(Foto: thinkstock)
Orang yang asupan vitamin C-nya rendah juga lebih dari dua kali memiliki kadar C-reactive protein (CRP) dalam darahnya. Dimana kadar CRP telah dikaitkan dengan penyakit jantung.
"Penelitian tersebut merupakan penelitian pertama yang menunjukkan bahwa orang dengan gagal jantung dengan asupan vitamin C cukup dalam makanannya akan hidup lebih lama. Vitamin C, merupakan antioksidan yang dapat membantu orang dengan gagal jantung dengan meringankan kondisi peradangan dalam tubuh," kata peneliti Grace Song, PhD, RN, asisten profesor dari departemen keperawatan, University of Ulsan, Korea Selatan seperti dilansir dari WebMD.
Peneliti lain mengatakan hal tersebut sama sekali tidak jelas bahwa vitamin C dengan sendirinya dapat meningkatkan kesehatan jantung. Orang yang mendapatkan cukup vitamin C dalam diet sehari-hari dengan makan banyak buah-buahan dan sayuran dapat sehat secara keseluruhan.
"Selama ini yang telah kita ketahui adalah bahwa diet tinggi buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan risiko penyakit jantung," kata Alice Lichtenstein, DSC, ahli gizi di Tufts University, Boston.
Makanan yang kaya vitamin C termasuk melon, kubis merah, brokoli, kembang kol, kangkung, jeruk, pepaya dan kiwi. Berdasarkan temuan, orang dengan gagal jantung tidak harus mengambil suplemen vitamin C.
"Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa, suplemen vitamin C tidak meningkatkan kesehatan orang dengan gagal jantung," kata Lichtenstein. Hasil penelitian tersebut telah dipresentasikan pada American Heart Association’s Scientific Sessions tahun 2011.
Penelitian tersebut telah melibatkan 212 orang dengan gagal jantung. Rata-rata usia mereka adalah 61 tahun, dan sekitar sepertiganya adalah perempuan. Para peneliti terus melacak semua makanan yang mereka makan selama 4 hari.
Penelitian itu menggunakan sebuah program software yang digunakan untuk menghitung asupan vitamin C. Sebanyak 39 persen tidak mendapatkan cukup vitamin C dalam diet mereka, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Institute of Medicine.
Para peserta penelitian juga diberikan tes darah untuk mengukur CRP. Kemudian peserta dipantau selama 1 tahun, selama waktu tersebut sejumlah 61 pasien, atau 29 persen dirawat di rumah sakit atau meninggal karena penyakit jantung.
Peserta dengan asupan vitamin C yang lebih rendah lebih mungkin memiliki waktu yang lebih singkat dirawat di rumah sakit sebelum kematian akibat masalah jantung.
Penelitian tersebut didanai oleh American Heart Association, National Institutes of Health, dan National Institute of Nursing Research. Penelitian tersebut memang telah dipresentasikan pada sebuah konferensi medis.
Namun, harus dianggap penelitian awal karena mereka belum menjalani proses peer review. Dimana pada proses tersebut para ahli di luar meneliti data sebelum dipublikasikan dalam sebuah jurnal medis. Sehingga masih perlu dilakukan berbagai penelitian untuk mengkonfirmasi dan mendukung hasil penelitian tersebut.