Satu dari lima orang mengalami hiperhidrosis atau keringat berlebih.
Untuk seorang ibu muda Linda
Fanelli, berurusan dengan keringat berlebih atau hiperhidrosis adalah
sebuah perjuangan. Sering sekali dia merasa percaya dirinya melayang
akibat keringat yang membasahi bajunya.
"Sejujurnya saya sangat lelah menggunakan deodoran terus-menerus namun masih melihat keringat yang membasahi seluruh baju. Saya juga was-was setiap kali akan meninggalkan rumah," katanya seperti dikutip Foxnews.
Meski telah memakai deodoran, Fanelli juga membawa deodoran dalam tasnya untuk berjaga-jaga. "Saya terus mengecek sepanjang hari," katanya.
Namun kegundahan Fanelli berkurang saat seorang dokter kulit di New York City, Dr Cameron Rokhsar, memperkenalkannya kepada Mira Dry, teknologi terbaru untuk menghentikan hiperhidrosis.
Prosedur non invasif yang telah disetujui pengawas obat dan makanan AS (FDA) mengontrol kelenjar keringat dengan energi elektromagnetik dan menghilangkannya secara permanen.
Menurut Roksar, prosedur terbagi dalam dua tahapan, dilakukan dalam tiga bulan. Hasilnya, akan terlihat secara langsung setelah sesi pertama usai.
"Pasien melaporkan keringat dan ketiak yang basah berkurang 50-60 persen setelah sesi pertama, dan biasanya mencapai 80-90 persen setelah sesi kedua," katanya.
Selama prosedur, ketiak pasien dibuat mati rasa dengan bius lokal. Selama satu jam, pasien akan menjalani prosedur yang tak menyakitkan dengan efek samping minimal.
"Setelahnya, beberapa pasien merasakan ketiaknya merasa panas, agak bengkak semuanya masih bisa diredakan."
Diperkirakan satu dari lima orang mengalami hiperhidrosis. Sebelum Mira Dry, suntik botoks menjadi satu-satunya solusi untuk mengurangi keringat berlebih. Namun prosedur ini harus diulang setelah enam bulan.