Minggu, 20 November 2011

Demensia Dapat Diobati Dengan Terapi Tertawa

fxyiucsomg

DEMENSIA yang kerap diidentikkan dengan kepikunan ternyata bisa diatasi tak hanya dengan pengobatan medis, tetapi juga dengan tawa. Ya, sebuah studi baru menemukan bahwa terapi humor memiliki efektivitas seperti halnya obat antipsikotik dalam mengelola agitasi pada pasien demensia. Ini sekaligus juga menghindari efek samping obat-obatan.

Pikun sendiri sebenarnya merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu, mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional dan sering menjadi tidak terkendali.

Studi pertama menemukan adanya dampak positif terapi tawa terhadap suasana hati, agitasi, gangguan perilaku, dan keterlibatan sosial pada pasien demensia, menurut peneliti utama Dr Lee-Fay rendah dari Sekolah Psikiatri UNSW.

Studi yang diberi nama Smile ini dilakukan di 36 fasilitas perawatan Australia dan melibatkan perekrutan serta pelatihan anggota staf untuk bertindak sebagai ‘LaughterBoss’. Bersama seorang praktisi, mereka akan berperan dengan keterampilan komedi humor dan improvisasi.

Penelitian Smile ini menemukan adanya penurunan sebesar 20 persen dalam agitasi menggunakan terapi humor. Kemajuan ini setara dengan penggunaan umum obat antipsikotik. “Ini menunjukkan terapi humor atau tawa harus dipertimbangkan sebelum menjalani pengobatan untuk agitasi, khususnya dengan mempertimbangkan efek samping,” kata Dr Low. Tak hanya itu, efek dari terapi ini pun terbilang cukup lama yakni hingga 26 minggu. Kebahagiaan dan perilaku positif peserta pun meningkat selama 12 minggu program ini. Namun, peningkatan itu menurun dengan cepar ketika terapi terhenti.