Minggu, 04 Desember 2011

Oksigen Bisa Perlambat Pembentukan Keriput

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Keriput biasanya akan terjadi seiring dengan usia. Tapi dengan terjadinya penipisan ozon, keriput bisa terjadi di usia muda. Sebuah studi menemukan bahwa dengan banyaknya oksigen bisa membantu mengurangi pembentukan kerutan.

Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa overdosis oksigen bisa membantu mengurangi pembentukan kerutan, yaitu dengan mengurangi kerusakan jaringan karena sinar UVB.

Tanda-tanda kerusakan kulit seperti keriput dan penebalan kulit biasanya akan mudah terlihat pada lapisan kulit terluar, yang disebut epidermis.

Dalam penelitian tersebut, seperti dilansir dari Medindia, peneliti menemukan bahwa kulit yang terpapar banyak oksigen setelah terkena radiasi UVB, akan mengembangkan kerutan dan kerusakan jaringan lebih sedikit.

Ketika kulit berulang kali terpapar radiasi UVB, akan terbentuk pembuluh darah baru yang berasal dari pembuluh darah di kulit, yang disebut dengan kulit angiogenesis.

Beberapa faktor transkripsi protein yang mengikat urutan DNA tertentu, memainkan peran dalam angiogenesis, termasuk faktor hipoksia diinduksi (HIF-1) dan subunit HIF-1 dan faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF).

Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa oksigen dan jumlah oksigen yang berlebih di dalam jaringan tubuh (hyperoxia) dapat mengurangi kerusakan kulit dan keriput yang disebabkan oleh radiasi UVB.

Penelitian ini juga memiliki satu hasil yang mengejutkan, yaitu melibatkan molekul yang disebut matriks metalloproteinases (MMP). Dua MMP khususnya, MMP-2 dan MMP-9, diperkirakan dapat mempercepat kerutan dengan menurunkan komponen luar sel kulit.

Namun dalam studi ini, tingkat MMP-2 cenderung menurun dan tingkat MMP-9 tetap sama, bahkan pada kulit yang tidak menerima oksigen.

Menurut peneliti, ini berarti bahwa MMP-2 dan MMP-9 bukan merupakan faktor utama dalam pembentukan kerutan dan angiogenesis, setidaknya pada tahap awal kerusakan kulit yang disebabkan oleh radiasi UVB.

Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam American Journal of Physiology-Regulatory, Integrative and Comparative Physiology.(mer/ir)