Minggu, 05 Juni 2011

Cerita Bisa Dimana-mana

Cerita bisa di mana-mana (Foto: Corbis)
Cerita bisa di mana-mana (Foto: Corbis)

SUDAH banyak penggiat cerita atau para pendongeng yang menyebarluaskan virus mendongeng dan bercerita ke masyarakat. Mulai dari pendongeng yang membuat website dan mengumpulkan dongeng dari berbagai sumber, psikolog yang membuat gerakan Indonesia Bercerita, sampai seorang ibu yang membuat buku cerita personalized book yang bisa membuat anak menjadi karakter atau pemain dalam cerita.

Rico Toselly, akrab dipanggil Kak Rico, adalah salah satu pendongeng yang membuat website berisi kumpulan dongeng dan profil para pendongeng. Website www.pendongeng.com yang dibuatnya tahun lalu ini berisi dongeng-dongeng fable, cerita rakyat, sampai kisah para Nabi yang dikumpulkannya dari berbagai sumber. Ada pula dongeng dalam bentuk video dan audio.Ini adalah website keduanya, setelah www.dongengkakrico.com yang dibuatnya sejak 2008.

“Selain untuk publikasi saya, dua website ini untuk memenuhi permintaan cerita yang mudah diakses dan murah. Soalnya banyak guru dan orangtua yang kalau ketemu saya minta cerita dongeng. Maka saya buat saja website itu,” kata pendongeng yang pernah kuliah teater di IKJ ini.

Dilihat dari hits-nya, website pertamanya memang populer. Karena itulah Kak Rico berinisiatif membuat website kedua. Website barunya, yang diakuinya masih dalam tahap pembangunan, nantinya akan menjadi semacam database bagi para pendongeng di Indonesia.

Saat ini, website tersebut memang sudah mencantumkan beberapa pendongeng terkenal seperti Kak Seto dan Poetri Suhendro. Hanya saja, dongeng mereka belum dicantumkan.

“Saya ingin cerita dongeng lebih mudah didapat oleh anak-anak, guru, dan orangtua. Saya ingat, dulu saya suka mendengarkan cerita Sanggar Cerita lewat kaset. Itu berbekas sekali sampai sekarang dan memang ampuh untuk mengajarkan kita nilai-nilai moral dan akhlak,” tegas pendongeng yang seringkali mendongeng dengan cerita-cerita petualangan.

Setali tiga uang dengan Kak Rico, Budi Setiawan yang mendirikan gerakan Indonesia Bercerita juga punya cita-cita membudayakan kembali tradisi bercerita ke masyarakat.

Jika mungkin banyak orang beranggapan bahwa kini cerita hanyalah untuk kesenangan belaka, Indonesia Bercerita ingin membuat dongeng dan cerita sebagai sarana menyebarkan pengetahuan dan cara belajar yang asyik dan menyenangkan.

Lewat website indonesiabercerita.org, Budi Setiawan dan rekannya di kampus Rudi Cahyono, membuat program yang memungkinkan siapapun bisa meng-unggah dan mengunduh cerita-cerita anak, baik dalam format e-book atau podcast (mp3).

Agar produksi cerita ke website tersebut terus mengalir, keduanya juga membuat sistem, yang terdiri dari Fasilitator Komunitas IDcerita, Sanggar IDcerita, dan Pendidikan IDcerita. Fasilitator bertugas untuk mengajak berbagai komunitas pencerita untuk memproduksi cerita.Sanggar bertugas menciptakan podcast cerita anak yang mendidik, sementara Pendidikan untuk mengadakan workshop bagi para guru dan orangtua untuk meningkatkan kapasitas bercerita.

Bagi masyarakat yang ingin mengirimkan cerita anaknya, bisa langsung merekamnya dalam format mp3 dan mengirimkannya lewat email. Dalam beberapa minggu ke depan, masyarakat juga bisa langsung mengunggah ceritanya lewat akun email yang mereka miliki di website Indonesia Bercerita. Soal media audio yang digunakannya, Budi menganggap bahwa audio bisa didengar dan dipakai di mana saja. Alasan lainnya, format audio membuat anakanak bisa melatih daya imajinasinya.

“Dengan membaca atau mendengar, anak akan menciptakan imajinasinya sendiri. Ini penting bagi daya kreativitasnya, dibanding menonton yang membuat anak hanya terpaku dengan apa yang dilihatnya,” tandas pria yang akrab disapa Bukik ini.

Untuk program Pendidikan atau workshop, Bukik dan timnya juga sudah menjalankan program pengajaran sejak awal tahun ini. Program ini berlaku tidak hanya untuk guru TK tapi juga guru SD. Soalnya, cerita sesungguhnya bisa diterapkan saat mengajarkan mata pelajaran apapun, mulai pelajaran sosial sampai pelajaran eksak.

Bahkan dengan sambil bercerita, siswa akan lebih mudah menangkap dan bisa belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Lagipula, siapa yang tidak suka mendengar cerita?

“Kalau kita nonton film Laskar Pelangi, kita bisa lihat betapa anak-anak semangat belajar saat kepala sekolahnya mengajar lewat cerita. Itu yang ingin kita latih dari para guru,agar bisa mengajar dengan cara seperti itu,” kata Bukik lagi.

Untuk mencapai misi tersebut, ada tiga tingkat pengajaran yang disediakan. Tingkat atau level pertama atau dasar ialah melatih agar guru atau orangtua mampu bercerita. Workshopnya hanya sehari. Untuk level dua atau menengah, peserta diajarkan bagaimana menyampaikan materi pelajaran dengan bercerita.

Artinya, guru harus mampu mengemas materi pelajarannya dalam kemasan cerita yang menyenangkan. Workshopnya dilakukan selama dua hari. Yang terakhir atau Level Lanjut ialah kemampuan bercerita untuk mengubah perilaku.

Peseta akan dilatih selama tiga hari untuk mampu melakukan terapi bercerita agar anak-anak mau mengubah perilakunya. Karena Indonesia Bercerita berpusat di Surabaya, workshop memang baru bisa dilakukan di Surabaya.

Namun untuk jangkauan komunitas, Indonesia Bercerita sudah melanglang ke Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Magetan, Lampung, Makassar, dan Palembang. Lain lagi jalan yang ditempuh Dian Setyorini. Dia membuat buku yang disebut personalized book yang memungkinkan seorang anak menjadi tokoh dalam buku dan cerita.

Caranya, orangtua harus memesan buku dan cerita yang diinginkan, kemudian menyertakan nama dan data-data tertentu untuk dimasukkan dalam cerita. Buku ini lalu menjadi seri buku Perananku Bekerja sama dengan Klub Buku Indonesia, Dian mematok harga Rp33.000 hingga Rp45.000. Buku dibuat untuk anak-anak dibawah usia 10 tahun.