Rabu, 18 Mei 2011

Perokok Tidak Mempan Diolok-olok

img
Jakarta, Bagi yang sudah kecanduan, berhenti merokok bukan perkara mudah sekalipun sudah ada sedikit niat dari yang bersangkutan. Semakin diolok-olok (disindir) negatif semakin tidak digubris oleh perokok, karena berhenti merokok butuh dukungan bukan diolok-olok.

Dikutip dari Caring.com, berikut ini beberapa contoh peringatan basi yang tidak akan pernah digubris oleh seseorang yang sedang berusaha menghentikan kebiasaan merokoknya.

1. "Nanti kamu akan kena kanker paru-paru"
Tidak ada yang menyangkal bahwa rokok bisa meningkatkan risiko kanker terutama di paru-paru. Namun seorang perokok tentu sudah mendengar hal itu ratusan atau mungkin ribuan kali dalam hidupnya sehingga hanya akan dianggap angin lalu.

2. "Kalau kamu sayang aku, berhentilah merokok"
Sama halnya dengan kecanduan obat, seorang perokok merasa tidak punya pilihan. Seandainya bisa maka ia akan berhenti, namun kenyataannya dia merasa sulit menghentikannya. Mengatakan hal itu hanya membuatnya tersinggung dan mungkin benar-benar akan meninggalkan Anda.

3. "Idih.. rokok itu sangat menjijikkan"
Komentar negatif hanya akan membuat seorang perokok merasa Anda tidak berada di pihaknya. Seperti yang telah diungkap sebelumnya, perokok selalu merasa sulit untuk menghentikan kebiasaannya, jadi ia merasa tidak pernah butuh komentar semacam itu.

Jika memang ada niat dari si perokok untuk berhenti, sebaiknya dukung dengan komentar yang lebih netral. Misalnya dengan menanyakan, "Apa yang bisa kubantu untuk membuatmu lebih sehat?".

4. "Lihat itu, napasmu bengek!"
Jika yang merokok adalah pasangan Anda, sekali lagi hindari komentar negatif yang menyudutkan meski benar bahwa sesak napas yang dideritanya memang karena rokok. Namun cara yang lebih halus adalah mengajaknya berolahraga dan menjadikan hidup sehat sebagai tujuan bersama. Niscaya dengan sendirinya ia akan berusaha menghentikan kebiasaan merokok.

5. "Memangnya kamu ingin anak-cucumu lihat kamu merokok?"
Komentar semacam ini biasanya dilontarkan untuk mempermalukan seorang perokok. Cara ini tidak terlalu banyak gunanya sebab rasa malu sesungguhnya sudah ada di benak para perokok, meski di luar selalu mencitrakan diri seolah bahagia dengan identitasnya sebagai perokok.

Bentuk dukungan yang lebih efektif adalah komentar yang sifatnya menantang, tidak menyudutkan. Misalnya, "Berhenti merokok itu sulit kan, kalau berhasil pasti jadi contoh yang luar biasa bagi anak-cucumu".