oleh: Anissa Q. Aini
Mereka yang suka berada di alam terbuka, mencium bau kayu dan dinginnya permukaan batu, dijamin suka dengan pernik kamar mandi yang satu ini.
Sejarah "kehidupan" wastafel batu di foto ini, sebelum berakhir di kamar mandi, adalah sebongkah batu kali. Di tangan pengrajin wastafel batu, dibelahlah si batu kali ini. Kemudian bagian tengahnya dipahat hingga berbentuk cekung. Tentunya diberi lubang pula untuk saluran pembuangan airnya. Tak lupa permukaannya dibuat halus. Ada yang memberi finishing supaya tampil mengilap, ada pula yang membiarkannya tampil natural, tanpa finshing apapun.
Untuk tampilan sealami mungkin, batu ini dibiarkan dalam bentuk aslinya. Maksudnya, tidak lantas dibentuk menjadi bulat licin, seperti cobek raksasa. Bentuk asli batu, dengan permukaan yang tidak rata, dengan tekstur kasar dan warna tidak merata, inilah yang pasti disukai oleh para pecinta suasana alam luar.
Lengkapi tampilan alami si batu kali dengan meja kayu. Perkuat juga dengan pernak-pernik aksesori anyam, seperti di foto. Tidak selalu harus anyaman juga, bisa juga menggantinya dengan aksesoris dari batok kelapa, kayu kelapa, dan berbagai pernik lain yang berbahan alami.
Cocoknya, wastafel batu, meja kayu, dan pernak-pernik berbahan alami ini, berada di kamar mandi bergaya tropis. Yang kebetulan punya kamar mandi bergaya modern, tak perlu sedih. Wastafel batu dan meja kayu juga boleh ditempatkan di sana, kok, untuk menciptakan tampilan eklektik. Tapi jangan asal taruh, ya. Perhatikan juga soal pilihan warna dan penataannya. Kalau memang tidak bisa menempatkan wastafel batu dan meja kayu sebagai pasangan, tempatkan salah satu saja.
Siap percantik dengan elemen-elemen alami? Mari kita coba!