(Foto: thinkstock)
Gorengan yang mengandung banyak lemak dan kolesterol, seringkali menjadi pemicu berbagai macam penyakit seperti jantung dan stroke. Makanan ini juga sama halnya dengan junk food yang tidak sehat.
"Tingkat konsumsi gorengan masyarakat sudah sangat mengkhawatirkan karena hampir tidak ada makanan yang tidak digoreng," ujar dr Phaidon L Toruan, MM, pakar hidup sehat saat dihubungi detikHealth, Senin (28/3/2011).
dr Phaidon menuturkan kondisi ini terlihat baik pada rumah-rumah makan umum atau di rumah sendiri yang mana orang lebih memilih makanan gorengan dibanding rebusan atau kukus.
Kebiasaan membuat makanan serba digoreng ini menurut dr Phaidon karena makanan yang digoreng lebih cepat dibuat, rasanya enak, serta praktis karena cukup diberi garam sedikit lalu digoreng.
Sayangnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng adalah bahan yang paling mudah teroksidasi. Proses oksidasinya bisa dilihat dari berubahnya warna minyak yang menjadi agak kehitam-hitaman setelah menggoreng.
Kalau makanan sudah teroksidasi maka radikal bebas akan mudah terbentuk. Radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh dapat menghancurkan DNA dalam sel-sel sehingga menyebabkan kanker dan banyak masalah kesehatan lainnya.
"Hubungan langsung antara gorengan dan kanker karena minyak yang digunakan untuk menggoreng tidak bisa optimal sehingga membuat orang gemuk, kalau orang gemuk maka kadar hormon estrogennya meningkat yang membuat seseorang rentan terkena kanker payudara pada perempuan," ungkapnya.
Selain itu, gorengan yang tinggi lemak akan membuat seseorang rentan terserang batuk dan memperlambat pengosongan lambung. Lemak akan merangsang tenggorokan dan membuatnya gatal sehingga mudah terserang batuk.
Gorengan juga tidak baik bagi penderita maag, karena dengan adanya lemak, lambung akan cepat terisi tapi lebih lambat dicerna, alhasil seseorang akan merasa sudah kenyang dan tidak akan cepat lapar padahal baru makan dalam porsi sedikit. Hal ini membuat kerja lambung akan terganggu.
Tapi sayangnya selama ini orang lebih menyukai makanan enak ketimbang makanan sehat. Orang lebih suka makanan yang kuat rasa manisnya karena lebih lezat, lebih suka yang bergaram atau bervetsin karena lebih gurih rasanya, serta lebih suka makanan yang digoreng karena lemaknya yang bikin enak ketimbang makanan yang direbus.
"Untuk mengubah pola makan seseorang tidak bisa langsung sekaligus, tapi secara bertahap dan pelan-pelan. Selain itu mind set nya juga harus diubah," ujar dr Phaidon L Toruan.
Dia juga berharap orang mulai mengubah gaya hidup makanan serba goreng menjadi sayur-sayuran dan buah-buahan.