Pada
ruang-ruang publik mungkin tidak begitu terasa adanya sentuhan yang
bersifat personal pada penataan interior. Ini berbeda dengan ruang di
rumah atau instansi tertentu yang memang sengaja memberikan sentuhan
khusus. Sesuatu yang khas dan bisa dianggap mewakili, menjiwai, atau
menonjolkan citra sesuai dengan latar belakang pemilik atau pemakai
ruang.
Banyak faktor pendukung yang dapat
menciptakan citra atau rasa yang ingin dihadirkan dalam penataan ruang.
Salah satunya adalah elemen estetis sebagai sentuhan guna memberi warna
dan nuansa yang ingin dicapai pemakai atau pemiliknya.
Elemen estetis ini bisa berupa hal yang
bersifat pribadi maupun universal. Ini berlaku untuk permainan warna,
motif, maupun ukiran atau relief. Unsur-unsur tersebut bisa terdapat
pada fisik ruangan, komponen interior, maupun aksesori yang berfungsi
sebagai elemen estetis pendukung interior.
Umumnya aksesori yang digunakan memiliki
unsur seni yang disesuaikan dengan selera dan pribadi pemiliknya. Akan
tetapi, dalam pemilihan aksesori dan peletakannya pun, sebaiknya
diperhatikan dan dipertimbangkan beberapa hal. Ini demi memaksimalkan
tujuan peletakan aksesori tersebut.
Jangan sampai peletakan aksesori justru
tak memunculkan citra yang ingin ditampilkan, atau malah mengakibatkan
penataan ruangan terasa janggal. Aksesori merupakan salah satu unsur
interior yang paling terakhir dipikirkan. Umumnya, dalam pemilihan dan
penataan aksesori, pemilik atau pemakai ruang yang lebih berperan.
Tema dan warna
Hal-hal yang sebaiknya menjadi
pertimbangan seseorang dalam memilih aksesori adalah tema, gaya, warna,
ukuran, dan jumlah. Tema merupakan hal utama yang sangat menentukan
pantas atau tidaknya unsur tersebut dipadukan dalam sebuah penataan
interior.
Memang tidak selalu Anda harus memilih
tema yang sama dengan interior, tetapi setidaknya aksesori tersebut bisa
sesuai dengan tema interior lain yang mendominasi ruangan. Contohnya,
dalam penataan interior modern bergaya minimalis dimasukkan unsur etnik
pada aksesori berupa vas bunga atau pigura.
Adapun gaya adalah unsur yang lebih
spesifik daripada tema. Seperti tema tradisional bisa bergaya Jawa,
Toraja, atau Minang. Orang juga bisa memilih tema klasik, misalnya
dengan gaya Rococo, Baroque, atau Renaissance.
Jadi, memilih gaya juga sangat penting
Anda tentukan, terutama pada ruang yang bertema klasik dan tradisional.
Oleh karena kedua gaya tersebut biasanya memiliki filosofi yang lebih
mendalam.
Jangan sampai terjadi, misalnya, orang
menentukan ukiran bergaya Jawa pada interior tradisional bergaya Bali.
Atau, sekadar melihat gaya klasik, kemudian seseorang meletakkan lukisan
dari zaman yang berbeda dengan gaya klasik tersebut. Hal itu bisa
sangat mengganggu, bahkan merusak perancangan interior.
Di samping itu, sebuah wujud kesatuan
dalam desain tak lepas dari warna, selain bentuk, tema, dan gaya. Warna
dapat menyatukan beberapa unsur yang berbeda dalam satu perancangan.
Selain
pertimbangan dari desainer interior atau orang yang berkecimpung dalam
dunia seni rupa, Anda juga dapat berpatokan pada panduan memilih
kombinasi warna yang tepat dari buku-buku colour guide. Bila Anda
memiliki warna-warna favorit yang sedikit mencolok, bisa tetap
menampilkannya sebagai aksen dalam ruang. Tentu saja warna itu tetap
harus diatur komposisi dan intensitas warnanya supaya tak terlalu
mendominasi keseluruhan bidang.
Pada beberapa gaya atau tema penataan
interior, ada kecenderungan untuk tak menggunakan banyak komposisi warna
yang beraneka ragam. Ini perlu Anda perhitungkan pula agar keberadaan
aksesori tidak malah mengubah tujuan perancangan yang ingin dicapai.
Sesuaikan dengan ukuran ruang
Aksesori
harus disesuaikan dengan ukuran ruang dan ukuran komponen interior yang
dipergunakan dalam peletakan aksesori tersebut, seperti meja, rak,
lemari, credenza, atau console. Aksesori sebaiknya tidak berukuran
besar, karena fungsinya sebagai elemen estetis sehingga porsi ukurannya
tidaklah dominan.
Terkecuali pada hal-hal tertentu aksesori
bisa dibuat dan dipilih berukuran besar, antara lain pada ruangan yang
berukuran besar, juga bila Anda memang menginginkan aksesori tersebut
menjadi icon atau simbol yang ingin ditonjolkan.
Selain ukuran, aksesori yang diletakkan
dalam sebuah ruangan juga perlu diperhitungkan jumlahnya. Apakah Anda
sampai merasa perlu meletakkan aksesori yang sama dalam satu ruang?
Kalaupun ya, sampai seberapa banyak jumlahnya?
Anda juga perlu mempertimbangkan berapa
jenis dan berapa jumlah yang sekiranya pantas dan layak diletakkan.
Jangan sampai Anda terpancing secara emosi karena kebetulan aksesori
tersebut sangat disukai, sedang tren, atau demi sebuah idealisme. Itu
bisa Anda lakukan bila aksesori bukan sebagai elemen estetis pendukung
perancangan interior.
Misalnya aksesori tersebut fungsinya
sebagai benda koleksi, piala dan piagam, cenderamata acara serta
perjalanan penting yang pernah Anda lakukan, hingga memberi kenangan dan
kebanggaan pribadi, sebaiknya diletakkan dalam ruang yang memang dibuat
khusus untuk itu. Dengan demikian, aksesori “khusus” tersebut tak
mengganggu kenyamanan dan keindahan fungsi ruang lain.
Ukuran
dan jumlah merupakan faktor yang menentukan dalam peletakan aksesori.
Namun, perlu diperhatikan pula fungsi aksesori, apakah murni sebagai
elemen estetis yang bersifat benda pajang, atau dipergunakan dan
berfungsi sesuai dengan peletakan. Seperti asbak di atas meja yang
memang sengaja difungsikan sebagai tempat abu rokok. Aksesori itu akan
berbeda fungsinya bila diletakkan dalam lemari pajang tertutup kaca.
Terakhir, adalah unsur rasa dan selera.
Tak ada acuan teori dan teknik yang pasti dalam hal ini. Akan tetapi,
kalau Anda tak yakin, bisa minta pertimbangan orang lain yang mengerti
keinginan Anda sekaligus paham soal penataan interior.