Dalam
mencapai kesehatan yang paripurna kita telah berolah raga rutin dan
menjaga keseimbangan gizi dengan baik. Tetapi banyak kematian mendadak
akibat serangan jantung menyerang para atlet atau orang-orang yang kita
ketahui benar menjaga kesehatan. Seolah kita tersadar ada satu mata
rantai yang hilang dalam upaya kita menjaga kesehatan.
Dalam rangka memperingati hari jantung sedunia yang jatuh pada 29
September saya menuliskan artikel tentang kesehatan jantung dan tidur.
Mungkin kesehatan tidur adalah mata rantai yang ingin kita lengkapi demi
kesehatan.
Dunia kesehatan modern kini mengenal istilah the Triumvirate of
Health yang artinya tiga komponen utama kesehatan. Ketiganya adalah:
kebugaran fisik, keseimbangan nutrisi dan kesehatan tidur. Olah raga dan
menjaga menu makanan saja tidak cukup.
Tidur
Tidur sering dimaknai sebagai periode non aktif dari kehidupan. Tapi
jangan salah mengerti, dalam proses tidur terjadi fase-fase aktif bagi
kehidupan. Ini sebabnya banyak perkumpulan ahli kedokteran tidur di
dunia menggunakan simbol yin-yang sebagai dasar logo. Ini untuk
menunjukkan filosofi kedokteran tidur yang memandang keseimbangan antara
kondisi terjaga dan tidur. Masa tidur penting untuk kualitas manusia di
saat terjaga. Sehingga penting bagi praktisi kesehatan tidur untuk
menilai kualitas hidup seseorang dari kesehatan tidurnya.
William Dement, bapak kedokteran tidur, menyatakan bahwa lebih mudah
menilai kesehatan seseorang dengan mengamati pola tidurnya dibanding
dengan menilai gizi atau pola olah raganya.
Tidur juga bukan masa aman, dimana tak ada sesuatu yang buruk yang
bisa terjadi saat tidur. Dunia kedokteran di masa lampau pun beranggapan
demikian. Saat tidur pasien tampak tenang dan jauh dari rasa sakit.
Padahal kenyataannya tidak demikian. Berbagai penyakit seperti tekanan
darah tinggi dan penyakit-penyakit jantung-pembuluh darah lainnya kini
telah diketahui berhubungan dengan tidur
.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi di Indonesia terus meningkat jumlah
penderitanya. Bank Dunia juga mengamini peningkatan pengeluaran biaya
kesehatan untuk mengatasi hipertensi yang terus meningkat di
negara-negara berkembang. Dampak penyakit tekanan darah tinggi pun tak
dapat dianggap remeh. Hipertensi dikenal dapat berlanjut pada penyakit
jantung koroner, pembengkakkan otot jantung hingga stroke.
Proses tidur sendiri telah lama diketahui berhubungan dengan penyakit
jantung. Bahkan diawal penemuan penyakit sleep apnea, henti nafas saat
tidur, hipertensi menjadi awal ketertarikan para peneliti tidur.
Dahulu dikenali adanya orang-orang yang selalu mengantuk, lamban dan tidur mendengkur. Mereka dikenal dengan sebutan
Pickwickian syndrome,
meminjam karakter ciptaan Dickens yang diterbitkan di koran Pickwick.
Para peneliti mendapati bahwa banyak dari mereka juga menderita
hipertensi.
Kelompok peneliti dari Bologna adalah yang pertama melengkapi
perekaman tidur dengan sensor-sensor untuk merekam pernafasan. Akhirnya
ditemukanlah bahwa penderita
Pickwickian syndrome ini mengalami henti nafas saat tidur. Sejak saat itu dikenal bahaya mendengkur bernama
sleep apnea. Dan penderita
sleep apnea ternyata
juga mengalami peningkatan tekanan darah selama tidur! Sebelum era
1980-an penelitian seolah mandeg karena tak adanya perawatan untuk sleep
apnea. Dengan ditemukannya continuous positive airway pressure (CPAP)
untuk perawatan sleep apnea, penelitian tidur kembali bergairah.
Journal of the American Medical Association, di tahun 2000 menyatakan
bahwa 45% penderita hipertensi juga menderita sleep apnea. Sementara
Journal of Hypertension setahun berikutnya menyebutkan bahwa 80%
penderita hipertensi yang resisten terhadap pengobatan ternyata juga
menderita sleep apnea. Selanjutnya dokumen JNC7 yang merupakan panduan
tata laksana penanganan tekanan darah tinggi menyebutkan sleep apnea
sebagai salah satu penyebab hipertensi yang harus didiagnosa demi
pengobatan yang paripurna.
