Pasien rumah sakit punya peluang 1:20 untuk terkena infeksi.
Dalam sebuah studi, peneliti berhasil mengungkapkan pentingnya pengontrol infeksi pasif di rumah sakit, sebuah metode yang tidak mengandalkan pada staf medis atau pasien untuk mengingat dan melakukan tindakan.
Selama ini, diketahui bahwa berbagai obyek di kamar pasien di rumah sakit merupakan kawasan perkembangbiakan potensial bakteri yang menyebabkan infeksi.
Menurut Michael Schmidt, Vice Chairman of Microbiology and Immunology, Medical University of South Carolina, yang melakukan penelitian, bakteri di permukaan ruang ICU bertanggungjawab hingga 80 persen infeksi yang menyerang pasien.
Untuk itu, mengurangi jumlah bakteri di sekeliling pasien dipastikan akan menurunkan risiko infeksi secara signifikan.
“Pasien rumah sakit punya peluang 1:20 untuk terkena infeksi, dan bagi mereka yang terkena, 1:20 di antaranya berpeluang menghadapi kematian akibat infeksi itu,” kata Schmidt, dikutip dari Eurekalert, 29 Desember 2011. “Di Amerika Serikat sendiri, infeksi yang didapat dari rumah sakit diperkirakan telah membunuh 100 ribu orang dan menyebabkan kerugian hingga US$45 miliar per tahun,” ucapnya.
Pada penelitian ini, Schmidt memantau kondisi kebersihan rumah sakit Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York, Medical University of South Carolina, dan Ralph H. Johnson VA Medical Center di Charleston. Di sana Schmidt memperhatikan obyek seperti pegangan pada ranjang, permukaan meja makan di ranjang, tombol pemanggil suster di dinding, dan tiang infus.
Schmidt kemudian mengganti peralatan-peralatan tersebut dengan alat serupa namun yang menggunakan bahan tembaga antimikrobial.
Hasilnya, dari pengujian laboratorium, terungkap bahwa jika dibersihkan secara reguler, alat-alat yang menggunakan bahan tembaga antimikrobial itu mampu membunuh lebih dari 99,9% bakteri MRSA, VRE, Staphylococcus eureus, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas aeruginosa, dan E. coli.
Meski banyak faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap risiko infeksi, persentasenya kemungkinan akan berbeda tergantung kondisi di lapangan. Tetapi yang pasti, kini peneliti bisa mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk meminimalisir jumlah pasien yang terkena infeksi justru akibat masuk ke rumah sakit.