Selasa, 03 Mei 2011

Komunikasi yang Baik Jauhkan Remaja dari Masalah

img
ilustrasi (Foto: parentimpact)


Jakarta, Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, sehingga banyak perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Terkadang perubahan tersebut bisa menimbulkan masalah, salah satu solusinya adalah membina komunikasi yang baik dengan remaja.

Pada tahun 2005 badan kesehatan dunia (WHO) mengungkapkan bahwa seperlima dari penduduk dunia adalah kaum remaja yang sekitar 900 jutaya berada di negara-negara berkembang. Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2008 diketahui jumlah remaja di Indonesia sebesar 62 juta jiwa atau sekitar 20 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

"Perubahan yang terjadi dalam fase remaja mencakup fisik (produksi hormon seks dan pematangan alat seksual), psikososial (dorongan seks dan orientasi seksual) serta kognitif dan kepribadian," ujar dr Meita Dhamayanti, SpA(K), MKes dalam acara seminar Mengenal Lebih Dekat Kesehatan Remaja di Hotel Haris, Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut dr Meita menuturkan permasalahan remaja bisa menyangkut masalah fisik, seperti gangguan pertumbuhan, masalah gizi seperti anemia dan obesitas, mengalami pubertas yang terlambat atau justru terlalu dini, jerawat, gangguan penglihatan dan pendengaran, kelainan ortopedi dan gangguan fisik lainnya.

Masalah perilaku seperti pemakaian narkotika dan zat adiktif lain, merokok, kecelakaan, hubungan seksual pra nikah, kawin muda, aborsi dan infeksi menular seksual. Sedangkan masalah mental seperti depresi, bunuh diri, masalah belajar dan gangguan orientasi seksual (gay, lesbi atau biseks).

"Banyak faktor yang berperan terhadap timbulnya masalah remaja ini yaitu hubungan atau ikatan kekeluarga yang kurang harmonis, kekurangan gizi, ketidaksiapan orangtua, perubahan biopsikososial, industrialisasi serta kurangnya sarana bagi remaja untuk melakukan aktivitas," ujar dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Satgas Remaja IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).

Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi selaku konsultan tumbuh kembang menuturkan sebenarnya hanya sebagian kecil remaja yang memiliki masalah, tapi remaja-remaja ini bisa mempengaruhi remaja lain yang memiliki niat dan tekad yang kurang kuat. Hal ini disebabkan pada masa remaja, tekanan dan dorongan dari teman sebaya (peer group) akan lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh orangtua atau sekolah.

"Karena itu dibutuhkan komunikasi dan dialog yang terbuka antara orangtua dan anak. Selama ini orangtua cenderung suka melarang dan tidak mau terbuka saat anak ingin memberikan pendapatnya, kalau anak terlalu dipaksa maka suatu saat nanti ia akan melawan atau berontak," ujar Dr Soedjatmiko.

Dokter yang lulus dari spesialis anak FKUI pada tahun 1992 ini menyarankan agar orangtua menggunakan kata-kata positif, sehingga anak akan membayangkan segala sesuatu yang bersifat positif. Selain itu cobalah untuk lebih sering memuji anak, karena salah satu keinginan dari seorang remaja adalah agar ia bisa dibilang hebat dan keren.

"Untuk menanganai masalah remaja ini, kita harus memahami keinginan dan perilaku remaja tersebut dengan melakukan komunikasi serta dialog yang terbuka antara remaja tersebut dengan orangtua, pendidik, dokter, psikolog, pemerintah dan pihak lainnya," ungkapnya.