Obat murah sering tidak diyakini manjur oleh pasien dan dokter
Masyarakat
masih mengeluhkan biaya pengobatan yang mahal karena harga obat-obatan
dinilai tidak terjangkau. Walau begitu, mahalnya obat-obatan tersebut
belum tentu sebanding dengan manjurnya obat tersebut dalam
menyembuhkan. Obat murah sering tidak diyakini manjur oleh pasien dan
dokter, sementara obat yang harga satuannya tampak mahal belum tentu dalam
jangka panjang. Akibatnya, banyak pemborosan terjadi, baik karena
penggunaan obat murah tapi kurang efektif maupun obat mahal yang tidak
tepat. Karena itu, kata dia, diperlukan lebih banyak riset lagi terkait
dengan keefektifan obat-obatan.
Lebih lanjut Hasbullah menyampaikan,
obat menjadi mahal karena masyarakat saat ini masih merogoh kocek dari
kantongnya sendiri, belum memanfaatkan asuransi sosial dan jaminan
kesehatan. Biaya kesehatan, lanjutnya, akan semakin mahal dari tahun ke
tahun. Hal tersebut terkait tiga hal, yaitu banyaknya jumlah penduduk
tua, biaya pengobatan yang mahal, dan standar hidup yang naik.
Obat murah masih tergantung dari dokter sebagai pemberi resep
Peran dokter dalam memasyarakatkan
penggunaan obat murah sangat penting. Penggunaan obat murah tergantung
dari dokter sebagai pemberi resep. Selain itu, dibutuhkan sistem
kesehatan yang mengikat semua pemangku kepentingan. Ada dua jenis obat,
yakni obat originator dan obat generik. Obat generik
itu ada yang kemudian dijual dengan merek dagang atau dikenal generik
bermerek. Harga bervariasi mulai dari satu kali hingga puluhan kali
harga obat generik tanpa merek. Pasar obat generik sebetulnya sangat
besar. Ironisnya, cakupan pengguna obat generik masih terbatas.
- Pengobatan rasional
penggunaan obat murah, terkait dengan
pengobatan rasional, yakni dokter meresepkan sesuai kebutuhan, dosis
tepat, waktu minum tepat, dan pemilihan obat yang harganya menguntungkan
masyarakat. Prinsip terakhir itu yang belum sepenuhnya diikuti sehingga
obat generik tidak laku. Akibat penggunaan obat berharga mahal,
pengobatan berpotensi memiskinkan masyarakat dan juga membuat pandangan
bahwa semua obat mahal.
- Perlu sistem yang baik
Dokter tidak ingin memberatkan pasien. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga
telah diatur kendali mutu dan biaya. Namun, tidak cukup mengandalkan
niat baik dokter, yang dibutuhkan ialah sistem menyeluruh sehingga semua
dokter tergiring ke arah yang diinginkan. Ke depan dibutuhkan audit
medik yang dapat diwujudkan jika ada kolaborasi dengan pemerintah.
Penggunaan obat murah terkait pengobatan rasional
Dokter meresepkan penggunaan obat murah
terkait pengobatan rasional untuk sesuai kebutuhan, dosis tepat, waktu
minum tepat dan pemilihan obat yang harganya menguntungkan masyarakat.
Prinsip terakhir itu yang belum sepenuhnya diikuti sehingga obat generik
tidak laku. Di sisi lain produsen obat gencar berpromosi dan memberi
insentif agar obatnya laku. Obat generik itu ada yang kemudian dijual
dengan merek dagang atau dikenal generik bermerek. Harga bervariasi
mulai dari satu kali hingga puluhan kali obat generik tanpa
merek. Kadang, merek dagang dihargai berlebihan. Pasar obat generik
sebetulnya sangat besar. Ironisnya, cakupan pengguna obat generik masih
terbatas. Akibatnya, pengobatan berpotensi memiskinkan masyarakat, dan
juga membuat imej bahwa semua obat mahal. Selain itu, kontrol terhadap
harga obat dapat dilakukan dengan penentuan batas harga bawah dan atas.