Rabu, 12 September 2012

Efek Dahsyat Iklan Rokok Pada Anak


Remaja mudah terpengaruh iklan yang sudah tersebar luas
 
Rokok (istockphoto.com)

Indonesia masuk dalam kelompok atas - bersama India, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Polandia - negara-negara yang berpenghuni banyak perokok aktif. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh WHO, ada sekitar 51,7 persen perokok pria dan 0,3 persen perokok wanita dengan rentang usia 15 - 24 tahun.

Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan jika dilihat dari sudut pandang kesehatan. Generasi muda bisa terancam kondisi kesehatannya. Lalu bagaimana anak dan remaja bisa terpengaruh untuk menjadi seorang perokok?

Pemicunya cukup beragam, bisa dari lingkungan keluarga atau teman-teman. Lalu, yang tak kalah berdampak luar biasa adalah iklan-iklan rokok yang cukup 'radikal' dan kreatif menyasar pasar anak remaja. Hal ini diungkapkan oleh  dr. Soewarta Kosen, M.P.H., Koordinator Unit Analisis Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan.

"Remaja mudah terpengaruh oleh iklan yang sudah tersebar luas di mana saja, termasuk dalam sebuah konser musik yang sponsornya berasal dari rokok," kata Soewarta di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta pada Selasa 11 September 2012.

Cara Radikal
Meskipun saat ini iklan rokok di televisi dibatasi tetapi produsen rokok beriklan dengan cara-cara yang 'radikal'. Bukan hanya melalui billboard atau di internet, tetapi juga aktif mensponsori acara-acara musik anak muda.

Hal tersebut memang bisa dengan mudah mempengaruhi anak dan remaja untuk mencoba merokok. Dan, tak menutup kemungkinan selanjutnya dia akan jadi pencandu rokok. Menurut survei yang dilakukan pada 2007, sekitar 80 persen anak dan remaja, melihat iklan dan promosi, serta dari sponsor rokok pada sebuah acara.

Untuk itu, terkait pemasangan iklan rokok di billboard, menurut Soewarta, sebaiknya mulai ditinjau kembali. "Jakarta adalah salah satu ibukota di Asia Pasifik yang masih memajang billboard rokok. Di negara lain sudah tidak ada, hanya kita yang masih ada," katanya.