oleh: Devi F. Yuliwardhani
Kayu semakin langka. Bahan semen dan fiber yang diolah menyerupai kayu bisa jadi pilihan. Inilah langkah bijak dan praktis dapatkan sensasi alam dari material buatan.
Kayu masih menjadi primadona untuk dekorasi rumah. Sayangnya jumlahnya yang kini kian langka membuat harganya semakin tak terjangkau. Belum lagi perawatannya membutuhkan tenaga dan biaya ekstra. Isu lingkungan global warming pun membuat kita harus bijak menggunakan kayu.
Sebagai gantinya kini ada papan yang terbuat dari semen dan serat fiber. Keunggulan papan semen ini memiliki sifat tahan air, tahan api, anti rayap, tidak mengandung asbestos, tidak menyerap kelembaban, kaku dan tidak mudah melengkung. Permukaannya pun dibuat menyerupai serat kayu.
Sifatnya yang tahan cuaca ini membuat papan semen acapkali digunakan di eksterior bangunan. Namun tidak menutup kemungkinan juga digunakan pada interior bangunan. Dengan finishing yang tepat dan pencahayaan yang baik, interior ruangan dengan papan semen juga bisa tampil cantik.
Waktu pemasangan papan semen tidak terlampau lama. Untuk tukang yang ahli hanya dibutuhkan 10-15menit/m2 . Harganya pun cukup terjangkau Rp50.000-Rp60,000. Ukuran yang tersedia umumnya panjang 4m, tebal 8mm, dengan variasi lebar 10cm, 20cm, 30cm.
Anda juga bisa memasangnya sendiri. Siapkan peralatan yang dibutuhkan seperti water pas, meteran, mesin bor, palu, obeng. visher S5, sekrup gipsum, self drilling screw , alat potong (alat potong keramik atau gergaji), polyurethane sealant, cat, dan kuas.
Langkah pemasangannya sebagai berikut. Pertama-tama pasang rangka dari besi hollow galvanis . Buat jarak sekitar 40-60cm. Lubangi papan semen dan rangka besi dengan bor sebelum memasang sekrup. Jarak sekrup dari tepi atas, bawah, samping 1,5cm. Gunakan sekrup 11/4 inci. Lakukan overshunk ketika melubangi papan semen, agar kepala sekrup dapat masuk. Ratakan jejak sekrup dengan polyurethane sealent . Setelah itu tinggal cat dengan cat waterbase. Jika mengingkan tampilan seperti kayu gunakan cat acrylic woodstain yang juga berbasis air (waterbase ).
Foto: Dok. Woodplank