(Foto: Thinkstock)
Okuta (Perempuan Lajang, 25 Tahun), okuta_XXXX@yahoo.com
Tinggi Badan 159 Cm dan Berat Badan 56 Kg
Jawaban
Ada beberapa kasus yang saya temui mirip seperti yang Anda alami, bahkan ada yang mengeluh sakit perutnya timbul lagi dengan intensitas nyeri yang sama dengan sebelum operasi.
Untuk menjawab mengapa hal ini bisa terjadi, maka diperlukan data tambahan antara lain:
1. Apakah pernah mengalami sakit perut yang bisa timbul tiba-tiba dan mungkin saja dirasakan sangat nyeri?
2. Apakah perut kembung sudah dirasakan sebelum operasi dilakukan atau bahkan sejak kecil?
3. Pernahkan buang air besar dilakukan 2 atau 3 hari sekali dan hal ini memang disebabkan tidak ada rasa ingin buang air besar?
4. Pernahkah mengalami, buang air besar tapi yang keluar hanya sedikit namun beberapa saat kemudian setelah kita keluar dari kamar mandi, kita merasakan lagi keinginan buang air besar, namun sangat mungkin yang keluar pun hanya sedikit?
5. Pernahkah sesekali mengalami diare?
Jika 3 atau lebih dari 5 pertanyaan tersebut dijawab dengan "YA", maka kemungkinan ada hal yang harus dibuktikan sebagai penyebab dari keluhan-keluhan di atas termasuk juga menyebabkan usus buntu yang meradang (appendisitis).
Pemeriksaan yang dilakukan biasanya berupa Barium Enema atau Colon in loop, yaitu pemeriksaan foto dengan memasukkan kontras dari anus yang bertujuan melihat bentuk dan keadaan usus besarnya (kolon).
Gambaran yang ditemukan sering berupa: elongatio atau redundan (segmen kolon yang memanjang), bisa pada segmen kolon transversum, kolon desenden atau kolon rektosigmoid sehingga sering mengalami puntiran (volvulus atau torsio atau twisting).
Akibatnya, bisa terjadi nyeri ringan sampai hebat, kembung sesaat atau beberapa lama namun dapat menghilang juga dengan tiba-tiba, turunnya kotoran jadi terganggu sehingga buang air besar tidak bisa setiap hari.
Akibat lainnya adalah, tekanan berbalik (refluks) baik udara maupun isi kolon ke arah lebih pangkal dan akan tertahan dengan tekanan tinggi pada sekum (pangkal usus besar) tempat berpangkalnya appendiks.
Karenanya, isi kolon akan masuk kedalam appendiks yang kemudian appendiks akan berupaya mengeluarkannya, namun karena appendiks rongganya kecil maka kekuatan memompa jauh lebih kecil dibanding kolon.
Akibatnya, makanan tersebut akan diserap airnya dan menyisakan kotoran yang kecil (fekalit= feses kecil) yang kemudian dapat menyebabkan sumbatan usus buntu sehingga timbul gejala radang usus buntu, yaitu nyeri, mual dan atau kembung, diikuti demam mulai ringan sampai sedang dan akan meningkat cepat bila terjadi kebocoran (perforasi).
Pada keadaan ini, radang usus buntu bukanlah keadaan primer namun akibat sekunder dari panjangnya segmen tertentu dari kolon sehingga menyebabkan puntiran dan tekanan berbalik ke arah sekum (radang usus buntu sekunder).
Hal ini masih belum menjadi perhatian kita sehingga sering setelah ada hasil foto Barium Enema atau Colon in loop, sebagian ada yang tidak melihatnya sebagai keadaan patologik. Untuk itu, cobalah mintakan kepada dokter anda untuk pemeriksaan foto Colon in Loop, semoga ditentukan jawabannya.
Dr. Pria Agustus Yadi, Sp.B-KBD
Dokter Spesialis Bedah Digestif. Praktik di RS PONDOK INDAH Jl. Metro Duta Kav UE Pondok Indah, Jakarta. Telepon 021 765 7525.