foto: Thinkstock
Pesan itu disampaikan oleh ahli jantung dari RS Siloam Lippo Karawaci, Dr Antonia Anna Lukito, SpJP-FIKA dalam pemaparan hasil studi CRUCIAL. Studi internasional tentang hipertensi ini dilakukan oleh Pfizer dan melibatkan 1.461 pasien dari 19 negara di Asia, Timur Tengah, Eropa dan Amerika Latin.
Menurut Dr Anna, obat hipertensi yang diminum tidak teratur sama bahayanya dengan hipertensi yang tidak diobati. Risiko terburuknya adalah komplikasi di 4 organ utama yakni stroke di otak, gagal ginjal, serangan jantung dan kerusakan pembuluh darah di mata atau retinopati.
"Sebelum memberi obat, pasien selalu kita edukasi sejak awal bahwa pengobatannya harus teratur. Kalau nggak bisa teratur, mendingan nggak usah sama sekali karena nggak ada gunanya," ungkap Dr Anna di Restoran Kembang Goela,.
Dr Anna menambahkan, fungsi obat hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah tetapi juga mencegah timbulnya komplikasi jangka panjang. Risiko ini sering tidak disadari oleh pasien, sehingga sering menghentikan pengobatan saat gejalanya sudah tidak terasa.
Sementara itu, spesialis penyakit dalam dari RS Cipto Mangunkusumo, Prof Dr Lukman Hakim, SpPD-KKV mengatakan ketidakpatuhan dalam minum obat hipertensi juga bisa memicu rebound. Artinya tekanan darah yang sudah turun saat diobati tiba-tiba bisa melonjak lebih tinggi saat obat dihentikan.
Kalau hanya sesekali tidak minum obat karena lupa, mungkin efeknya tidak akan terlalu signifikan. Pasien dikatakan tidak patuh dan berisiko tinggi mengalami rebound jika terlalu sering menghentikan pengobatan saat merasa tubuhnya baik-baik saja.
"Kalau memang gejalanya berkurang, dokter akan menurunkan dosisnya dan tidak menghentikan pengobatan sama sekali. Kadang-kadang pasien tidak tahu kondisi yang sebenarnya sehingga memang harus rajin-rajin kontrol ke dokter," kata Prof Lukman.
CRUCIAL merupakan studi tentang pengobatan hipertensi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia. Penelitian ini membuktikan, pengobatan dengan satu tablet kombinasi dapat meningkatkan kepatuhan minum obat dibandingkan beberapa tablet dan bisa menunda risiko serangan jantung hingga 10 persen.