Kurikulum terbaik untuk perkembangan anak. (Foto: Getty Images)
SETIAP prasekolah ternyata memiliki kurikulum yang berbeda. Ada yang menggunakan metode Montessori, ada pula yang dengan pendekatan multiple intelligences.
Banyak cara untuk membentuk dan mengembangkan karakter seorang anak. Karena itulah, setiap prasekolah punya cara sendiri yang tentu saja dianggapnya terbaik dalam mendidik anak. Planet Kidz misalnya, prasekolah ini meyakini bahwa untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, sekolah ini menerapkan prinsip pendidikan anak usia dini (PAUD) yang dianjurkan The National Association for the Education of Young Children.
Prinsip-prinsip ini sekaligus menjadi kelebihan Planet Kidz, yakni kurikulum sesuai tahap perkembangan anak yang didasarkan pada pendekatan multiple intelligences.Pendekatan tersebut mencakup aspek sosial, emosi, fisik, dan intelektual. Planet Kidz didukung pula dengan fasilitas permainan yang edukatif.
Dari segi pengajar, Planet Kidz memiliki guru yang melakukan interaksi dengan anak secara individual dan melaporkan perkembangan anak kepada orangtua. Pihak sekolah pun melakukan kerja sama dengan orangtua untuk menuju perkembangan anak yang lebih optimal.
Adapun yang unik, meski Planet Kidz tergolong sekolah nasional plus, sekolah ini murni menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar resmi. Sementara, bahasa Inggris diberikan hanya sekali dalam seminggu.
“Kami meyakini untuk dapat menyerap bahasa asing, anak-anak harus dimantapkan dulu bahasa ibunya,” kata Kepala Sekolah Planet Kidz Ama Noersatryo.
Tidak hanya itu, sekolah ini mencoba untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Tanah Air. Misalnya dengan cara mengajarkan lagu daerah kepada para siswa. Siswa juga diajak untuk memahami lagu tersebut secara sederhana.
Pada hari lainnya, siswa diajak belajar untuk memainkan alat musik tradisional, misalnya gamelan dan angklung. Orangtua siswa bahkan juga diperbolehkan untuk memainkan alat musik tersebut dengan bimbingan guru.
Sementara, Modern Montessori International (MMI) Menteng Preschool mendasarkan kurikulumnya pada metode Montessori. Sekolah ini mempunyai beberapa kurikulum, di antaranya practical life, sensorial education, keterampilan komunikasi dan bahasa, serta matematika. Pelatihan practical life memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan fisik, emosi, dan sosial.
Sensorial education atau segala kegiatan yang bertujuan merangsang lima indra. Ada pula keterampilan komunikasi dan bahasa, serta studi kebudayaan yang meliputi botani dan zoologi, geografi, dan sejarah.Adapun mata pelajaran matematika khusus dirancang untuk menumbuhkan kesukaan anak sejak dini pada angka-angka dengan cara yang menyenangkan.
Menurut pemilik MMI Menteng Preschool Rozana M Daecyanti, setiap materi yang diberikan kepada siswa selalu dimulai dengan hal konkret terlebih dahulu, baru kemudian yang abstrak.
“Umpamanya jika guru ingin memperkenalkan seekor binatang, maka dimulai dengan menunjukkan bonekanya dulu. Baru mereka diminta untuk menyusun gambar binatang itu dalam puzzle,” ujar wanita yang disapa Daecy ini.
Sama halnya dengan belajar matematika. Mereka diajarkan menghitung jumlah balok terlebih dahulu dengan mengikuti panduan guru. Setelah itu, mereka diperlihatkan angka sesuai jumlah balok itu yang tertera pada sebuah karton. Siswa diminta meraba angka itu dengan tangan.
Gambar angka tersebut agak menonjol sehingga memudahkan siswa dalam menangkap angka-angka. Daecy menambahkan, metode Montessori diperkaya dengan mainan edukasi.Untuk pelajaran berhitung, Montessori memiliki alat permainan berhitung hingga angka 10.000. Tidak heran jika siswa Menteng Preschool yang masih berusia 4 tahun sudah mahir menghitung hingga nominal tersebut.
Menteng Preschool menggunakan bahasa pengantar dengan bahasa Inggris dan Indonesia. Nah, di prasekolah I Smile, bahasa yang digunakan adalah bilingual antara Inggris dan Mandarin.Untuk kurikulum, prasekolah I Smile ini mengadopsi preschool di Singapura dan ditambah dengan pendekatan multiple intelligences.
Kurikulum yang diterapkan prasekolah I Smile menyentuh delapan aspek pembelajaran, yakni bahasa, logika, visual, kesenian, musik, intrapersonal interpersonal, naturalistic, dan kinaesthetic.
Kebutuhan akan segenap aspek pembelajaran tersebut dipenuhi dengan kehadiran learning center di area sekolah. Sekolah yang ada di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, ini memiliki sudut-sudut kesenian, olahraga, musik, sains, kebudayaan, dan matematika. Fasilitas ini ditambah dengan kehadiran perpustakaan yang mengajarkan anak agar hobi membaca.