Selasa, 19 Februari 2013

Stress dan Cara Mengatasinya


images-7
Stres tak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena akan berpengaruh terhadap kesehatan. Tapi jangan berkecil hati, karena banyak kiat yang bisa dicoba untuk mengendalikannya. Langkah awal mengelola stres adalah mengenali gejalanya. Agar stres bisa lekas dideteksi.
Sejumlah gejala berikut bisa menjadi pertanda jika sedang mengalami stres yang cukup berat:
1. Flu dan Pilek Kronis. Kala stres, sistem imun melemah sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap virus dan bakteri.
2. Pegal-Pegal dan Sakit Kepala. Tubuh merespon stres sama seperti ketika merespon sebuah ancaman. Dalam kondisi siaga, tanpa sadar otot-otot menegang untuk melawan ancaman tersebut. Akibatnya, otot pun menjadi kaku dan pegal, sementara ketegangan di leher dan bahu menyebabkan kepala sakit.
3. Masalah Perut. Stres memicu produksi asam lambung sehingga perut bergejolak.
4. Sulit Tidur. Beban pikiran bisa menghantui terus-menerus, membuat sulit tidur. Padahal, tidur yang cukup sangat penting bagi tubuh.
Ada juga yang melepas stress dengan merokok, alkohol dan makanan saat stres. Padahal ini semua makin mengacaukan kondisi tubuh, dan menjadi penyebab stres baru. Itu sebabnya perlu mencari cara yang sehat untuk mengatsi stres.
Respons tubuh terhadap stres bergantung pada banyak hal, termasuk:
1. Penilaian terhadap situasi yang membuat stres.
2. Kacamata dalam memandang hidup positif atau negatif.
3. Kesehatan secara umum.
4. Kebugaran, misalnya cukup istirahat atau kurang tidur.
5. Pola makan, gaya hidup dan kebiasaan olahraga.
Salah satu kiat ampuh melawan efek stres yang merusak adalah dengan aktivitas fisik rutin, demikian menurut studi di Duke University Medical Center, North Carolina, AS. Selain baik untuk jantung, olahraga rutin intensitas sedang 30 menit per hari bisa membantu mengendalikan berat badan, memperbaiki kadar lipid, tekanan darah dan faktor risiko penyakit jantung lainnya.
Ditemukan pula, tubuh orang yang rajin berolahraga cenderung lebih mampu merespon stres tanpa harus bereaksi berlebihan. Tekanan darah dan detak jantung mereka tidak melonjak setinggi yang tidak berolahraga dan denyut jantung juga lebih cepat kembali normal.