"Dari hulu sampai hilir rokok semuanya mengandung racun, dan dalam jangka panjang penyakit-penyakit yang diakibatkannya ini bisa sangat menghabiskan uang," ujar Dr Sally Aman Nasution, SpPD-KKV, FINASIM dalam acara konferensi pers PAPDI mengenai rokok di Sekretariat PB PAPDI, Cikini, Jakarta.
Dr Sally menuturkan ada kasus seorang laki-laki berusia 80-an tahun mengantarkan anaknya yang terkena penyakit jantung. Laki-laki tersebut diketahui sebagai perokok dan ia sering berkelit bahwa ia saja yang merokok tidak penyakit jantung dan merasa sehat-sehat saja.
"Tapi tidak semua orang seberuntung orang tersebut, mungkin sekarang ia tidak kena serangan jantung tapi kita tidak tahu bagaimana nantinya," ungkap wakil Sekjen PB PAPDI (Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia).
Beberapa alasan kerap dilontarkan oleh para perokok agar tetap bisa melakukan aktivitas tersebut. Alasan yang diungkapkan oleh para perokok biasanya:
- Ia menganggap dirinya sehat-sehat saja
- Tidak terkena serangan atau penyakit jantung meskipun ia aktif merokok
- Merokok atau pun tidak merokok ia tetap akan meninggal juga
"Faktor risiko penyakit jantung itu multifaktorial dan salah satunya adalah perokok. Beberapa faktor risiko diketahui bisa dimodifikasi atau diubah seperti pola hidup dan merokok sedangkan faktor risiko lainnya tidak bisa dimodifikasi seperti jenis kelamin dan juga genetik," ungkap Dr Sally.
Dr Sally juga mengungkapkan ada beberapa pasien yang sudah melakukan operasi jantung by pass atau terkena serangan jantung tapi masih tetap merokok. Padahal risiko ia terkena serangan jantung lagi akan semakin meningkat dan kemungkinan serangan yang terjadi akan jauh lebih fatal.
Karenanya untuk orang yang sudah pernah kena serangan jantung hal pertama yang harus dilakukannya adalah berhenti merokok, hal ini juga berlaku untuk orang yabng pernah terkena stroke.
Sementara Dr H Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM menuturkan rokok juga bisa meningkatkan 2-3 kali lipat risiko kanker pankreas, meningkatkan 2 kali lipat risiko kanker usus besar, meningkatkan risiko kanker esofagus (kerongkongan) dan juga membuat penyakit maag nya tidak sembuh-sembuh. Kanker paru juga faktor dominannya disebabkan oleh kebiasaan merokok.
"Kalau sudah adiksi atau ketagihan memang susah untuk berhenti merokok, kecuali ada kesadaran dari dirinya sendiri untuk berhenti merokok atau bisa juga karena sudah kapok," ujarnya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan seseorang untuk berhenti merokok yaitu tidak mengenal istilah mengulang rokok, menjauhkan semua hal yang berhubungan dengan rokok misalnya asbak atau barang lainnya dan yang pasti harus tahan godaan.