Tidak berhenti di situ. Kini sudah tak terhitung jurnal-jurnal
kedokteran yang membuktikan perbaikan tekanan darah setelah sleep apnea
dirawat dengan CPAP. Sebut saja jurnal Heart, Chest, New England Journal
of Medicine dan masih banyak lagi.
Kesehatan Jantung
Sama seperti tekanan darah tinggi, kesehatan jantung pun berkaitan erat dengan tidur. Sebuah penelitian di jurnal kedokteran
SLEEP menyatakan durasi tidur yang paling sehat bagi jantung adalah 7 jam sehari.
Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa tidur kurang dari 5 jam
perhari akan meningkatkan resiko serangan jantung, penyakit jantung
koroner dan stroke hingga dua kali lipat. Membayar utang tidur sehari
dua hari tidak akan menolong. Sementara tidur sembilan jam setiap malam
juga meningkatkan resiko yang sama hingga 1,5 kali lipat.
Meskipun mekanisme pasti belum diketahui, para peneliti menduga
durasi tidur pendek berkaitan dengan gangguan metabolisme dan pengerasan
dini dinding pembuluh darah.
Durasi tidur yang panjang, dikaitkan dengan rasa kantuk yang
berlebihan. Rasa kantuk berlebihan atau hipersomnia merupakan salah satu
tanda utama dari
sleep apnea. Sleep apnea adalah henti nafas
saat tidur yang disebabkan oleh menyempitnya saluran nafas pada saat
tidur. Akibatnya walau gerak nafas tetap ada, tak terjadi pertukaran
udara yang dibutuhkan.
Berbagai penelitian juga menyebutkan hubungan erat antara sleep apnea
dan berbagai penyakit jantung. Javaheri dan kawan-kawan dalam jurnal
Circulation di tahun 1999 menyebutkan 50% penderita payah jantung
kongestif juga mendengkur dan menderita sleep apnea. Sementara penderita
jantung koroner 30%nya juga menderita sleep apnea, seperti disebutkan
dalam jurnal Cardiology di tahun yang sama.
Sebuah riset yang diterbitkan pada jurnal
SLEEP menyebutkan
bahwa perawatan sleep apnea demi kesehatan jantung sudah amat mendesak.
Penderita sleep apnea yang tak dirawat akan mempunyai resiko 5 kali
lipat meninggal akibat gangguan jantung.
Perawatan
sleep apnea, juga akan menurunkan risiko penyakit
jantung koroner sebanyak 37% dan resiko stroke hingga 56%. Angka yang
tak dapat diremehkan.
Perawatan Sleep Apnea
Diawali dengan diagnosa,
sleep apnea membutuhkan pemeriksaan
di laboratorium tidur menggunakan alat bernama polisomnografi (PSG). Di
sini tidur penderita akan direkam menggunakan berbagai sensor yang
merekam fungsi-fungsi tubuh, dari gelombang otak, irama jantung,
pernafasan hingga posisi tidur. Dari pemeriksaan ini baru diketahui
apakah penderita menderita
sleep apnea atau sekedar mendengkur
biasa. Tapi jangan membayangkan laboratorium tidur sebagai tempat penuh
monitor dan peralatan yang menyeramkan. Laboratorium tidur sebaliknya,
dirancang senyaman mungkin untuk ditiduri.
Setelah diagnosa, perawatan utama sleep apnea adalah penggunaan
continuous positive airway pressure (CPAP). Pasien nanti akan melewati program CPAP
trial
untuk penggunaan yang nyaman dan tepat guna. Perawatan lain adalah
dengan jalan pembedahan atau penggunaan alat bantu mulut yang dibuat
oleh dokter gigi.
*****
Tidur memiliki hubungan timbal balik dengan kesehatan dan kualitas
hidup manusia. Memperbaiki kesehatan tidur, tentu akan meningkatkan
kualitas hidup dan kesehatan kita. Kesehatan jantung dan pembuluh darah
juga berhubungan erat dengan tidur.
Sudah saatnya Indonesia lebih memperhatikan kesehatan tidur.
Pelayanan medis pun harus lebih peka tentang kesehatan tidur pasien
ketika berhadapan dengan kasus-kasus penyakit jantung dan pembuluh
darah. Masyarakat luas pun harus lebih memperhatikan kesehatan tidurnya.
Ketika berhadapan dengan dokter, selain menceritakan keluhan penyakit,
sampaikan juga kebiasaan tidur.
Dan akhir kata: peringatkan kerabat yang mendengkur, Anda menyelamatkan nyawanya.