Selasa, 26 April 2011

Tantrum, Saat Emosi Anak Meledak dan Tak Terkontrol

img
Jakarta, Tidak semua anak selalu bersikap baik dan nurut dengan orangtuanya. Terkadang anak memiliki sifat marah yang meledak-ledak atau emositak terkontrol yang dinamakan tantrum, jika keinginannya tidak terpenuhi.

Bagaimana mengatasi tantrum pada anak?

Batita (bayi di bawah 3 tahun) juga bisa merasa frustasi atau kesal. Sebagian besar disebabkan anak ingin melakukan banyak hal, tapi tidak bisa dilakukan karena tidak diizinkan oleh orangtuanya atau ia belum mampu melakukannya.

Bisa juga disebabkan karena ia merasa lapar, kelelahan atau kesal, yang tidak bisa diungkapkan pada orangtuanya. Hal ini disebabkan si kecil belum memiliki kesadaran diri atau kemampuan berbahasa yang optimal. Kondisi inilah yang menjadi penyebab tantrum pada anak.

Seperti dikutip dari buku Your Baby Month by Month karangan Su Laurent dan Peter Reader, Jumat (2/7/2010) yang diterbitkan Esensi, salah satu cara untuk mencegah tantrum adalah dengan mengenali potensi dari pemicunya sebelum terlambat.

Salah satu pertanda anak akan tantrum adalah menjadi pembangkang, menolak untuk digandeng, perubahan intonasi suara serta adanya perubahan sikap pada si kecil.

Jika sudah muncul tanda-tanda tersebut, pilihan terbaiknya adalah mengalihkan perhatian anak misalnya dengan menyanyikan lagu bersama-sama, membuat raut muka yang lucu atau mengajaknya bermain.

Meski tantrum si kecil bisa membuat orangtua kesal dan marah karena alasannya yang kadang tidak masuk akal, tapi ingatlah bahwa apa yang dilakukan si kecil terkadang bukanlah sesuatu yang telah ia pikirkan sebelumnya.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi anak yang tantrum, yaitu:
  1. Bersikaplah konsisten terhadap batasan yang sudah ditetapkan. Sebaiknya tidak mencoba untuk menghentikan tantrum dengan cara mengabulkan permintaan si kecil, walaupun berada di tempat umum. Karenanya disiplin diri diperlukan saat berhadapan dengan masalah perilaku anak.
  2. Usahakan untuk tidak beragumentasi dengan anak. Saat berada di puncak tantrum, anak berada di luar kendali dan tidak mampu mendengar. Sehingga memberinya nasehat atau perhatian tidak akan berguna atau justru memperburuk keadaannya.
  3. Menghadapinya dengan sabar. Anak-anak tidak akan mungkin menjerit lama jika tidak ada orang yang mendengarkannya. Hal ini juga mengajarkan si kecil bahwa ia akan mendapatkan perhatian justru saat ia menjadi tenang.
  4. Mengalihkan perhatiannya. Terkadang memberinya permainan baru atau melakukan sesuatu yang berbeda bisa menghentikan anak dari tantrum.
  5. Menanganinya dengan baik sesudahnya. Setelah anak berhenti menjerit, maka segeralah gendong dan memeluknya untuk mendorongnya agar bisa bersikap lebih baik.