(Foto: thinkstock)
"Saat ini terlalu sedikit pasien dengan atrial fibrilasi (AF) yang merupakan salah satu faktor risiko untuk stroke mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan," ujar Prof Martin Cowie dari National Heart and Lung Institute di Imperial College London, seperti dikutip dari Telegraph.
AF adalah suatu kondisi yang bisa menyebabkan koagulasi darah di jantung sehingga membentuk gumpalan yang kemudian memicu terjadinya serangan stroke. Keadaan ini bisa meningkatkan risiko stroke hingga 20 kali lipat.
Prof Cowie menuturkan ada perbaikan besar-besaran dalam mengobati tekanan darah tinggi dan kolesterol (faktor risiko terhadap stroke). Tapi tidak ada perbaikan yang sama pada orang-orang dengan AF, karena hanya 1 dari 4 orang yang didiagnosis AF yang menerima pengencer obat warfarin.
Sifat dari obat pengencer darah ini begitu kuat sehingga bisa menyebabkan perdarahan berbahaya, sehingga pasien harus terus dipantau secara teratur di rumah sakit. Akibatnya kadang dokter enggan meresepkan warfarin, ironisnya terutama pada pasien yang paling berisiko.
"Setidaknya 1 juta orang di Inggris memiliki AF dan banyak dari mereka yang tidak mendapatkan warfarin seperti yang seharusnya. Saya akan mengatakan 1.000 pasien atau lebih pasien yang mengalami stroke setiap tahun dapat dicegah jika pasien mendapatkan obat pengencer darah," ujar Prof Cowie.
Saat ini ada obat baru yang lebih efektif daripada warfarin yang berfungsi mencegah stroke, tapi tidak berinteraksi dengan obat lain atau makanan sehingga tidak terlalu memerlukan pemantauan berkala.
"Namun harganya lebih mahal sehingga mungkin tidak terjangkau bagi banyak orang yang membutuhkan pengencer darah. Untuk itu sekitar 10-20 persen pasien harus dipertimbangkan menerima warfarin," ungkapn
(ver/ir)