Begitu ide mentok saat mengerjakan skripsi, pelarian kita ke makanan. Sedang bermasalah dengan pacar, alih-alih mogok makan, kita malah ngemil terus-terusan dengan harapan sedih bakal terobati.
Sadar nggak, selain bikin berat badan naik, ternyata 'solusi' yang kita pilih ini merupakan salah satu efek dari gangguan psikologis, tuh.
Mau tahu apa penyebabnya dan bagaimana solusinya? Benarkah gangguan ini hanya dialami orang yang introvert saja? Cari tahu lebih lanjut di sini….
Kenali gejalanya
Secara awam, kelainan cara makan yang timbul karena stres biasanya kita kenal berhubungan dengan bulimia - memaksa keluar makanan yang sudah ditelan, salah satunya dengan memasukkan jari ke dalam tenggorokan. Maklum, banyak model bahkan Lady Di pun jadi korbannya.
Tapi, nggak sedikit dari kita yang justru melakukan sebaliknya saat stres. Kita cenderung makan berlebih, untuk mengisi ‘bagian yang kosong’ di dalam diri.
Menurut psikolog, Roslina Verauli M.Psi, gangguan ini dikenal dengan sebutan Binge Eating Disorder (BED). Ciri khasnya, saat stres, tertekan bahkan depresi, penderita BED cenderung makan terus-menerus sampai hitungan bulan. Makanannya dalam jumlah banyak, walau sebenarnya nggak merasa lapar.
"Makanan yang dikonsumsi pun nggak sehat. Tinggi kandungan lemak, garam dan gula tapi minim kandungan gizi yang menyehatkan. Contohnya makanan cepat saji, makanan serba manis, dan yang mengandung pengawet," jelas Vera.
Gara-gara emosi
Secara garis besar berhubungan dengan gangguan cara makan, tapi masih ada penyebab lain sehingga kita bisa mengalami BED. Dikenal dengan istilah expression disorder, penderita BED menganggap makanan adalah solusi yang bisa menghibur dirinya saat mengalami masalah.
"Setiap orang yang emosi pasti tingkat agresivitasnya meningkat. Nah, pada penderita BED, emosi yang nggak bisa disalurkan jadi timbul dalam agresivitas oral, yaitu dengan mengunyah makanan," ujar Vera.
Efeknya, selain kondisi tubuh jadi nggak nyaman karena mual dan sakit perut, berat badan pun melambung dan bisa mengarah ke obesitas. Selain masalah fisik, efeknya pun berlanjut ke arah psikis. Berat badan melambung malah bikin kita tertekan. Ujung-ujungnya, makin 'rajin' makan, deh.
Beragam solusi
Kebiasaan ngemil saja sulit dihilangkan, apalagi yang menyangkut psikologis. Tapi menurut Vera solusinya justru nggak terlalu rumit, kok.
"Pertama, cari akar permasalahan yang utama. Apakah kita punya masalah emosional yang memicu untuk makan banyak," jelas Vera.
Misalnya, ternyata selama ini kita merasa kesepian. Untuk menghibur diri, supaya nggak bete, pelarian kita ke makanan. Padahal, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghibur diri. Ngobrol dengan teman di telepon, ajak mereka jalan-jalan ke mal untuk nonton dan makan bareng. Simple and fun, kan?
Supaya godaan makan nggak kembali timbul, menurut Vera hindari, tuh, meletakkan makanan di dekat TV, sofa atau di sisi tempat tidur. Letakkan hanya di meja makan saja. Dengan begitu, kita harus usaha lebih jika ingin makan. Intinya, sih, dipersulit bertemu makanan dan tentunya menuntut kita untuk lebih disiplin. Sulit, sih, tapi pasti bisa!
"Kalau solusi di atas gagal, datang ke psikolog untuk dibantu cara mengontrol diri dan membangun hubungan interpersonal dengan orang lain. Tapi jika masalahnya karena depresi, sebaiknya ke psikiater untuk diberi obat anti depresan. Jika penderita BED sudah bisa mengatasi rasa depresinya, pola makannya pun kembali normal," jelas Vera.
Si Introvert, Rawan BED?
Berhubung orang introvert (tertutup) biasanya nggak mudah mengekspresikan diri, emosi pun keluar dalam bentuk makan berlebih. Contohnya, keinginan kita untuk menjadi pramugari nggak disetujui orangtua. Walau sebenarnya nggak mau melawan keputusan orangtua, tapi secara nggak sadar kita menunjukkan aksi protes dengan terus-terusan makan berlebih.
Meski begitu, menurut Vera tipe ekstrovert juga punya kemungkinan menderita BED. "Orang yang senang ngomong, kebutuhan oralnya tinggi, kebutuhan makannya jadi lebih banyak. Mereka cenderung agresif secara verbal, frekuensi makannya pun sering dan cenderung cepat saat mengunyah".
Waspada BED
Apakah kita terkena BED, tapi nggak menyadarinya? Beberapa tanda ini nggak mutlak, sih, tapi bisa dijadikan patokan kita untuk lebih 'aware' lagi….
Sering makan di luar waktu makan seharusnya-terutama saat sedang emosi (marah, sedih, bingung, senang). Lebih memilih makanan cepat saji dan makanan manis dibandingkan makanan yang menyehatkan dan kaya gizi. Berat badan naik drastis, kecuali buat yang sedang mengandung, ya.
Obes vs BED
Eits, jangan buru-buru menuduh orang bertubuh gemuk atau doyan makan menderita BED, ya! Soalnya, nih, BED bukanlah satu-satunya penyebab obesitas.
Obesitas bisa diturunkan dari orangtua. Menurut Vera, orang gemuk—bahkan obesitas, punya sel lemak yang besar dan butuh lemak dalam jumlah banyak untuk mengisinya. Itulah alasan mengapa orang yang telanjur obesitas kesulitan menurunkan berat badan. Pola makan mereka terbiasa makan berlebih dan sering, itu sulit dihilangkan. Kecuali mereka punya keinginan kuat untuk melawannya.
Ceplokan
Berdasarkan hasil jajak pendapat di www.citacinta.com, sebanyak 39% pembaca CC ternyata memilih makan dan ngemil terus-terusan sebagai pelarian saat stres. Ow.. oow..