Perubahan iklim, krisis pangan, populasi yang tak terkendali membuat para ilmuwan memikirkan tempat tinggal di luar planet bumi. Selain Mars, bulan juga disebut-sebut sebagai calon koloni Bumi.
Baru-baru ini sebuah kompetisi digelar bagi para arsitek muda untuk merancang bulan sebagai koloni manusia pada 2069. Banyak arstitek muda antusias mengikuti kontes ini, para juri menyebut kontes ini sebagai hal yang liar, gila tapi sungguh dahsyat.
Beberapa ide sepertinya "mustahil" tapi para juri menilai ide dan imajinasi para arsitek muda ini sungguh berbakat, cerdas dan luar biasa hebat. Selain memikirkan bangunan dan menatanya sebagai kota, para arsitek dan desainer juga ditantang memberi solusi yang dihadapi bumi, yakni krisis pangan dan menyusutnya sumber energi.
"Yang paling penting menggabungkan dua kepentingan tersebut," kata Direktur Eksekutif SHIFTboston's Kim Poliquin, yang menyelenggarakan kompetisi ini. "Arsitektur saat ini ditantang lebih maju bersamaan berkembangnya teknologi. Kompetisi ini menunjukkan bagaimana arsitektur bisa menjadi bagian dari industri luar angkasa."
Tentu saja, ini bukan hal baru, manusia telah membayangkan luar angkasa sebagai tempat tinggal manusia sejak 50 tahun lalu. Tapi kompetisi menekankan kemungkinan itu, serta menggabungkan antara arsitektur dan teknologi.
Pemenang kompetisi ini, Bryna Andersen membuat bulan yang dikelilingi cakram satelit yang mampu mengumpulkan tenaga solar dan mengirimkannya ke bumi.
Tapi yang menarik, karya Keith Bradley, 23 tahun. Bradely merancang sebuah stadion raksasa internasional di bulan. Stadion ini akan menjadi tempat pertandingan pertama yang benar-benar netral. Selain menciptakan stadion. Bradley dan rekannya, Brian Harms, 22 tahun, juga merancang pertanian alga untuk memproduksi makanan dan oksigen.