Bahkan vasektomi tidak mampu mencegah penyakit menular seksual.
Hubungan seksual berisiko membuat penyebaran penyakit menular seksual atau sexually transmitted disease (STD) pun semakin luas. Seperti penyakit sifilis hingga HIV/AIDS.
Terkait hal ini, pemerintah dan badan kesehatan dunia, WHO menyarankan penggunaan alat kontrasepsi saat berhubungan seksual. Namun, alat kontrasepsi apa yang paling ampuh untuk menurunkan risiko penularan penyakit seksual ?
Kondom sebenarnya sudah sering disarankan sebagai alat perlindungan bagi orang yang melakukan hubungan seksual berisiko. Selain sebagai pencegah kehamilan, kondom dapat mencegah penyebaran penyakit menular seksual dengan efektif.
“Kondom itu memiliki fungsi double protection untuk KB dan untuk mencegah STD,” ujar Dr. Yusro Hadi Maksum, pemimpin penelitian vasektomi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Menurutnya, hingga saat ini kondom alat kontrasepsi yang paling efektif untuk mengurangi risiko penularan penyakit seksual. Bahkan vasektomi atau pemotongan saluran sperma pada pria pun tidak mampu mencegah penyakit menular seksual.
“Cairan yang keluar pada pria selain bibit sperma yang dihasilkan oleh testis mengandung zat pengeluaran dari tubuh. Termasuk air seni, bahkan keringat, yang menjadi media penyebaran penyakit,” kata Dr. Yusro
Menurutnya, orang yang mengetahui dirinya memiliki penyakit menular seksual harus tetap menggunakan kondom walaupun sudah di vasektomi. Meski demikian, angka penggunaan kondom pada masyarakat Indonesia masih rendah.
Sejak dipasarkan di Indonesia pada 1996, kondom berhasil didistribusikan sebanyak 736 juta buah dan hanya mengalami enam kali peningkatan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, jumlah pemakaian kondom masih sangat kecil. Sementara itu, Komisi Penanggulangan HIV/AIDS mencatat penularan HIV/AIDS karena hubungan seksual yang berisiko terjadi lebih dari 50 persen.