Bubuk kopi yang hitam ternyata bisa dimanfaatkan sebagai scrub atau pembersih kulit tubuh. Caranya bubuk kopi itu dilulur kemudian digosok.
Menurut Byta Mariano, Assistant Health Club & Spa Manager Hotel Shangri-La, bubuk kopi ini bisa mengangkat sel kulit mati dan merangsang pertumbuhan kulit baru. ”Noda hitam, flek atau bekas kulit bisa terangkat bila discrubing secara teratur,” jelas Byta, Rabu (4/1/2012).
Selain itu aroma kopi yang kuat, juga bisa menjadi aromatherapy yang menyegarkan. Meningkatkan semangat dan menghilangkan rasa jenuh dan lelah yang ada sebelumnya. Jadi scrubbing, tidak hanya sekedar menghilangkan kotoran, tapi juga membuat pikiran menjadi lebih rileks dan tenang.
Setelah proses scrubbing selesai, untuk mendapatkan tubuh yang lebih bugar, bisa dilanjutkan dengan Maduranese Massage atau pijat ala Madura. Pijat ini, dikonsentrasikan pada bagian tubuh bawah. Mulai dari telapak kaki, pergelangan, betis, hingga paha.
Pada telapak kaki, terdapat 60 titik akupuntur yang berhubungan dengan kandung empedu, kandung kemih, lambung, limpa, hati dan ginjal. Dengan adanya hubungan itu, menunjukkan, pemijatan di kaki bisa memberi efek positif pada organ-oragan itu. Selanjutnya membuat metabolisme tubuh bisa berjalan dengan lancar dan nyaman.
Manfaat lain dari pijat ala Madura ini, lanjut Byta, meski titik konsentrasi pemijatan ada pada tubuh bagian bawah, tetap pada bagian tubuh atas, seperti kepala, pundak, pinggang, dan pinggul, juga diberi pijatan. Sehingga kesegaran lebih merata.
”Maduranese Massage ini bisa dilakukan selama satu jam. Ditambah scrubbing dengan kopi, perlu waktu satu jam. Total dua jam,” jelas Byta.
Salah satu konsumen scrub dan Maduranese Massage, Widyowati (27), mengaku telah menikmati manfaat dari pijat ini. ”Saya seringkali merasa capek dan lelah, tanpa tahu di bagian mana yang sakit. Begitu dipijat dan discrub, rasanya jadi lebih enteng,” jelas karyawati sebuah perusahaan swasta itu.
Widyowati, melakukan pijat ala Madura ini secara rutin dua minggu sekali. Dengan pijat ini, dia merasa tekanan pekerjaan dan kegiatan sehari-harinya bisa dilalui secara nyaman. ”Dua minggu sekali, tapi harinya beda-beda. Tergantung kosongnya waktu,” lanjut Widyowati, yang menyiapkan anggaran Rp 500.000 untuk sekali pijat.
Tarif scrubing dan pijat sebenarnya masih dibawah Rp 500.000. Tapi angka itu, bersama anggaran biaya makan yang pasti dilakukan usai pijat. ”Karena selain segar dan bugar, habis pijat rasanya langsung lapar. Jadi saya pasti mampir menikmati makan di restauran di dalam Hotel Shangri-La ini,” tandasnya.