Rabu, 24 Agustus 2011

Awas, Sampo Bisa Bikin Gemuk

Terdapat senyawa kimia dalam sampo yang berkontribusi pada meningkatnya berat badan.


Wanita Gemuk (corbis.com)

Semua dokter dan ahli gizi pasti setuju kalau kunci agar terhindar dari kegemukan adalah diet seimbang dan olahraga. Tetapi, menurut penelitian terbaru ada hal lain yang juga memegang peranan penting, yaitu penggunaan produk kecantikan.

Temuan oleh tim peneliti dari Mount Sinai Medical Center di New York, mengindikasikan kalau phthalates, senyawa kimia yang banyak terdapat di produk kecantikan, berkontribusi pada meningkatnya berat badan. Phthalates ini diketahui bisa jadi 'penggangu endokrin' dan sebisa mungkin harus dihindari.

Faktanya, phthalates terdapat di hampir 70 persen sampo, kosmetik dan sabun. Dari penelitian diketahui, senyawa kimia tersebut bisa mengganggu sistem alami pengontrol berat badan.

Itu karena, phthalates yang menganggu sistem endokrin, berdampak pada hormon dan kerja kelenjar yang memproduksinya. Peneliti juga memperingatkan senyawa lain yang berbahaya yaitu Bisphenol-A. Substansi ini terdapat pada banyak kemasan wadah plastik, bisanya terdapat di bawah wadah dan ditandai dengan nomor 7

Maida Galvez, salah satu peneliti yang merupakan dokter anak, melakukan analisis pada 330 anak di East Harlem. Ia dan tim penelitinya berusaha mengetahui bagaimana paparan phthalates berhubungan dengan bobot tubuh seseorang.

"Meskipun paparan zat kimia tersebut hanya sedikit berperan pada obesitas, setidaknya bisa dihindari," kata Galvez, seperti dikutip dari Daily Mail.

Untuk menghindari paparan phthalates, dr. Galvez menyarankan untuk memilih produk kecantikan organik atau fragrance-free. Tim dari Mount Sinai, menemukan secara pararel dari penelitian pada 2002, yang menemukan hubungan antara obesitas dengan paparan zat kimia sehari-hari. Bahkan, peneliti dari Stirling University di Skotlandia, menyebut Bisphenol A dan phthalates sebagai 'kalori kimia'.

"Perdebatan seputar obesitas telah berubah secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Ini karena produksi eksponensial dan penggunaan bahan sintetis organik dan senyawa kimia anorganik," kata Paula Baillie-Hamilton, kepala peneliti.