Ilustrasi (Foto: guardian)
Padahal menurut sebuah survei yang dilakukan terhadap 3.000 orang, kesehatan wanita lebih sering terganggu. Dikutip dari Dailymail, Kamis (10/6/2010), wanita mengalami flu dan pilek rata-rata 7 kali per tahun, sementara pria hanya 5 kali per tahun.
Hampir 50 persen responden wanita dalam survei tersebut sepakat, pria cenderung melebih-lebihkan kondisi sakit yang sesungguhnya. Perilaku yang sama pada wanita hanya dilaporkan oleh 40 responden pria.
Responden wanita menilai, 57 persen pria melakukan hal itu untuk mencari perhatian. Bahkan 66 persen pria dikatakan tak henti-hentinya merintih dan mengeluh selama terbaring sakit.
Angka tersebut cukup kontras jika dibandingkan dengan pendapat responden pria. Upaya menarik perhatian hanya terjadi pada 50 persen wanita, sedangkan rintihan dan erangan saat sakit hanya dialami 56 persen wanita.
Meskipun demikian, pria cenderung ingin menunjukkan semangat tingginya dalam menghadapi kondisi sakit. Akibatnya, 67 persen pria menolak untuk menginggalkan pekerjaan meski sedang sakit.
Survei tersebut dilakukan baru-baru ini oleh Karl Elliott dari Engage Mutual.
'Man flu' bukan mitos
Kecenderungan pria untuk melebih-lebihkan penyakit telah lama dikeluhkan para istri di Inggris, dan memunculkan istilah 'man flu'. Misalnya ketika hidung meler, pria akan menganggapnya sebagai flu, sementara sakit kepala biasa dianggap migrain.
Namun peneliti dari University of Cambridge mengungkap bahwa kecenderungan itu bukan sekedar mitos. Dikutip dari Telegraph, Rabu (9/6/2010), para peneliti membuktikan bahwa sebuah penyakit bisa menjadi lebih parah dan bertahan lebih lama ketika menyerang pria.
Hal ini diduga erat kaitannya dengan gaya hidup sebagian besar pria yang aktif, keras dan cepat. Akibatnya daya tahan tubuh pada pria lebih rendah dibandingkan pada wanita.
Gaya hidup yang dikatakan mirip petualang ini membuat sistem kekebalan tubuh kurang mendapat kesempatan untuk berkembang. Di samping tidak mendapat energi yang cukup, kekebalan tubuh harus selalu bekerja keras untuk mengimbangi aktivitas pria yang tinggi.
"Dalam banyak kasus, pria memang lebih rentan terhadap infeksi dan lebih sulit mengatasi infeksi," ungkap Dr Olivier Restif dari University of Cambridge.
Untuk sakit parah pria malah jarang mengeluh
Sementara untuk sakit yang tak bergejala dan cenderung parah justru pria jarang mengeluh dan malas ke dokter. Sehingga banyak kasus ketika ke dokter kasusnya sudah sangat parah misalnya kanker prostat, kanker paru-paru atau jantung.
Pria kurang menyadari gejala-gejala gangguan kesehatan dan lebih malas melakukan pemeriksaan ke dokter. Pria sangat khawatir jika dirinya dianggap tidak sehat akan membuatnya terlihat begitu lemah.
Berbeda dengan perempuan yang sangat peka terhadap perubahan tubuhnya sehingga dokter bisa mendeteksi lebih dini penyakitnya dan menekan angka kematian.