Orangtua zaman sekarang memiliki pekerjaan rumah
demikian banyak dalam mengasuh dan membersarkan anak-anaknya. Hal yang
paling kentara dan dirasa cukup sulit bagi orangtua adalah membesarkan
anak tanpa tumbuh menjadi pribadi materialistis. Upaya orangtua harus
demikian kuat agar bombardir iklan di televisi, majalah, maupun pengaruh
teman sebaya, yang menjadi beberapa faktor atas sifat materialistis,
dapat diredam.
Studi yang dilakukan oleh Penn State's Smeal College of Business, seperti dikutip dalam No More Misbehavin' yang ditulis oleh Michele Borba, Ed.D, menyimpulkan bahwa anak-anak sekarang lebih materialistis di usia yang lebih muda lagi. Karena itu, menjadi tugas orangtua untuk menanamkan pemahaman kepada anak bahwa karakter moral, kontribusi terhadap lingkungan, dan kualitas hubungan mereka akan jauh lebih bernilai ketimbang materi yang bisa diperoleh. Dengan kata lain, orangtua perlu meyakinkan anak bahwa identitas mereka tidaklah didasarkan pada apa yang mereka punya, tetapi pada siapa mereka. Orangtua perlu mempelajari sejumlah cara bagaimana cara membesarkan anak tanpa membuat mereka menjadi individu yang materialistis. Berikut cara-cara yang disarankan:
1. Membatasi tontonan televisi :
Ini aturan yang sering disebutkan oleh para ahli. Sebaiknya anak tidak
menonton lebih dari dua jam setiap hari. Selain sejumlah program yang
dibuat banyak yang masih tidak sesuai dengan usia anak, iklan yang
muncul di antara program tersebut kerap menarik perhatian anak dan pada
akhirnya membuat mereka menginginkannya. Cara lain yang juga dapat
dilakukan adalah dengan mengalihkan perhatian anak saat jeda iklan.
Kalaupun tidak, jelaskan kepada anak tentang teknik pemasaran yang biasa
digunakan dalam iklan. Atau tonton acara yang tidak ada iklannya.
2. Perhatikan apa yang diperhatikan anak:
Bila Anda melihat anak ingin menggunakan celana jins skinny, pakaian
dengan merek ternama karena melihatnya di majalah, inilah waktunya untuk
menjelaskan kepada mereka agar tidak selalu mengikuti arus. Pada
awalnya anak mungkin saja akan kesal, sebal, dan mengatakan Anda tidak
paham perasaan mereka. Namun, dengan mengingatkan akan hal tersebut,
pada akhirnya anak akan meresapi penjelasan Anda.
3. Katakan "tidak":
Bukan tindakan tepat untuk selalu memberikan apa saja yang diinginkan
anak. Lagipula, menurut Michele, Anda tidak selalu mendapatkan apa yang
diinginkan dalam hidup ini 'kan? Mengatakan "tidak" atau menolak
membelikan benda-benda yang diinginkan anak bukanlah hal keliru.
4. Hadiah tanpa membeli:
Sesekali ada baiknya juga melatih anak untuk tidak membeli hadiah bagi
anggota keluarga. Hal itu akan mendorong anak untuk kreatif dalam
membuat hadiah tanpa mengeluarkan uang, misalnya membuat kartu, puisi,
atau poster yang menggambarkan rasa sayang mereka bagi penerima hadiah.
5. Menjadi panutan:
Sebelum terburu-buru menyalahkan iklan di televisi maupun teman
sepermainan anak, coba lihat kembali diri sendiri. Apakah Anda gemar
mengoleksi barang tertentu yang harganya sangat mahal? Apakah Anda
sebagai orangtua suka membeli aneka busana dari perancang atau merek
terkemuka?
Kalau jawabannya iya, orangtua perlu membenahi diri. Perlu diingat, anak lebih meniru orangtuanya. Dengan kata lain, kalau orangtua ingin memiliki anak yang tidak materialistis, harus bisa menjadi contoh. Percuma saja orangtua mengajarkan anak untuk tidak selalu membeli barang mewah sementara sang ibu masih asyik membeli sepatu atau tas dengan harga selangit.
6. Ajarkan prioritas:
Gunakan keputusan berbelanja sebagai peluang untuk mengajarkan
perencanaan keuangan, termasuk bagaimana mengontrol keinginan yang tidak
perlu. Saat berbelanja untuk keperluan sekolah, misalnya, minta anak
untuk membuat daftar barang yang diinginkan lalu buat prioritasnya.
7. Latih kesadaran untuk menyumbang:
Tidak harus memaksa anak untuk mau menyumbangkan benda kesayangan
mereka. Orangtua bisa menjadi contoh baik dengan menyumbangkan barang
sendiri untuk kegiatan amal dan jelaskan alasan Anda melakukan itu.
Setelah itu biarkan anak tahu bahwa mereka dapat mendonasikan
barang-barangnya juga. Barang tersebut bisa diberikan kepada sepupu yang
lebih kecil ataupun kepada anak-anak yang tidak mampu. Hal itu akan
membantu anak menyadari bahwa barang hanya objek semata.
Mereka juga belajar untuk melepaskan kesenangan dari barang yang dimiliki agar orang lain dapat merasakan, kesenangan yang sama, seperti yang dialaminya. |