Produk P&G ini yang tersebar di Indonesia total ada 80 ribu, sebagian masih di gudang.
Kantor Pusar P&G (AP Photo/Al Behrman, file)
Selepas menyikat gigi, berkumur dengan cairan penyegar nafas kini kian lazim dilakukan. Dalam berbagai iklan, cairan ini dipromosikan juga efektif membunuh kuman dan menghilangkan plak.
Namun, hati-hati memilih obat kumur. Malah ada bakteri ditemukan di obat kumur bermerk Oral B keluaran Procter & Gamble (P&G). Insiden ini memaksa perusahaan ternama asal Amerika Serikat ini menarik produknya dari berbagai belahan dunia, antara lain: Filipina, Kolombia, Kanada, Meksiko, Chile, China, Hong Kong, termasuk di Indonesia.
Temuan mengejutkan ini dilansir pertama kali oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Kolombia (INVIMA). Dinyatakan, dua produk Oral B yang dibuat di Kolombia mengandung bakteri Burkholderia anthina. INVIMA mengatakan bakteri jenis ini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, namun kemungkinan akan menjangkiti mereka yang memiliki pertahanan tubuh lemah.
"Langkah ini merupakan upaya pencegahan setelah kami mendeteksi kemungkinan adanya mikroba dalam beberapa produk yang dihasilkan oleh salah satu brand kami," demikian pernyataan resmi P&G seperti dilansir ABS CBN News pada 16 Juli 2011. "Tidak ada produk Oral-B lain yang akan terpengaruh oleh penarikan ini."
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan: sejak Jumat pekan lalu, P&G mulai menarik produknya dari Indonesia. Langkah serupa ditempuh di beberapa negara lain, termasuk Kanada, Meksiko, Chile, Kolombia, Cina, Malaysia, dan Filipina.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Prodruk Komplemen BPOM, Ruslan Aspan, mengatakan ada dua produk obat kumur yang ditarik. Itu adalah 'Oral-B Tooth and Gum Care Mouth Rinse' serta 'Oral-B Tooth and Gum Care Alcohol-Free Mouth Rinse'. Penarikan dilakukan P&G dengan sukarela.
"Mereka menariknya dari Indonesia karena adanya temuan bakteri dalam dua produk tersebut di Kanada dan Kolombia. Penarikan di Indonesia bertujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan," katanya .
Ruslan mengingatkan kedua jenis obat kumur ini masih banyak beredar di Indonesia. Sejak Desember 2010 hingga Juli 2011, obat kumur keluaran P&G yang beredar di negeri ini tercatat ada 80 ribu buah, sebagian masih berada di gudang. Soal penarikan, kata Ruslan, BPOM hanya melakukan pengawasan, sementara teknis pelaksanaannya diserahkan pada produsen.
"Sebelum P&G menarik produknya, mereka telah lebih dulu mengirim tiga kali surat pemberitahuan kepada BPOM. Perusahaan juga telah memasang iklan terkait penarikan produk itu," Ruslan menambahkan.
Ruslan menyatakan konsumen yang telah memakai obat kumur ini tak perlu khawatir. Sejauh ini, BPOM belum menerima laporan tentang berjangkitnya penyakit akibat bakteri itu. "Lagipula, distribusi produk yang tercemar bakteri seperti terjadi di Kanada dan Kolombia, tidak ada di Indonesia," dia memastikan.
Menurutnya, penarikan produk akibat kasus kontaminasi bakteri baru pertama kali ini terjadi. Dalam kasus-kasus sebelumnya, penarikan dikarenakan produk didapati mengandung bahan berbahaya seperti formalin, merkuri, dan lainnya. Umumnya yang ditarik adalah produk-produk kosmetik, makanan, dan minuman.
Bukan kasus pertama
Kasus kontaminasi bakteri pada produk P&G bukan kali ini saja terjadi. Pada Maret 2010 lalu, dua jenis keripik kentang Pringles dinyatakan positif tercemar Salmonella. Produk itu adalah 'Restaurant Cravers Cheeseburger' dan 'Family Faves Taco Night'. Kala itu, perusahaan menjamin hanya 1,5 persen dari produk itu yang diekspor ke seluruh dunia yang tercemar bakteri.
Laporan BPOM Amerika Serikat (FDA) menunjukkan, sumber penyebaran Salmonella berasal dari bumbu penyedap dan minyak nabati, yang terbuat dari protein nabati terhidrolisis (HVP), produksi Basic Food Flavors Inc. di Las Vegas. Untuk menghentikan distribusi keripik bermikroba, FDA melarang pabrik mengekspor produk pasta dan bubuk makanan olahan ini serta menarik produk tersebut dari pasar.
Terlepas dari cemaran bakteri pada obat kumur, Profesor Robin Seymour, dokter gigi dari Universitas Newscastle menjelaskan obat kumur umumnya mengandung sejumlah bahan yang dapat menimbulkan efek merugikan pada gigi dan gusi. Dalam penelitiannya, Seymour menemukan banyak obat kumur mengandung alkohol hingga 26 persen.
Kandungan alkohol ini membuat pengendapan mentol, ekaliptol dan timol yang bisa membantu menembus serta memecah plak. Namun, alkohol juga dapat menyebabkan kekeringan pada mulut dan menghancurkan lapisan lendir yang berfungsi menjaga kelembaban rongga mulut.
Bahan Clorohexidine dalam beberapa obat kumur juga disimpulkan dapat menimbulkan noda pada gigi setelah pemakaian selama beberapa hari. Seymour menyarankan, agar mengkonsumsi obat kumur bebas alkohol.
Yang lebih gawat, sebuah penelitian pada 2009 bahkan mengungkapkan kandungan etanol pada obat kumur menjadi salah satu zat penyebab kanker.