangguan pertumbuhan perkembangan semakin maksimal hasilnya," Dr Budihardja, DTM&H,MPH, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes, disela-sela acara Seminar Sehari 'Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Mengembangkan Potensi Anak' di Gedung SMESCO Indonesia, Jakarta.
Dr Budi juga menjelaskan bahwa kelainan tumbuh kembang yang terlambat dideteksi dan diintervensi dapat mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan berkurangnya efektivitas terapi.
Untuk mengatasi hal ini, Dr Soedjatmiko menyarankan para orangtua untuk melakukan skrining atau pemeriksaan rutin, terutama pada masa Golden Periode (usia 0-3 tahun), di saat otak anak sedang mengalami perkembangan dengan pesat. Pemeriksaan tersebut bisa dilakukan di pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas atau rumah sakit, setiap sebulan sekali atau setidaknya 3 bulan sekali.
- Kenali Gejala Buta Warna Pada Anak
- Bahaya Konsumsi Telur Mentah
- 6 Cara Bikin Tulang Kuat
- Penyakit-penyakit Anak yang Makin Parah di Malam H...
- Deteksi Autis Melalui Suara Anak
- Mencegah Terjadinya Keguguran Berulang
- 10 Pertanyaan Anak Seputar Menstruasi
- Benarkah Minum Kopi Cegah Kejang-kejang pada Balit...
- 5 Cara Menghindari Operasi Caesar yang Tak Diperlu...
- Suhu Tubuh Naik 42 Derajat Saat Main, Nyawa Bocah ...
- Agar Postur Tubuh Anak Tidak Bungkuk
- Bocah Berperilaku Sadis Karena ADHD