Kini semakin banyak ditemui berbagai klinik kecantikan yang menjanjikan detoksifikasi yang menjanjikan penurunan berat badan secara instan. Padahal detoksifikasi atau sering disebut detoks, tidak berarti menurunkan berat badan. Manfaat sebenarnya adalah pengeluaran toksin atau racun dari dalam tubuh.
Menurut Spesialis Gizi dari Hang Lekiu Medical Center, dr. Inayah Budiasti MS.SpGK, definisi detoksifikasi adalah pembuangan racun-racun tubuh dengan cara terbaik memberikan nutrisi yang sesuai untuk sel-sel tubuh. Terdapatnya toksin atau racun di dalam tubuh manusia terjadi secara alami.
Toksin bisa berasal dari ampas makanan dan makanan-makanan yang tidak tercerna. Bisa juga berasal dari udara, kimia seperti pestisida, zat atau makanan aditif, logam berat pada air, kimia industri, residu obat-obat farmasi dan sebagainya.
“Bahkan pikiran dan emosi negatif juga merupakan racun bagi sel sel tubuh kita. Semua ampas atau zat yang tidak diperlukan oleh tubuh akan diperlakukan sebagai racun,” ujar Inayah.
Toksin diproduksi secara alamiah oleh tubuh. Hal itu merupakan proses metabolisme dimana setiap hari terdapat pembelahan sel-sel baru, sementara itu sel-sel lama akan menjadi aus dan mati. Dalam kondisi normal ampas akan dikeluarkan secar teratur setiap harinya melalui sistem pembuangan tubuh.
“Yang paling efektif ialah pembuangan racun tubuh itu melalui buang air besar minimal satu kali. Tidak ada ketentuan yang sama setiap hari, jumlahnya bisa berbeda setiap hari tergantung gaya hidup hari itu,“ paparnya.
Ritual berpuasa yang dilakukan umat islam selama bulan Ramadhan, sebetulnya adalah proses pembuangan racun yang sungguh menyehatkan. Turunnya berat badan hanya merupkan efek samping dari proses detoks tersebut.
Puasa sangat baik dilakukan, tidak hanya untuk orang yang ingin menurunkan berat badan. Orang sehat dengan berat badan ideal pun sangat baik menjalani puasa secara periodik, agar racun yang masuk dalam tubuh tidak menumpuk dan menjadi penyakit yang parah.
“Puasa untuk detoksifikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Tetapi prinsipnya satu yakni, tidak memasukkan makanan berlebihan terutama yang tidak sehat, dan mengurangi pemborosan energi hingga energi yang dihasilkan tubuh betul-betul digunakan untuk merontokkan semua racun,” ujar Inayah.
Penghematan energi tadi bisa dilakukan dengan puasa seperti yang selama ini dilakukan umat muslim yaitu makan hanya selepas magrib hingga sebelum subuh, atau membatasi hanya menyantap buah dan sayuran.
Dengan berpuasa atau menyantap makanan yang mudah dicerna maka tubuh tidak menggunakan energi untuk mencerna makanan, tetapi betul-betul untuk membuang racun.
“Sayangnya, tidak semua orang paham akan makna dan tujuan puasa sesungguhnya hingga ketika lepas dari acara puasa, mereka kembali ke pola makan semula. Makanan yang masuk tidak diperhatikan jumlah maupun mutunya. Bahkan di saat puasa pun, kita kerap jor-joran di waktu berbuka hingga proses detoks tidak berlangsung sempurna,” tutur ibu dari tiga anak itu.
Asupan nutrisi yang sesuai sangat penting, pasalnya sel tubuh mendapatkan supplai makanan dari saluran pencernaan yang dialirkan melalui pembuluh darah ke sel di seluruh tubuh