Dalam lingkungan masyarakat aktif, terdapat sekelompok orang yang rela menghabiskan 11 jam waktunya dalam sehari untuk bekerja. Bahkan lebih dari 11 jam per hari. Tapi, tahukah Anda, kebiasaan tersebut justru tidak menyehatkan dan memicu beragam penyakit?
Menurut sebuah penelitian, menghabiskan lebih dari 11 jam di tempat kerja dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Risikonya sebanyak dua pertiga lebih tinggi dibandingkan mereka yang bekerja kurang dari 11 jam sehari.
Tim peneliti dari Unversitas Collage London mengamati lebih dari 7000 pegawai sipil yang bekerja pada Whitehall selama 11 tahun dan berapa jam waktu yang dibutuhkan mereka untuk bekerja setiap harinya.
Peneliti mengungkapkan, risiko sangat besar sehingga dokter harus menanyakan berapa jam mereka bekerja dan berapa banyak mereka minum alkohol atau merokok. Mereka juga mengumpulkan informasi terkait kondisi hati atau liver mereka dari catatan medis dan pemeriksaan kesehatan. Selama periode tersebut, sebanyak 192 responden menderita serangan jantung.
Hasil studi yang dipublikasikan dalam the journal Annals of Internal Medicine, menemukan bahwa karyawan yang bekerja lebih dari 11 jam berisiko 67% terserang jantung dibandingkan mereka yang bekerja dari pukul 9 pagi hingga lima sore.
Para peneliti mengatakan penemuan mereka berpotensi mencegah ribuan orang dari serangan jantung selama setahun dan dapat membantu para dokter menentukan penyebab pasien terserang jantung. Contohnya, serangan jantung pada pasien yang sudah berisiko tinggi karena obesitas dan merokok, dapat dicegah melalui mengurangi jam kerja mereka.
"Kami telah menunjukkan, hari kerja yang panjang dapat dikaitkan dengan peningkatan luar biasa dalam risiko terkena penyakit jantung," ujar pemimpin penelitian Professor Mika Kivimäki, dikutip oleh laman Daily Mail.
Informasi baru ini dapat membantu pengambilan solusi pengobatan untuk penyakit jantung. Selain itu, dapat digunakan untuk menyadarkan orang-orang yang terlalu sibuk bekerja, terutama bagi mereka yang memiliki faktor pendorongan serangan jantung lainnya.
Biasanya penyakit jantung terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah oleh lemak. Risiko ini meningkat jika orang tersebut merokok, memiliki tekanan darah dan kolesterol tinggi.
"Penelitian Whitehall sangat membantu kami membentuk pemahaman terkait faktor penentu sosial dari penyakit jantung," ujar Profesor Peter Weissberg, direktur medis di British Heart Foundation.
Namun menurutnya, temuan baru ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan bagaimana hal ini dapat berpengaruh bagi kesehatan jantung sehingga dapat mengubah pendekatan para dokter untuk menilai risiko serangan jantung seseorang dan solusi yang dapat mereka berikan pada kondisi kerja pasien.