Semestinya tak perlu bahan kimia berbahaya. Konsumsi yang lulus uji.
Tak hanya senyawa karsinogen biphenyls aspolychlorinated atau PCB, materi kimia berbahaya lainnya juga terkandung: styrene, acetophenone, dan brominated. "Semua bahan itu seharusnya tak ada dalam makanan," kata peneliti, Manfred Moller, kepada koran Jerman, The Local.
PCB terbukti menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan. Menjadi biang keladi pertumbuhan sel-sel kanker, gangguan sistem kekebalan tubuh, gangguan sistem reproduksi, kerusakan sistem saraf, dan kekacauan sistem endokrin.
Styrene tak kalah membahayakan. Senyawa kimia yang banyak dimanfaatkan untuk bahan baku karet sintetis, stereofoam, pelapis kertas, dan plastik ini terbukti menyimpan efek karsinogen dan racun yang memicu gangguan pada ginjal, sistem pencernaan, dan saluran pernapasan.
Acetophenone yang merupakan senyawa aromatik keton inipun memiliki efek serupa. Hasil riset ahli gizi holistik, Michelle Schoffro, menyebut senyawa kimia tersebut berpotensi memicu kanker, kerusakan pembuluh darah, dan gangguan saraf otak jika terhirup.
Sementara efek brominated tak separah tiga senyawa kimia lain. Bahan aditif yang banyak digunakan dalam produk minuman ringan ini rentan memicu gangguan kesehatan seperti tremor, hilangnya memori, dan sakit kepala. Itu terjadi ketika asupan melebihi batas.
Efek lain yang menjadi sorotan dalam penelitian itu adalah risiko tersedak. Terutama di kalangan anak-anak. Menghisapnya melalui sedotan besar, bola-bola kenyal itu rentan masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru.
Atas semua itu, otoritas kesehatan Jerman mulai memperingatkan masyarakat untuk menghindari produk minuman tersebut.
Perlukah kita cemas?
Menyimpan kekhawatiran atas informasi tersebut jelas wajar. Mengingat bubble tea atau bubble drink cukup populer di negara kita. Minuman asal Taiwan itu begitu mudah kita jumpai di kedai-kedai minuman. Mulai dari kelas kaki lima hingga level mewah di pusat-pusat perbelanjaan.
Nuri Andarwulan, pakar pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan bahwa bola-bola kenyal dalam bubble drink sebenarnya bukan jenis makanan yang memerlukan tambahan bahan kimia berbahaya. Membuatnya cukup dengan campuran senyawa pangan aman seperti alginate dan kalsium.
Melihat bahan kimia berbahaya yang terdeteksi, ia menduga hasil penelitian itu muncul akibat sampel yang terkontaminasi. "Bisa jadi bahan bakunya tercemar bahan lain atau terkontaminasi dari peralatan plastik selama proses pembuatan," ujar Nuri kepada VIVAnews.
Chef Ragil juga memiliki pemikiran sama. Pembuatan bola-bola kenyal dalam minuman modern itu sangat praktis tanpa perlu campuran bahan kimia berbahaya. Ia biasa mengolahnya dari tepung tapioka berpadu pewarna buatan. Persis seperti resep yang tertulis di laman komunitas pecinta masak Natural Cooking Club.
Namun, koki yang menempuh pendidikan di Food Production di STIP Bandung itu tak memungkiri munculnya bubble siap saji di pasaran. Ini membutuhkan kecermatan kita untuk memilih. "Produk kemasan kan biasanya ada yang tetap memakai bahan natural, ada yang kimia," ujarnya.
Di tengah dilema ini, Nuri mengajak masyarakat tetap waspada memilih produk makanan. Jika membeli produk kemasan, yang paling mudah dilakukan adalah memerhatikan penanda sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau Depatemen Kesehatan.