Kamis, 20 September 2012

Cegah Obesitas Anak Sejak di Kandungan



Menghindari buah hati Anda dari ancaman silent disease saat ia dewasa.
Ibu hamil  

Percayakah Anda, tahun 2030 mendatang diperkirakan akan ada 21,3 juta orang Indonesia mengidap diabetes? Bukan mustahil terjadi. Itu bisa Anda cegah sejak sekarang hanya dengan cara sederhana, memberi nutrisi cukup bagi bayi dalam kandungan Anda.

Menurut dr. Noroyono Wibowo, pakar Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri Ginekologi UI-RSCM, pemenuhan gizi pada bayi penting dilakukan sejak dalam kandungan. Ini agar terhindar dari berbagai risiko kesehatan jangka panjang,  antara lain penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi.

“Fase pemenuhan gizi ibu dan bayi paling efektif harus dimulai sebelum masa kehamilan dan kemudian berfokus pada 12 minggu pertama masa kehamilan,” katanya pada sebuah simposium The Importance of EarlyLife Nutrition di Grand Hyatt, Jakarta.

Menurutnya, kehamilan sama pentingnya dengan hari pernikahan. Artinya, harus direncanakan dengan baik, calon ayah maupun ibu memenuhi kebutuhan gizi dengan baik dan menjaga pola hidup selalu tetap sehat.

“Dua belas minggu pertama masa kehamilan adalah yang terpenting dalam pembentukan ‘cetak biru genetik’ yang menentukan kesehatan anak hingga dewasa,” kata dr Bowo.

Singkatnya, dengan memberi nutrisi cukup bagi Anda yang tengah hamil dan bayi dalam kandungan, akan berdampak panjang. Sama dengan menghindarkan buah hati Anda dari ancaman silent disease yang mengintainya saat dewasa.

Sebuah penelitian menunjukkan, kekurangan mikronutrien berkaitan erat dengan risiko reproduktif, seperti kemandulan, kerusakan struktur janin, dan lain-lain. Mikronutrien yang perlu dikonsumsi pada masa sebelum dan tahap awal kehamilan, adalah asam folat, vitamin B12, vitamin B6, vitamin A, antioksidan, zat besi, zinc, dan tembaga.

Sebagai gambaran perbandingan, anak yang terpenuhi kebutuhan zat besinya sejak dalam kandungan, kemampuan membaca dan perbendaharaan katanya lebih baik daripada yang tidak mendapat asupan zat besi. Sayangnya, dr. Bowo menuturkan, fakta yang terjadi saat ini menunjukkan  tren kenaikan jumlah balita dengan kelebihan berat badan.

Menurut penelitian yang dilakukan sebuah produsen susu, jumlah anak lahir dengan berat badan dan tinggi badan kurang, menurun dibandingkan jumlah anak lahir dengan kelebihan berat badan. Padahal, seperti diketahui, berat badan berlebih merupakan awal dari penyakit-penyakit non menular seperti jantung, diabetes, dan hipertensi serta stroke.

“Karena itu, yang terbaik adalah gizi seimbang dan sesuai kecukupan, tidak berlebihan,” ujar dr. Bowo.