Ada idiom yang mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Demikian juga dengan penyakit diabetes melitus (DM). Jika Anda tak mengenal cara mencegah serta penangangan yang tepat, bisa-bisa penyakit itu bisa menjalar ke berbagai bagian tubuh Anda.
Anggapan masyarakat awam selama ini adalah penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Pada kenyataannya, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda.
DM merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon itu dihasilkan oleh sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel.
Akibatnya, seseorang akan kekurangan energi, sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urine dan selalu merasa haus.
Yang perlu diperhatikan, hal-hal yang bisa menurunkan risiko diebetes meskipun dalam keluarga tidak ada faktor keturunan menderita diabetes.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Pradana Soewondo SpPD-KEMD mengatakan, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Langkah pertama penatalaksanaan dalam menghadapi diabetes melitus adalah dengan penyuluhan.
“Ikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas dengan baik, edukasi itu penting,” ujarnya saat menjadi pembicara pada saat media edukasi mengenai diabetes melitus di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan edukator diabetes, masyarakat dapat mengetahui, mengerti dan memahami apa itu diabetes dan bagaimana cara mengendalikannya.
“Penyuluhan atau edukasi yang berkelanjutan dapat membuat orang yang menderita diabetes menjadi mandiri,” imbuhnya.
Metode kedua dalam penatalaksanaan diabetes melitus adalah dengan mengatur makanan atau diet. Dalam masyarakat berkembang berbagai mitos mengenai diet. Sebagian masyarakat menganggap diet adalah penderitaan.
“Banyak orang beranggapan diet itu tidak boleh makan enak, harus makan kentang, tidak boleh menyentuh gula dan menu makanan berbeda dengan anggota keluarga,” jelas Pradana.
Dia menyarankan, untuk mulai mengatur pola makan namun tetap bisa menikmati makanan yang sama dengan orang sehat. Sehingga kini diet tidak lagi suatu penderitaan.
Penderita diabetes melitus bisa menikmati menu yang sama dengan semua orang namun dianjurkan makan dengan porsi seimbang. Mengatur makanan bertujuan untuk mencapai berat badan ideal.
Metode ketiga adalah dengan olah raga. Bagi Anda yang berat badannya berlebihan maka dianjurkan untuk melakukan gerak badan atau olah raga minimal 30 menit tiga sampai empat kali seminggu.
Melakukan olah raga setiap hari akan lebih baik. Bagi penerita obesitas turunkan berat badan 10% dari berat badan sekarang dengan target pencapaian dalam waktu enam bulan.
Dengan menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi jumlah lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan lebih baik. Pasalnya ada hubungan antara diabetes tipe 2 dengan letak tumpukan lemak terbanyak. Terlebih jika timbunan lemak banyak terdapat di perut maka risiko terkena diabetes lebih tinggi.
Metode terakhir adalah dengan obat-obatan. Namun, harus tetap diikuti dengan diet dan olahraga.
“Bila gagal dalam pengaturan makan dan olah raga, maka langkah terakhir adalah obat-obatan. Namun perlu diingat bahwa obat-obatan tidak untuk menggantikan diet dan olah raga,” papar Pradana.
Sebaiknya, lanjut Pradana, ketiga hal tersebut harus dilaksanakan bersama-sama. Dengan pola hidup tidak sehat dan menyebabkan risiko diabetes maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan gula darah setahun sekali jika Anda termasuk dalam satu atau dua dari faktor risiko diabetes