Masa remaja adalah masa peralihan yang membuat sebagian besar orang mengalami krisis mental yang sangat labil.
Saat remaja terjadi perubahan hormon yang drastis yang membuat gejolak di dalam tubuhnya. Perubahan hormon yang belum stabil ini membuat remaja gampang mengalami krisis mental yang berdampak besar pada mood (suasana hati) dan perilaku remaja.
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui orangtua tentang apa yang terjadi pada otak anak remajanya, seperti dilansir Livescience :
1. Perkembangan periode kritis
"Otak terus berubah sepanjang hidup, tetapi ada suatu lompatan besar dalam perkembangan otak selama masa remaja," kata Sara Johnson, asisten profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Seorang remaja mungkin akan melalui percepatan pertumbuhan, keterampilan kognitif baru dan kompetensi.
"Yang harus dipahami, tidak peduli seberapa tinggi anak-anak telah tumbuh dewasa atau bagaimana pakaian mereka, mereka masih dalam masa pemkembangan yang akan mempengaruhi sisa hidup mereka," kata Johnson.
2. Masa kedua pemekaran otak
Para ilmuwan terbiasa berpikir bayi memiliki koneksi neuronal yang 'meluap-luap', yang menjadi masa emas selama tiga tahun pertama kehidupan. Tetapi studi pencitraan otak, seperti yang diterbitkan pada Nature Neuroscience, telah menemukan bahwa ledakan kedua terjadi tepat sebelum pubertas pertumbuhan neuronal, memuncak pada sekitar usia 11 tahun untuk anak perempuan dan 12 tahun untuk anak laki-laki.
Reorganisasi struktur otak diperkirakan akan terus berlanjut sampai usia 25 tahun dan perubahan kecil terus terjadi sepanjang hidup.
3. Kemampuan berpikir baru
"Karena peningkatan materi otak, otak remaja menjadi semakin saling terkait keuntungan dan daya proses semakin meningkat," kata Johnson.
Menurut Johnson, remaja mulai memiliki kemampuan komputasi dan kemampuan pengambilan keputusan jika diberikan waktu dan akses informasi. Namun dalam masa 'panas' seperti itu, pengambilan keputusan bisa sangat dipengaruhi oleh emosi, karena otak remaja lebih mengandalkan pada sistem limbik (yang mengatur emosi di otak) daripada lebih korteks prefrontal rasional.
"Ini dualitas kompetensi remaja yang bisa sangat membingungkan bagi orangtua," kata Johnson.
4. Tantrum remaja
Remaja di tengah-tengah keterampilan luar biasa untuk mendapatkan satu kemampuan baru, terutama yang berhubungan dengan perilaku sosial dan pemikiran abstrak. Tapi mereka tidak pandai menggunakannya, sehingga harus bereksperimen dan kadang-kadang menggunakan orangtuanya sebagai kelinci percobaan.
Banyak anak usia ini melihat konflik sebagai semacam ekspresi diri dan mungkin mengalami kesulitan fokus atau pemahaman titik pandang orang lain. Remaja membutuhkan orangtua (karena orang dengan otak dewasa lebih stabil) untuk membantu untuk tetap tenang, mendengarkan dan menjadi teladan yang baik.
5. Perubahan emosi
"Pubertas adalah awal dari perubahan besar dalam sistem limbik, merujuk ke bagian otak yang tidak hanya membantu mengatur detak jantung dan kadar gula darah, tapi juga sangat penting untuk pembentukan memori dan emosi," kata Johnson.
Bagian dari sistem limbik, amigdala diharapkan menghubungkan informasi sensorik menjadi respons emosional. Perkembangan bersama dengan perubahan hormonal, dapat menyebabkan kemarahan, pengalaman baru yang intens, ketakutan, agresi (termasuk kepada diri sendiri), kesenangan dan daya tarik seksual.
- 5 Menu Sarapan Lezat Dan Favorit di Singapura
- Perbedaan Sate Indonesia Dan Sate Jepang
- 9 Bahan Makanan Yang Bentuknya Mirip Organ Tubuh
- Mengetahui 5 Manfaat Minum Bir
- 7 Minuman Sehat Pengganti Air Putih
- Klasifikasi Rasa Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin...
- 4 Makanan Alami Untuk Memutihkan Gigi
- Pandangan Keliru Tentang Daging Kambing
- 3 Makanan Pengusir Bau Napas Tak Sedap
- Makan Serangga Menjadi Alternatif Kuliner Lezat
- Bahayanya Minum Langsung Dari Kaleng
- 8 Alasan Mengapa Orang Perlu Dipijat