Dokumen rahasia Amerika Serikat dibongkar habis-habisan oleh pengelola situs WikiLeaks. Dalam dokumen tersebut tercantum beberapa rencana besar AS. Termasuk, upaya Negeri Adidaya ini untuk memata-matai pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan diplomat dari negara lain.
Dokumen ini juga menyoroti peran lanjutan Korea Utara dalam perdagangan senjata dunia. ini termasuk penyelundupan peluru kendali atau rudal yang mampu membawa muatan nuklir ke Iran.
Berikut topik sejumlah bocoran dari dokumen rahasia AS yang dipublikasikan oleh WikiLeaks:
1. AS tengah menjalankan kampanye intelijen rahasia yang ditargetkan pada pimpinan PBB, termasuk Sekretaris Jenderal PBB dan para wakil anggota Dewan Keamanan PBB dari Cina, Rusia, Prancis dan Inggris. Bahkan, AS berusaha untuk mengetahui kata sandi dari jaringan komunikasi, jadwal kerja dan informasi pribadi lainnya.
2. Raja Arab Saudi telah berulang kali mendesak Amerika Serikat untuk menyerang Iran dalam misi menghancurkan program nuklirnya. Dalam dokumen tersebut, Arab Saudi dan sekutunya gelisah akan aksi militer terhadap Teheran. Pimpinan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir menyebut Iran sebagai ancaman eksistensial yang akan membawa keadaan ini ke dalam perang.
3. Dalam dokumen rahasia ini tercantum bahwa Iran telah memperoleh rudal canggih yang didesain berdasarkan desain Rusia dan dipercaya menjadi senjata utama terhadap serangan di Teheran.
4. Iran memperoleh 19 rudal dari Korea Utara pada 24 Februari 2010.
5. Badan Intelijen AS telah meningkatkan kewaspadaan akan program senjata nuklir di Pakistan. Para pejabat AS berpendapat kondisi ekonomi yang tengah terpuruk di Pakistan dapat memungkinkan penyelundupan bahan nuklir kepada para teroris.
5. Upaya untuk mengosongkan kamp penjara di Teluk Guantanamo. Salah satunya adalah permintaan kepada diplomat Slovenia agar bersedia memungut seorang napi bila mereka ingin bertemu dengan Presiden AS Barack Obama.
6. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mengatakan kepada Jenderal David Petraeus bahwa ia akan terus menyalahkan AS atas basis-basis Al-Qaidah di negaranya. “Kami akan terus mengatakan bahwa bom adalah milik kita, bukan milikmu,” kata Saleh seperti dikutip dalam ringkasan terbaru pembicaraan. [via liputan6]
– update –
Wikileaks, situs whistleblower yang banyak merilis isu sensitif tentang dunia politik, diplomasi, hingga hak asasi manusia, telah merilis sekitar 250 ribu dokumen pemerintah Amerika Serikat yang bersifat rahasia dari berbagai kedutaan besar Amerika Serikat di seluruh dunia. Sebanyak 251.287 komunikasi kabel antar kedutaan ini kebanyakan bersifat tidak rahasia dan tidak ada yang bersifat sangat rahasia. Namun ada 11.000 dokumen yang diklasifikasikan rahasia, 9000 dokumen bersifat ‘noforn’ yaitu dokumen yang bersifat terlalu sensitif untuk dibagikan ke pemerintah asing, dan 4000 dokumen bersifat rahasia dan noforn.
Publikasi hari ini merupakan langkah terkini dari situs tersebut dalam menyiarkan dokumen rahasia pemerintah yang dipublikasikan oleh berbagai media dan organisasi. Sebelum ini Wikileaks telah merilis Afghan War Diary yang berisi 91.000 laporan tentang perang di Afghanistan dari tahun 2004 hingga 2010 serta laporan tentang perang di Irak, salah satunya tentang salah serangan pasukan AS yang menyebabkan korban meninggal dunia dari sipil.
Dokumen-dokumen yang dirilis kali ini menggambarkan korespondensi harian antara Kementerian Luar Negeri AS dengan sekitar 270 kedutaan besar di seluruh dunia dengan informasi politik dan gosip-gosipnya. Ada penggambaran tentang Khadafi yang jarang tidak terlihat bersama ‘perawat senior dari Ukraina’ yang digambarkan sebagai ‘seorang perempuan pirang yang montok’.
Dokumen ini juga menunjukkan adanya peran pemerintah China dalam upayanya melakukan hack ke Google di awal tahun 2010 lalu yang mengakibatkan perusahaan tersebut menarik diri dari China untuk sementara. Disebutkan bahwa menurut laporan seorang kontak di China pada bulan Januari 2010, Politburo China menyutradarai penyusupan ke sistem komputer Google di negara tersebut. Serangan hacking ke Google tersebut merupakan bagian dari kampanye terkoordinasi untuk menyabot komputer yang dilakukan oleh pemerintah, ahli keamanan swasta, dan penjahat internet yang direkrut pemerintah China. Mereka telah masuk ke komputer pemerintah Amerika dan para sekutu Barat, Dalai Lama, serta pebisnis Amerika sejak tahun 2002.
Dokumen ini sepertinya akan mempengaruhi hubungan diplomatik antara AS dengan berbagai negara. Ini bisa dilihat dari adanya bukti bahwa personel Kementerian Luar Negeri dianjurkan untuk mengumpulkan data (memata-matai) para pejabat luar negeri dan PBB. Sebelum dirilis, Wikileaks telah menyebarkan dokumen ini ke berbagai media di seluruh dunia seperti New York Times di AS, Guardian di Inggris, dan Der Spiegel dari Jerman.
Sementara itu kementerian Luar Negeri AS telah memberikan briefing ke berbagai negara beberapa hari belakangan untuk mengantisipasi rilis dokumen ini. Gedung Putih juga telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembukaan informasi rahasia dan sensitif tersebut yang akan membahayakan keamanan nasional.
Bocoran dokumen-dokumen yang dipublikasikan di Wikileaks ini dipercaya berasal dari seorang prajurit Amerika Serikat bernama Bradley Manning. Bradley Manning dalam sebuah chat dengan Adrian Lamo, seorang hacker komputer, mengatakan telah mengunduh banyak dokumen rahasia dari sistem komputer militer termasuk 260 ribu komunikasi kabel Kementerian Luar Negeri dari berbagai kedutaan dan konsulat di seluruh dunia.
Dokumen tersebut menurut Manning telah dikirimkan ke WikiLeaks. Adrian Lamo kemudian melaporkan Prajurit Manning ke otoritas federal yang kemudian menangkap Manning dan menuduhnya telah membocorkan informasi rahasia secara ilegal dan saat ini menghadapi proses pengadilan yang bisa membuatnya dipenjara dalam waktu yang lama.
Sementara itu, beberapa jam sebelum publikasi dokumen, Wikileaks melalui Twitter melaporkan bahwa situsnya mengalami serangan DDoS (distributed denial of service) secara masal. Saat ini situs tersebut susah diakses namun belum diketahui apakah hal ini merupakan akibat dari serangan tersebut atau karena faktor lain seperti banyaknya pengakses.
Belum diketahui apakah ada dokumen rahasia mengenai Indonesia yang dirilis dalam publikasi kali ini. Wikileaks sebelum ini telah merilis beberapa informasi terkait pelanggaran HAM di Indonesia seperti di Timor Leste oleh militer yang menyebabkan korban.