Stroke dapat dicegah dengan mengenali dan mengendalikan faktor risiko yang dimiliki.
Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI) dan Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) berbagi informasi dan tips untuk mengenali gejala stroke dan penanganannya dalam Peringatan Hari Stroke Sedunia yang jatuh pada Sabtu, 29 Oktober 2011.
Lantas apa itu stroke sebenarnya? Stroke adalah penyakit akibat terganggunya aliran darah ke otak karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah sehingga otak kekurangan oksigen dan nutrisi.
Untuk mengenali gejala stroke bisa dilakukan dengan cara AKSI, yakni kenali asimetri wajah, kaki atau lengan lumpuh, sulit berbicara atau bicaranya pelo, dan inisiatif bawa ke rumah sakit.
Penanganan stroke pra rumah sakit yang pertama adalah pengenalan cepat dan reaksi terhadap tanda-tanda stroke. Keterlambatan pertolongan pra rumah sakit harus dihindari bagi pasien dan orang terdekat.
Jika curiga pasien terkena serangan stroke harus segera memanggil ambulans gawat darurat yang memiliki fasilitas peralatan yang lengkap dan petugas yang terlatih. Selain itu, manfaatkan jaringan pelayanan stroke komprehensif yang terdiri dari Unit Gawat Darurat (UGD) dan Stroke Unit/ICU.
Siapa saja yang terancam stroke? Pertama, harus dilihat riwayat stroke sebelumnya atau riwayat stroke dalam keluarga. Kedua, orang berusia lebih dari 45 tahun untuk pria dan lebih dari 55 tahun untuk wanita. Ketiga, adalah orang yang memiliki tekanan darah tinggi. Keempat, orang yang memiliki kolesterol tinggi. Kelima, pemilik diabetes atau kencing manis.
Keenam, adalah orang yang mempunyai penyakit jantung. Selanjutnya adalah perokok aktif maupun pasif, kemudian pengkonsumsi alkohol, penderita kegemukan, dan orang yang inaktivitas fisik dan kurang berolahraga.
Apa yang harus dilakukan?
Pertama adalah menjalani jalani pola hidup sehat, lalu segera periksakan diri dengan mengetahui tekanan darah, memeriksa kondisi jantung yaitu rekam jantung/EKG, Ekokardiografi, Treadmill/Stress Test, Doppler Karotis, Dopler Transkranial/TCD.
Kemudian memeriksa darah untuk mengetahui kadar kolesterol, gula darah, dan faktor penyebab stroke lainnya. Tanyakan kepada dokter untuk mengetahui adanya kemungkinan penyempitan atau atau sumbatan pada pembuluh darah. Setelah itu, melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasikan kepada dokter.
Mitos dan Fakta
Mitos: stroke tidak dapat dicegah. Mitos itu tidak benar karena pada faktanya stroke sangat dapat dicegah dengan mengenali dan mengendalikan faktor risiko yang dimiliki.
Mitos: "Saya masih terlalu muda untuk terkena stroke." Faktanya stroke dapat menyerang semua usia. Hanya saja perlu diingat bahwa bertambahnya usia akan meningkatkan risiko terkena stroke.
Mitos "Saya akan menunggu hingga gejala ini hilang sendiri." Faktanya menunggu adalah kesalahan terbesar. Segera bawa penderita ke rumah sakit. Karena perlu diingat bahwa setiap detik begitu berharga dalam menyelamatkan fungsi otak.
Mitos: "Saya tahu saya mengalami stroke jika terasa nyeri." Ini juga tidak benar karena faktanya nyeri bukanlah tanda dari stroke. Untuk itu, waspadalah pada gejala stroke yang telah disebutkan.