Sabtu, 27 April 2013

Saraf Terlalu Sensitif Bisa Jadi Penyebab Utama Migrain


 
(Foto: Thinkstock)
 
 Hingga kini para pakar masih sepakat jika pemicu utama migrain adalah pelebaran arteri di luar tengkorak. Namun sekelompok peneliti dari Denmark memastikan bukan itu penyebabnya karena mereka justru menemukan bahwa serabut saraf yang ada di seputar pembuluh darah menjadi sangat sensitif ketika terjadi serangan sakit kepala sebelah tersebut.

Peneliti mendapatkan kesimpulan ini setelah melihat hasil scan MRI pada 19 wanita yang menderita migrain serta mengamati kondisi arteri atau pembuluh darah mereka selama terjadi serangan.

Seluruh partisipan dilaporkan sehat dan menderita migrain tanpa aura (migrain yang tak disertai gejala munculnya gangguan visual seperti kilatan cahaya atau kesemutan di tangan dan wajah).

Hal ini berarti migrain yang dialami partisipan hanya sebatas sakit kepala di salah satu sisi kepala sehingga memudahkan bagian kepala lainnya yang tidak terserang migrain untuk dipindai agar peneliti dapat mengetahui perbedaan kondisi keduanya saat terjadi serangan migrain.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa arteri di luar tengkorak tidak melebar selama serangan migrain. Kalaupun ada, peneliti hanya menemukan sedikit pelebaran di sisi kepala yang terserang migrain, sedangkan sisi kepala lainnya tak merasakan nyeri apapun.

Tak hanya itu, temuan ini juga menimbulkan pertanyaan lain terkait bagaimana cara kerja obat-obatan yang sering diresepkan untuk mengatasi migrain seperti sumatriptan. Pasalnya peneliti menemukan bahwa pembuluh darah di dalam tengkorak masih tetap melebar meski migrainnya telah pergi.

Artinya obat-obatan tersebut tak bekerja seperti yang selama ini dipahami banyak orang. Kondisi ini ditemukan peneliti setelah partisipan diberi obat migrain tertentu sebelum menjalani scan MRI lainnya.

Dengan kata lain temuan dari tim peneliti asal Denmark ini memunculkan teori baru bahwasanya nyeri migrain itu diakibatkan oleh serabut saraf di sekeliling pembuluh darah kepala menjadi ekstra sensitif, bukannya pelebaran arteri di luar tengkorak.

"Temuan kami sangat penting untuk memberikan pemahaman mendalam tentang migrain, termasuk mendasari studi lain tentang migrain di masa depan," tandas salah satu peneliti Faisal Mohammad Amin, seorang mahasiswa program PhD dari Danish Headache Centre, Glostrup Hospital, Denmark.

"Pada waktu yang bersamaan, temuan ini juga dapat digunakan untuk memberikan jaminan pada penderita migrain yang khawatir arteri mereka akan 'meledak' selama terjadinya serangan. Nyatanya mereka memang takkan mengalaminya," tutupnya seperti dilansir Daily Mail