Minggu, 04 Desember 2011

Usus Lengket, Sakit Maag Kronis dan Susah Kentut

img
(Foto: thinkstock)
Dok, saya mau tanya berkaitan dengan adik saya. Adik saya laki-laki umur 25 tahun dengan berat badan 49 kg dan tinggi badan 155 cm. Saat ini ia sedang sakit. Diagnosa awal dokter adalah maag kronis. Saat ini penanganannya adalah pakai oksigen lewat hidung, dikeluarkan gas lambungnya melalui mulut, tidak boleh makan dan minum, diberi obat.

Dokter juga mendiagnosa bahwa adik saya usus buntunya lengket sehingga tidak bisa kentut. Jika dalam beberapa hari masih belum bisa kentut akan dioperasi. Yang saya tanyakan apakah prosedur penanganan maag kronis memang demikian? Apakah usus buntu yang lengket penyebab tidak bisa kentut dan harus dioperasi?Terimakasih.

Indra (Pria Lajang, 31 Tahun), ib.kurXXXX@gmail.com
Tinggi Badan 179 Cm dan Berat Badan 75 Kg

Jawaban

Dear sdr Indra,
Terimakasih atas pertanyaannya...

Radang usus buntu gejala awalnya sama dengan keluhan sakit maag (gastritis, tukak lambung) yaitu nyeri di ulu hati (epigastrium). Dan lebih dari 50 persen pasien-psien dengan radang usus buntu yang datang ke dokter bedah sudah diterapi sebelumnya dengan terapi gastritis namun keluhan tetap hilang timbul.

Kalau radang usus buntu tersebut berlangsung terus maka pada tahap kedua ada demam, tahap ketiga baru dirasakan nyeri di perut kanan bawah. Pada tahap ketiga ini adalah kebocoran (perforasi) dari usus buntu yang meradang tadi sehingga isi usus buntu berupa kotoran dan sisa makan yang didalamnya banyak mengandung bakteri keluar ke dalam rongga perut.

Kondisi ini menimbulkan infeksi rongga perut (pertonitis) dan bila berlangsung lama menyebabkan berbahayanya tumpahan sehingga infeksi rongga perut makin berat dan meluas (peritonitis umum).

Sehingga usus dengan usus, usus halus dengan usus besar, usus dengan lemak usus (omentum) dan juga dengan organ-organ yang ada di dalam rongga perut akan saling melekat. Akibatnya terjadi gangguan gerakan usus (obstruksi usus) sehingga pasien tidak bisa buang gas maupun BAB (buang air besar) dan ini memerlukan tindakan segera karena obat saja tidak akan mampu secara tuntas membunuh bakteri-bakteri di dalam rongga perut.

Selain itu, kurangnya makan dan minum, panas badan yang tinggi dan infeksi berat di dalam rongga perut (sepsis intra abdominal) akan membuat pasien kekurangan cairan (dehidrasi, hipovolemia), kesulitan bernapas karena hambatan gerakan naik turun diafragma dan pasien akan dengan sangat cepat mengalami perburukan.

Pada keadaan ini, tindakan yang harus segera dilakukan adalah pemberian cairan yang cepat, operasi untuk pembersihan infeksi di dalam rongga perut, pemberian antibiotik dosis tinggi dan obat-obat serta peralatan penunjang seperti obat penguat kontraksi jantung dan kapiler, alat bantu nafas (bila diperlukan) dan perawatan ICU tentunya.

Dr. Pria Agustus Yadi, Sp.B-KBD
Dokter Spesialis Bedah Digestif. Praktik di RS PONDOK INDAH Jl. Metro Duta Kav UE Pondok Indah, Jakarta. Telepon 021 765 7525.