Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk penanganan penyakit amandel, mulai dari terapi obat hingga operasi sebagai solusi terakhir. Kini juga ada operasi amandel moderen dengan teknik radiofrekuensi yang memungkinkan pasien lebih cepat sembuh dan minimal rasa nyeri.
Tonsil atau amandel adalah benda bulat mirip bakso yang posisinya berada di belakang kiri dan kanan tenggorokan. Ukuran amandel juga beragam, mulai dari sebesar kelereng hingga seukuran bola pimpong.
Amandel merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke saluran pernapasan manusia.
Amandel pada orang sehat akan berwarna sesuai dengan warna jaringan disekitarnya dan berpermukaan rata.
Sedangkan pada orang yang mengalami tonsilitis (infeksi atau radang tonsil) warnanya bisa menjadi kemerahan atau terdapat bercak putih pada amandel dan ukuran tonsil kemudian membesar.
"Tonsil bahasa awamnya amandel yang merupakan jaringan limfoid, berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh. Tapi kalau terjadi infeksi atau radang, amandel akan membesar," jelas Dr Agus Subagio, Sp.THT, spesialis THT dari RS Puri Indah dalam acara Press Gathering Teknologi Radiofrekuensi untuk Tonsilektomi Penanganan Penyakit Amandel di RS Puri Indah, Jakarta, Kamis (17/3/2011).
Tonsilitis (radang amandel) bisa mengakibatkan sakit tenggorokan kronis atau berulang, bau mulut, gangguan menelan, tersumbatnya jalan pernapasan bagian atas (yang ditandai dengan dengkuran), hingga terhentinya pernapasan saat tidur.
Sesuai dengan berbagai tingkatan kondisi penyakit amandel, penanganan tonsilitis (radang tonsil) sangatlah beragam, mulai dari terapi obat hingga operasi pengangkatan tonsil atau amandel sebagai solusi akhir.
"Karena amandel sebenarnya mempunyai manfaat untuk tubuh, maka operasi dilakukan bila efek buruknya lebih besar dibandingkan manfaatnya," lanjut Dr Agus.
Dr Agus menjelaskan ada dua macam operasi amandel, yaitu cara tradisional dan cara modern.
Cara tradisional
1. Teknik Guillotine
Yaitu dengan menggunakan pisau potong. Operasi dengan teknik ini bisa cepat tapi komplikasinya sangat besar, sehingga teknik ini sudah jarang dilakukan.
2. Teknik Diseksi
Yaitu dengan dijepit kemudian dipotong. Teknik ini juga dapat menyebabkan perdarahan yang lebih nyeri.
Cara modern
1. Teknik Elektrokauter
Teknik ini lebih cepat tapi panas yang dihasilkan sangat tinggi mencapai 400-600 derajat C, sehingga dapat terjadi kerusakan jaringan yang hebat pasca operasi.
2. Teknik Microderider
Teknik dengan menggunakan alat yang diputar dan bila terjadi perdarahan langsung disedot. Tetapi kelemahannya harga alat masih mahal.
3. Teknik Radiofrekuensi
Teknik operasi dengan menggunakan energi temperatur rendah (40-70 derajat C), berbeda dengan teknik elektrokauter yang menggunakan energi dengan temperatur mencapai 400 derajat C. Teknik radiofrekuensi menggunakan gelombang radio pada frekuensi 1,5-4,5 MHz.
Hingga saat ini kebanyakan dokter THT khususnya di Indonesia menggunakan cara konvensional untuk prosedur operasi amandel, yaitu dengan teknik Guillotine dan teknik diseksi.
Namun sejak satu dekade terakhir, diperkenalkan cara baru dengan menggunakan teknologi mutakhir dalam operasi pengangkatan tonsil, yaitu dengan menggunakan teknik radiofrekuensi.
"Para penderita amandel kategori kronis dapat menjalani prosedur tonsilektomi, yaitu pengangkatan amandel menggunakan radiofrekuensi yang memberikan tingkat kenyamanan yang jauh di atas prosedur bedah konsensional, bahkan dengan proses pemulihan yang lebih cepat," jelas Dr Agus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa negara, disimpulkan bahwa penggunaan radiofrekuensi dalam tonsilektomi (pengangkatan tonsil) memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
1. Waktu operasi lebih singkat
2. Jumlah perdarahan saat operasi lebih sedikit
3. Nyeri pasca operasi lebih ringan
4. Kemungkinan perdarahan pasca operasi lebih kecil
5. Penyembuhan luka operasi lebih singkat
6. Biaya relatif lebih murah dibanding beberapa teknik modern lainnya
7. Lebih aman
"Selain itu, radiofrekuensi tidak hanya digunakan untuk operasi amandel, tetapi juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah lain seputar THT seperti mengecilkan konka pada kasus hidung sering tersumbat, melebarkan tenggorok pada pasien Obstructive Sleep Apnea (OSA), mendengkur, mengecilkan dasar lidah (pada pasien OSA) dan mimisan berulang yang tidak sembuh-sembuh karena obat," jelas Dr Agus.