Selasa, 31 Januari 2012

Penyebab Balita Gemuk di Indonesia


img
(Foto: thinkstock)


Jakarta, Indonesia belum bisa lepas dari status negara dengan balita gizi rendah. Tapi ternyata tak cuma balita gizi rendah saja yang bisa bermasalah, balita gemuk juga bisa menimbulkan banyak risiko.

Jumlah balita gemuk di Indonesia mencapai 14 persen, lebih tinggi sedikit dibanding jumlah balita yang kurus dan sangat kurus yang sebesar 13,3 persen. Sedangkan jumlah balita gizi normal menurut Riskedas 2010 masih lebih tinggi yaitu 72,8 persen.

Balita gemuk yang disebut gizi berlebih diketahui bisa menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit dan kondisi ini bisa dialami sejak balita.

Data Riskedas 2010 mencatat kota-kota dengan jumlah balita kegemukan adalah:

  1. Jakarta (19,6 persen)
  2. Sumatera Utara (18,3 persen)
  3. Sulawesi Tenggara (18,1 persen)
  4. Bali (17,5 persen)
  5. Jawa Timur (17,1 persen)

Balita gemuk atau gizi berlebih ini bukan karena kelebihan makan tapi kesalahan dalam memilih makanan.

"Gizi berlebih terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan yang keluar," ujar Menkes Dr dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH DrPH dalam pembukaan seminar Gizi Lebih: Ancaman Tersembunyi Masa Depan Anak Indonesia di Gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu (20/4/2011).

Menkes menuturkan ada beberapa hal yang bisa menyebabkan risiko gizi berlebih yaitu:

  1. Anak yang lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan pendek
  2. Bayi yang diberikan susu formula karena energi yang masuk berlebihan dibanding kebutuhannya
  3. Perubahan gaya hidup dan tidak ada aktivitas fisik
  4. Konsumsi makanan yang tidak seimbang

"Hal ini tidak cukup hanya disekolah, tapi juga di lingkungannya," ungkap Menkes.

Sementara itu Dr. Budihardja, DTM&H,MPH selaku Dirjen Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes menuturkan meningkatnya prevalensi bayi gemuk atau gizi lebih musti harus diwaspadai. Hal ini karena terjadi merata di semua tingkat usia dan status ekonomi.

Kondisi ini bisa memicu terjadinya PTM (Penyakit Tidak Menular) seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, kanker, kelainan muskuloskeletal serta kelainan pernapasan.

Menkes mengungkapkan dalam mengatasi masalah ini jangan membuat program yang merepotkan karena nantinya tidak akan berjalan langgeng seperti ibu-ibu diajak untuk membuat pastel bersama. Tapi buatlah makanan pagi yang praktis dan bergizi.

"Sekarang sedang tren acara memasak bersama artis, cobalah membuat program dengan mengajak artis untuk memasak bersama bagaimana cara menyiapkan makanan yang cepat, bergizi dan praktis," ungkap Menkes.

Selain itu ada beberapa strategi lain untuk mencegah kelebihan gizi dan obesitas pada balita seperti dituturkan oleh Dr Minarto, MPS selaku Ketua DPP PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) yaitu:

  1. Menerapkan standar emas makanan bayi yang dimulai dengan melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga 2 tahun serta memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat.
  2. Memasyarakatkan gizi seimbang
  3. Melakukan deteksi dan intervensi dini dengan melakukan pengukuran berat dan tinggi badan secara teratur
  4. Melakukan aktivitas fisik
  5. Menerapkan perilaku PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).