(Foto: thinkstock)
Depresi sama mematikannya dengan merokok. Itu adalah simpulan yang diperoleh dari penelitian unik yang dilakukan oleh ilmuwan asal Inggris dan Norwegia. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam British Journal of Psychiatry.
Peneliti dari University of Bergen di Norwegia dan King's College di London membandingkan data survei lebih dari 60.000 orang dengan data rata-rata kematian. Hasilnya, selama empat tahun penelitian ditemukan bahwa risiko kematian akibat depresi benar-benar sebanding dengan risiko kematian akibat merokok.
Depresi dan merokok, keduanya diketahui sebagai faktor risiko penyakit jantung. Selain itu, orang yang tertekan dan juga perokok cenderung lebih sedikit melakukan aktivitas fisik, yang merupakan faktor serius lain penyebab penyakit jantung.
"Depresi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung, sama halnya dengan rokok," ujar psikolog Jeffrey Rossman, PhD, Direktur Manajemen Kehidupan di Canyon Ranch di Lenox, seperti dilansir dari MSN, Selasa (17/8/2010).
Menurut Rossman, kebanyakan orang yang depresi hanya menyimpan segala beban dalam pikirannya dan menganggap bahwa yang dialaminya bukanlah kondisi medis.
"Sebaiknya orang yang depresi mencari seseorang yang bisa diajak berbagi beban pikiran, seperti keluarga, teman, terapis atau dokter. Latihan aerobik secara teratur dan psikoterapi sama efektifnya dengan antidepresan untuk mengobati depresi klinis, dengan hasil jangka panjang lebih baik," tambah Rossman.
Rossman merekomendasikan tiga hal yang paling penting untuk mencegah depresi, yaitu:
- Tetap aktif dalam hubungan asrama, sosial, pekerjaan dan kegiatan lainnya.
- Melakukan latihan fisik minimal 30 menit selama 5 hari dalam seminggu
- Makan makanan yang sehat dan segar (bukan makanan kemasan) dan hindari konsumsi alkohol yang berlebihan