Rabu, 12 September 2012

Studi: Stres Berkepanjangan Picu Stroke



Mereka yang suka marah, tidak sabar, agresif, lebih rentan stroke.
Cara mudah cegah stroke: redam stres! (istockphoto)

Stres berkepanjangan tak hanya memicu kelelahan mental, tapi juga memengaruhi kesehatan fisik. Reaksi psikologis dan fisiologis atas perubahan situasi yang tidak dapat diterima ini akan merangsang pelepasan hormon kortisol yang memiliki efek merusak tubuh.

Dikutip dari WebMD, stres akan membuat jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Jangka panjang, kondisi ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan kadar kolesterol yang memicu stroke.

Sebuah studi di Spanyol yang diterbitkan Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry, menunjukkan bahwa mereka yang temperamental, tidak sabar, agresif, dan suka bermusuhan, memiliki risiko lebih tinggi mengalami stroke dibandingkan mereka yang menjalani hidup dengan santai.

Hidup dengan stres kronis memiliki risiko empat kali lebih besar mengalami stroke. "Temuan ini sebenernya ingin memberi tahu bahwa pencegahan stroke bisa dilakukan dengan meredam stres dalam diri," ujar Ana Maria Garcia, peneliti dari Universitario Clinico San Carlos, Madrid.

Peneliti melibatkan 150 orang yang pernah mengalami stroke dan 300 orang belum pernah mengalami stroke. Mayoritas berusia 54 tahun. Selain tingkat stres, peneliti menganalisis semua faktor risiko terkait stroke seperti kebiasaan minum alkohol, merokok, asupan kopi, dan jenis makanan favorit.

Hasil penelitian ini pertama kalinya menunjukkan hubungan stres dengan stroke. Studi sebelum lebih banyak mengaitkan stres dengan penyakit jantung. "Stres merupakan faktor risiko yang kuat untuk stroke," dokter spesialis penanganan stroke, Rafael Ortiz, MD, menambahkan.