Minggu, 04 Desember 2011

Larangan Jual Rokok Ketengan Akan Kurangi Perokok Muda

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Jumlah perokok muda di Indonesia cukup besar, salah satunya karena rokok ketengan dijual sangat murah. Jika larangan merokok secara total sulit dilakukan, larangan jual rokok ketengan dinilai cukup membantu menekan jumlah perokok muda.

Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Kartono Mohammad mengatakan rokok eceran atau lebih dikenal dengan istilah ketengan paling banyak dibeli oleh anak-anak yang uang sakunya pas-pasan. Selain itu, perokok dari golongan ekonomi lemah juga banyak membelinya.

"Kalau jual rokok ketengan dilarang, pengaruhnya akan besar terutama untuk menekan jumlah anak-anak yang merokok. Selain itu harganya harus mahal, cukainya harus sangat mahal," ungkap Dr Kartono usai diskusi Tingginya Angka Kematian Penyakit Tidak Menular di Indonesia di MRCCC Siloam, Semanggi.

Meski harga cukai rokok dinaikkan dan jual rokok ketengan dilarang, konsumsi rokok diyakini akan tetap tinggi di kalangan orang kaya yang punya banyak uang. Namun menurut Dr Kartono, pengaruhnya akan tetap besar karena konsumsi rokok di kalangan ekonomi bawah juga sangat tinggi.

Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, BPS pernah merilis data yang menunjukkan bahwa di kalangan keluarga miskin pembelanjaan terbanyak ke-2 setelah beras adalah rokok. Biaya untuk beli rokok justru lebih besar dari sumber-sumber protein dan vitamin, misalnya telur dan buah-buahan.

Sementara di kalangan anak-anak, data lain menyebutkan bahwa 3 dari 10 anak di Indonesia sudah merokok sejak usia di bawah 10 tahun. Dengan uang saku yang pas-pasan, Dr Kartono meyakini bahwa anak-anak tersebut lebih sering membeli rokok ketengan.

Dr Kartono juga mengakui bahwa kemungkinan besar larangan untuk menjual rokok ketengan akan sangat mudah dilanggar. Namun paling tidak jika sudah ada peraturannya, maka pedagang yang nekat menjual rokok ketengan apalagi kepada anak-anak bisa ditindak tegas.