Cinta romantis membuat wanita terbuai dan memimpikan merasakan hal serupa.
Sebagian besar wanita pasti menyukai sebuah cerita fiksi romatis. Pertemuan dengan seroang pria impian, jatuh cinta, menghadapi cobaan dalam hubungan dan berakhir dengan kebahagiaan selamanya.
Kisah cinta romantis yang telah ada sejak abad ke-18 terbukti masih disukai wanita hingga sekarang. Cinta romantis membuat gadis remaja hingga dewasa terbuai dan memimpikan merasakan hal serupa.
Sebuah penelitian dalam Jurnal Medis di Inggris menemukan, novel romantis merupakan ancaman tak terlihat bagi kesehatan seksual dan emosional wanita.
"Jika pembaca percaya cerita yang ditawarkan fiksi romantis, mereka akan mengalami masalah," kata penulis dan konselor hubungan asal Inggris, Susan Quilliam seperti dikutip News. Menurutnya, kisah cinta di novel terlalu romantis dan kerap sangat jauh dari kenyataan yang ada. Sehingga, wanita merasa tak puas dengan kehidupan yang mereka alami.
Dalam survei yang dimuat dalam Jurnal Keluarga Berencana dan Perawatan Kesehatan Reproduksi, ia menemukan, novel romantis dan erotis kerap mempromosikan hubungan seksual yang sebenarnya tak diinginkan wanita. Novel ini juga kadang berisi hubungan seks tak sehat, seperti tidak menggunakan kondom."Dan, pembaca seringkali menirunya karena tidak ingin melakukan hal yang bertentangan dengan kisah di novel."
Bahkan, fiksi romantis juga menyajikan kekerasan seksual, sering dilengkapi karakter ibu tunggal, pria kasar, atau mitra yang melakukan kekerasan. Kerap kali, fiksi romantis juga menyajikan ketidak puasan seksual wanita akibat naik-turunnya hubungan.
"Kami ingin wanita menyadari apa yang mereka inginkan daripada harus diberitahu. Kami mengingatkan, bahwa melakukan hubungan seksual bukanlah hal yang membuktikan kekuatan hubungan," ujarnya.
Menurut Quilliam, novel romantis merupakan fiksi paling digemari pembaca wanita. Sebagian wanita bahkan membaca 30 judul novel romantis sebulan.