Jakarta, Murahnya pajak dan harga rokok, iklan dan penjual dimana-mana serta regulasi yang sangat permisif membuat industri rokok tumbuh subur di Indonesia. Bahkan WHO menyebutkan Indonesia bagai Disney Land bagi industri rokok.
Tercatat ada sekitar 57 juta perokok yang ada di Indonesia. Tak hanya kaum laki-laki atau dewasa, jumlah tersebut juga termasuk wanita dan anak usia 5-10 tahun.
"Kondisi ini sangat sangat serius. Indonesia ibarat Disney Land bagi industri rokok," ungkap Dr Douglas Bettcher, Director of Tobacco Free Initiative WHO, dalam acara temu media tentang Framework Convention of Tobacco Control (FCTC) di Gedung Bina Mulia 1, Jakarta.
Bagaimana tidak?
Menurut Dr Bettcher, regulasi yang ada di Indonesia sangat permisif bagi industri rokok. Hal ini bisa dilihat dari pajak dan cukai rokok di Indonesia yang murah dibandingkan negara lain, sangat sedikit area bebas rokok, tidak ada aturan memasang dampak bergambar di bungkus rokok, penjual rokok dimana-mana dan masih banyak lagi.
Salah satu contohnya, Di Indonesia tidak ada ketentuan area minimum dalam kemasan rokok yang disediakan untuk peringatan kesehatan. Hanya ada satu peringatan spesifik yang disetujui dalam peraturan perundangan tanpa pengaturan rotasi.
Selain itu, hanya ada dukungan berhenti merokok yang tersedia di beberapa klinik kesehatan, fasilitas pelayanan primer, beberapa rumah sakit dan di tingkat masyakarat. Terapi dengan Pengganti Nikotin (NRTs) dan farmakoterapi lainnya tidak tersedia. Indonesia juga belum memiliki layanan telepon nasional untuk berhenti merokok.
"Indonesia tidak melakukan upaya-upaya untuk dapat melindungi rakyat dari bahaya rokok, terutama bagi anak-anak," jelas Dr Bettcher yang juga tim editor dari jurnal ilmiah Bulletin of the World Health Organization.
Dr Bettcher menjelaskan bahwa rokok 100 persen sama dampaknya dengan narkoba yang ilegal. Bahkan rokok bisa lebih parah karena tidak seperti narkoba, merokok bisa dilakukan di hampir semua tempat dan rokok bisa dibeli di mana saja.
"Kemana pun Anda pergi di daerah Indonesia, Anda dengan mudah menemukan orang yang merokok, baik di rumah, kantor, rumah makan, bandara, sekolah bahkan di rumah sakit," tegas Dr Bettcher.
Menurut Dr Bettcher, sebenarnya strategi yang dilakukan oleh perusahaan rokok sama saja di seluruh dunia, yang membedakan adalah bagaimana pemerintah setempat meregulasinya.
"Indonesia ini sangat permisif bagi industri rokok. Bisa dilihat betapa banyaknya iklan-iklan rokok yang ada di televisi, koran, radio atau media-media di Indonesia yang dapat diakses oleh siapa saja, bahkan anak-anak. Selain itu, tidak sedikit juga even-even besar seperti konser musik bahkan acara olahraga yang disponsori oleh rokok," jelas Dr Bettcher.
Dr Bettcher mengatakan industri rokok percaya bahwa Indonesia adalah suatu negeri yang pemerintahnya positif dan menyukai industri tembakau.
"Seharusnya pemerintah Indonesia berani menaikkan pajak dan cukai rokok, serta memperketat regulasi yang ada tentang rokok, seperti Thailand, Selandia Baru, Australia atau Singapura. Jangan jadikan Indonesia sebagai Disney Land untuk industri rokok, tapi ciptakan utopia baru untuk Indonesia yang bebas rokok," tutup Dr Bettcher.