Pendidikan anak lebih baik dimulai sejak dini. (Foto: Getty Images)
PENDIDIKAN anak usia dini (PAUD) sangat diperlukan untuk membentuk karakter seorang anak. Tak heran, bayi-bayi sudah mulai “disekolahkan”, bahkan sejak usia enam bulan.
Sonny baru berumur dua tahun. Namun, dia sudah bisa melakukan banyak hal secara mandiri. Dia sudah bisa makan sendiri, punya kesadaran merapikan barang-barangnya setelah selesai bermain, bahkan mengikat tali sepatunya sendiri. Tentu saja, “kehebatan” ini tidak diperolehnya sejak lahir.
Sonny memang sudah sekolah sejak usia dua tahun tersebut. Tentu saja, sekolah yang dimaksud bukan sekolah untuk belajar membaca atau berhitung seperti di sekolah dasar (SD),melainkan belajar untuk melatih perkembangan karakter anak lewat permainan.
Jika melihat ke masa tahun 1990-an dan sebelumnya, hanya anak-anak berusia empat sampai enam tahun yang bisa sekolah. Padahal, saat anak-anak berusia satu hingga lima tahun, masa itulah yang disebut sebagai masa golden age atau masa tumbuh kembang anak. Pada masa golden age, anak-anak mudah sekali menyerap sesuatu dari lingkungannya. Mereka akan melakukan tindakan imitasi atau meniru dari apa yang dilihat dan didengar.
Golden age pun merupakan masa yang tepat untuk secara sederhana membentuk karakter anakanak. Karena itulah, PAUD dinilai penting untuk anak. Karena itu pula, tidak sedikit kalangan praktisi pendidikan yang menilai PAUD merupakan bekal untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri anak.Di samping itu, pendidikan tersebut berfungsi melatih perkembangan motorik anak.
Dari Infant sampai Kindergarten
Pendidikan prasekolah umumnya menawarkan pendidikan untuk anak-anak mulai usia satu hingga enam tahun. Mereka akan dimasukkan dalam suatu kelas, sesuai dengan usia. Anak-anak usia 18-30 bulan menduduki level toddler, usia 2-3 tahun masuk ke tingkat nursery, usia 4-5 masuk ke tingkat kindergarten 1 dan kindergarten 2 untuk anak usia 5-6 tahun. Bahkan, bayi berusia 6-17 bulan pun bisa ikut “sekolah” dengan cara bermain bersama teman-temannya dalam kelas infant.
Tentunya, pembelajaran yang diberikan kepada anak-anak tersebut memiliki porsi berbeda dan sesuai dengan tingkat pendidikannya. Kelas Infant misalnya, hanya memiliki waktu belajar yang sedikit dan pertemuan pun tidak dilakukan setiap hari.
Seperti kelas infant yang diadakan oleh pendidikan prasekolah I Smile. Kelas ini hanya buka setiap seminggu dua kali dengan waktu belajar satu setengah jam.
Karena masih sangat kecil, pihak sekolah menganjurkan agar setiap anak didampingi orangtua atau pengasuh agar kegiatan belajar dapat berjalan secara optimal. Lantas, apa saja yang bayi-bayi ini pelajari? Pihak sekolah cukup pintar meramu kegiatan belajar yang sekilas hanya bermain, namun sarat edukasi. Sebelum kelas dimulai, ada beberapa hal yang harus dilewati para bayi ini.
Mereka harus mencuci tangan lebih dulu di wastafel yang tersedia di kelas. Kemudian, guru akan mengecek temperatur mereka. Tujuannya untuk memastikan mereka dalam kondisi yang sehat. Setelah itu, barulah kegiatan belajar mengajar dimulai. Biasanya para guru akan mengawali dengan memberikan mereka mainan yang bisa dibunyikan.
Tujuannya untuk merangsang indra pendengarannya. Pembelajaran pun tak luput menyentuh aspek motorik melalui kegiatan “olahraga”. Bayi-bayi tersebut diminta merangkak atau berjalan dengan dibimbing orangtua atau pengasuhnya melewati sebuah bilah kayu dengan ketinggian 5 cm. Mereka pun diperkenalkan dengan alat-alat musik, mengenal alam, dan bahasa sederhana.
Agar mereka tidak bosan,guru mengajak menyanyi disertai dengan gerakan. Mereka pun diminta berdiri dan ikut bergerak. Hal ini bertujuan memberi rangsangan pada otak. Bernyanyi pun mengajarkan mereka untuk mengenal bahasa.
Sementara, untuk siswa tingkat toddler, materi yang disuguhkan pada prinsipnya mempunyai tujuan yang tidak jauh berbeda dengan kelas infant, yakni menstimulasi kemampuan bahasa, motorik, dan mengajarkan mereka untuk hidup bersosialisasi.
Kegiatannya pun diarahkan pada kesenian, bahasa, matematika sederhana, ataupun mengenal alam. Adapun sosialisasi misalnya mengajarkan mereka untuk berbagi dengan teman atau belajar mengantre jika ingin mencuci tangan atau bermain ayunan.
Di preschool Planet Kidz, Menteng, kelas toddler diadakan seminggu dua kali dengan waktu belajar selama dua jam. Kelas play group untuk siswa usia tiga tahun diadakan lima kali dalam seminggu.
Menurut Kepala Sekolah Planet Kidz Ama Noersatryo, program pendidikan usia tiga tahun ini disusun berdasarkan tema bulanan selama satu tahun ajaran. Untuk menyiapkan anak-anak dalam kondisi siap belajar, sekolah ini mempunyai cara yang menarik, yakni membebaskan anak bermain di luar selama setengah jam.
“Lalu, anak-anak masuk kelas dan berdoa, dilanjutkan dengan bernyanyi dan makan bersama,” ujar Ama.
Setelah itu, mereka melakukan kegiatan kelompok dan kegiatan membuat prakarya. Setengah jam sebelum pulang, mereka kembali diperbolehkan bermain bebas di dalam kelas. Lain lagi dengan Modern Montessori International (MMI) Menteng Preschool.
Sesuai namanya, prasekolah ini menggunakan kurikulum Montessori pada pengajarannya. Menurut pemiliknya, Rozana M Daecyanti, kurikulum Montessori memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan agar menjadi pelajar yang aktif. Karena itu, ada pelajaran untuk mengembangkan emosi, merangsang lima indra, dan pengenalan pada angka-angka.